GPEI Jatim KEMBALI GELAR UMKM
Setelah istirahat akibat PPKM, GPEI Jatim bersiap melanjutkan pelatihan UMKM Siap Ekspor.UMKM setiap daerah bisa terangkat karena hampir 90% produk mereka siap ekspor.
Gabungan Pengusaha Ekspor-Impor (GPEI) Jawa Timur terus mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Timur 'siap ekspor'.
Isdarmawan Asrikan, Ketua GPEI Wilayah Jatim, mengatakan, salah satu program unggulan GPEI Jatim berupaya menaikkan posisi tawar para pelaku UKM
"Sebagai pilot project program UMKM Siap Ekspor ini kami laksanakan di 5 kabupaten kota, mulai dari Lamongan, Mojokerto, Sidoarjo, Gresik, dan Surabaya," ujar Isdarmawan Asrikin kepada TrustNews.
"Adapaun pelatihan difokuskan pada produk handycraft dan makanan dan minuman (mamin). Alasannya agar program yang diberikan dalam bentuk pelatihan selama setahun ini bisa dengan mudah dipraktekkan oleh UMKM," ungkapnya.
Hanya saja diakuinya, program pelatihan sempat terhenti saat pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
"Tidak benar kalau ada anggapan bahwa program ini dihentikan. Kami mendukung pemerintah dalam upaya penanganan pandemi, jadi program ini sempat diistirahatkan bersamaan dengan PPKM," paparnya.
Sebagaimana diketahui, pemerintah memberlakukan PPKM di Pulau Jawa dan Bali untuk menekan jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 yang terus mengalami peningkatan.
Dalam pelaksanaannya, PPKM diperpanjang tiap 14 hari disertai level 1 hingga 4. Level ditetapkan berdasarkan asesmen level situasi pandemi, yang merupakan indikator untuk mengetatkan dan melonggarkan upaya pencegahan dan penanggulangan pandemi Covid-19.
Pemerintah tercatat sejak diterapkan Juli 2021 telah beberapa kali memperpanjang kebijakan tersebut untuk menekan laju penyebaran virus corona. Namun, beberapa waktu belakangan, PPKM diterapkan dengan pelonggaran pada sejumlah sektor, mulai dari kegiatan di pusat per-belanjaan, restoran, hingga aktivitas belajar mengajar.
"Kami mulai pelatihan Januari 2021 kemudian ada PPKM dimana ada pembatasan masyarakat untuk berkumpul. Jadinya kami istirahatkan mulai April hingga ada kebijakan terbaru dari pemerintah," ujarnya
"Di awal pelatihan kami memberikan akurasi kepada 20 peserta UMKM disetiap kabupaten/kota hingga totalnya 100 UMKM. Pelaksanaannya jumlah yang dikirim Disperindag kabupaten/kota diluar ekspektasi kami. Ada beberapa kabupaten/ kota yang ngirim 75 - 80 pelaku UMKM," paparnya.
Adapun materi pelatihan yang diberikan, menurutnya, antara lain penguatan sumber daya manusia dan SWOT meliputi produksi, kapasitas produksi dan dimana letak kekuatan UMKM yang dijalankan.
"Kami juga mengadakan kunjungan ke workshop masing-masing dalam rangka melihat langsung kekuatan kapasitas produk tiap UMKM," jelasnya.
"Kami pasti akan melanjutkan program untuk pelatihan-pelatihan berikutnya sehingga apa yang menjadi produk dari masing-masing UMKM setiap daerah bisa terangkat karena hampir 90% produk mereka siap ekspor," paparnya.
Selama Januari - Agustus 2021, ekspor Jawa Timur (Jatim) sebesar USD14,59 miliar atau naik 15,32 persen dibandingkan periode sama tahun 2020. Sedangkan nilai ekspor pada Agustus 2021 mencapai USD1,98 miliar atau naik 16,96 persen dibandingkan Juli 2021.
Perekonomian Jatim sendiri saat ini telah memasuki fase recovery ekonomi, dimana pertumbuhan ekonomi Jatim pada Triwulan II 2021 tumbuh sebesar 7,05% (yoy). Tidak hanya itu, Jatim merupakan lokomotif perekonomian nasional di tengah pandemi Covid 19 dimana PDRB Jatim pada Triwulan II 2021 memberikan kontribusi sebesar 14,44% terhadap pembentukan PDB Indonesia dan merupakan 24,93% PDRB Provinsi di Pulau Jawa.
Selain itu, dari 17 sektor lapangan usaha, pada Triwulan II tahun 2021 sebanyak 16 sektor telah tumbuh positif, hanya sektor pertanian yang mengalami kontraksi sebesar 0,39% (yoy) karena masa panen terjadi pada Triwulan I tahun 2021. Kemudian realisasi investasi PMDN Jawa Timur pada Triwulan II tahun 2021 sebesar Rp.13,89 Triliun terbesar se-Indonesia, hal ini mengindikasikan bahwa stabilitas ekonomi dan kepercayaan investor dalam negeri di Jawa Timur tetap terjaga di tengah pandemi.
Sebanyak 50 pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Sidoarjo yang mengikuti program pelatihan bertajuk “UKM Naik Kelas” siap mengekspor produknya ke Timur Tengah dan Asia, tahun ini.
Isdarmawan menyebut, UMKM di Sidoarjo yang mengikuti program pelatihan bertajuk “UKM Naik Kelas” siap mengekspor produknya ke Timur Tengah dan Asia, tahun ini.
Negara sasaran ekspor produk UKM Naik Kelas itu antara lain Yaman, Turki, Mesir, dan Arab Saudi. Kemudian beberapa negara di Asia seperti Korea Selatan dan Jepang. Termasuk Negara Eropa seperti Belanda.
"Kalau dari peserta yang mendapatkan pelatihan dari kami seperti UMKM di Sidoarjo memang ada yang sudah ekspor ke Turki. Dilihat dari jumlah volume pengiriman memang masih kecil, karena baru empat bulan berjalan. Target kami 60 persen dari peserta pelatihan bisa melakukan ekspor nantinya," pungkasnya. (TN)