Diresmikan pada 28 Agustus 2020. Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) belum mampu ‘menggeliat’ kuat seperti harapan banyak pihak. Maklum saja, di tahun tersebut sedang marak-maraknya Pandemi Covid-19 yang berlanjut hingga detik ini.
Padahal, digadang-gadang kehadiran YIA dirasakan bakal cukup memberikan nilai yang sangat strategis, terutama untuk menjawab kebutuhan peningkatan kinerja Bandar Udara Internasional Adi Sutjipto yang sudah tidak mampu lagi menampung kapasitas (Over Capacity) penumpang dan pesawat.
Di atas lahaan seluas 587,3 hektar YIA hadir dengan kemegahan yang mempesona. Aristekturnya kekinian, dibalut dengan perpaduan desain futuristik dan tradisional Bandara ini juga dilengkapi dengan jalur kereta api khusus. Maklum saja, lokasi YIA yang berada di wilayah Kapenewon Temon, Kulon Progo itu berjarak sekitar 56 kilometer dan menempuh waktu perjalanan 1,5 jam dari pusat Kota Yogyakarta dengan menggunakan kendaraan. Tapi dengan transportasi kereta api, cukup ditempuh dalam waktu 39 menit saja.
Sayangnya, ‘kemolekan’ YIA belum bisa diakses banyak wisatawan lantaran pandemi. Pelik memang, tapi mau bilang apa, keadannya memang demikian. Tapi meskipun begitu, situasi pandemi tidak menyurutkan pengelolanya - Angkasa Pura untuk menjaga eksistensi bandara ini dengan baik. “Operasional harus tetap kita pertahankan. Meskipun saat ini traffic penerbangan berkurang, operasional Bandara YIA tetap menjadi prioritas kami,” tegas General Manager YIA, Marsekal Pertama TNI A. Pandu Purnama kepada Trustnews.
Menegakkan budaya 3S+1C (Safety, Security, Service and Compliance) disetiap kegiatan operasional bandara berarti menjaga keselamatan keamanan penerbangan, pelayanan serta kepatuhan terhadap seluruh aturan Jika tidak ditegakkan, dampak yang bakal ditimbulkan sangat besar, ter- utama menyangkut jaminan keselamatan dan keamanan penerbangan.
Diakui, menjaga eksistensi operasional bandara di tengah pandemi, tidak mudah. Butuh strategis khusus di dalamnya agar kontinyuitasnya tetap berjalan sesuai harapan yang direncanakan.
Untuk menjaga ritme keberlangsungan, Pandu mengakui jika dirinya mengembangkan strategi penghematan dengan menekan biaya oepersional bandara. Satu di antaranya menyangkut biaya kepegawaian yang mampu ditekannya hinggga 25%. Karena traffic penerbangan tidak begitu ramai, jam kerja pun dikurangi yang perimbangannya disesuaikan dengan penerimaan gaji karyawan. Selain itu beban pemeliharan bandara yang mampu ditekan penghematannya hingga 35%.
Upaya penghematan lainnya yang cukup besar juga ada pada sektor utilitas listrik dan air yang mampu ditekan hingga ke angka 40%. “Untuk air kami mengembangkan teknologi sistem tadah air hujan melalui rain water tank. Melalui teknologi ini, air hujan diubah menjadi air bersih,” tandas Pandu.
Di sisi lain Pandu Purnama juga mengedepankan langkah dengan berinovasi menggagas kegiatan yang dapat memberikan penghasilan tambahan (revenue enhancement) contohnya mengadakan program jalan-jalan di bandara atau Airport Educational Tour untuk masyarakat yang sifatnya edukasi, untuk tahu lebih detail mengenai YIA. Selain itu juga memanfaatkan lahan-lahan kosong untuk disewakan.
Berharap situasi kembali normal, Pandu juga berupaya menciptakan terobosan baru melalui fasilitas kargo yang dimiliki YIA. Kapasitasnya cukup luar biasa. Untuk wilayah domestik saja, di-siapkan kapasitas mencapai 390 ton per hari. Sedangkan untuk luar negeri kisarannya mencapai 250 ton per hari. Artinya kapasitas besar ini bisa menjadi harapan besar bagi pendapatan daerah jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik.
“Bandara ini di bangun dengan kapasitas 20 juta penumpang pertahun. Dengan runway yang paling panjang yaitu 3.250 meter dan terkuat sehingga pesawat terberat dan terbesar di dunia itu bisa mendarat. Artinya ini menjadi opportunity kami untuk mendatangkan penerbangan baik domestik maupun internasional nantinya,” ungkapnya. Seusai pandemi YIA akan berupaya mencapai target tujuannya untuk mendukung pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur, satu di antara 5 KSPN superprioritas. Untuk itu, misi utama YIA usai pandemi agar sesuai meningkatkan volume penumpang dan barang (cargo), serta lalu lintas pesawat, baik internasional maupun domestik.
“Kami berusaha akan menjadi penghubung dunia melalui keunggulan layanan dan keramah-tamahan Indonesia. Ini sasaran kami ke depan. Mohon doanya agar kami berhasil mencapai tujuan ini,” harapnya. (TN)