TRUSTNEWS.ID,. - Usianya baru 38 tahun saat Andira Reoputra ditunjuk sebagai orang nomor satu di Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pembangunan Sarana Jaya Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Lelaki kelahiran Surabaya, Jawa Timur, ini bukannya tidak tahu bagaimana kondisi perusahaan yang akan dipimpinnya.
Tidaklah aneh, bila langkah pertama yang diambilnya membenahi manajemen, khususnya di bidang sumber daya manusia (SDM). Caranya, menetapkan target minimal pengembangan pegawai 80% telah mengikuti 5 hari (40 Jam) pelatihan. Tujuannya, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pegawai menghadapi lingkungan bisnis yang dinamis.
"Setelah kami masuk di Agustus 2023, langkah pertama kami melakukan pembenahan internal. Termasuk membuat standar operasional prosedur (SOP) yang tadinya bersifat umum, kami tingkatkan hingga ke level unit staf," ujar Andira Reoputra kepada TrustNews.
"Langkah berikutnya kita mengefisienkan jumlah pegawai tapi tidak di PHK. Tapi dilakukan dengan cara terukur dan sesuai kebutuhan," tambahnya.
Berikutnya, Sarana Jaya mengevaluasi semua kontrak kerja yang ada. Dari hasil evaluasi tersebut, Sarana Jaya mencari mitra-mitra kerja yang berpotensi bagus sebagai upaya perusahaan untuk mendapatkan keuntungan.
"Alhamdulillah semuanya sudah mencapai target yang diinginkan dan kami membuat sebuah proses untuk bisnis yang lebih strategik untuk fokus pada empat lini bisnis yang ada yakni land banking, properti, housing dan infrastruktur," paparnya.
Pada lini Land Banking (bank tanah), menurutnya, dalam mengoptimasi aset tanah yang ada Sarana Jaya punya tiga skema yakni BOT (build, operate, transfer), BTO (build, transfer, operate) dan Kerja Sama Operasional (KSO).
"Sedangkan pada lini properti, kita ada aset tetap dan aset persedian. Untuk aset tetap tidak bisa di jual, tapi bisa dikelola secara bersama dengan mitra seperti Gedung Sarana Jaya, Naya Pramuka, Naya Menteng, Pondok Kelapa Town Square, Cibubur Junction dan banyak lagi," ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, Sarana Jaya juga masuk dalam sektor Properti. Sebut saja kerja sama dengan Mabes Polri dalam hal penyediaan rumah layak huni bagi personel Polisi.
Juga ada kerja sama dengan beberapa BUMD DKI untuk apartemen komersil dan hunian terjangkau milik yang ada di Perumda. Program ini bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi para anggota Polri yang belum memiliki hunian untuk mendapat tempat tinggal dengan fasilitas lengkap.
Atau Apartemen Zamzam di bilangan Depok, merupakan hasil joint venture antara PT Griya Sarana Akbar dan Perumda Pembangunan Sarana Jaya.
"Kedepannya kita akan mengelola aset yang premium untuk dikerjasamakan dengan Investor asing dan lokal. Tujuannya memberikan kontribusi signifikan kepada Jakarta sebagai Jakarta Kota Global," ujarnya.
Lini bisnis berikutnya, housing. Sebuah konsep yang ditawarkan Sarana Jaya berupa Hunian Terjangkau Milik (HTM) sebagai hunian milik dengan status kepemilikan Sertifikat Hak Milik atas Satuan Rumah Susun (SHMSRS).
Sarana Jaya menyediakan HTM di dua lokasi dengan konsep tower atau menara. Pertama, hunian yang terdiri dari dua menara yaitu Menara Samawa dan Menara Swasana yang berada di Jalan H. Naman Nomor 54 Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur. Menara ini terdiri dari 21 Lantai dan memiliki 780 unit dengan jenis hunian tipe Studio, 1 kamar tidur, dan 2 Kamar Tidur.
Kedua, Menara Kanaya di Nuansa Cilangkap, di Jalan Raya Cilangkap Nomor 1 Cilangkap, Cipayung, Jakarta Timur. Menara ini memiliki 868 unit hunian yang terdiri dari tipe studio dan 2 tidur.
"Awalnya kita fokus penjualan unit hunian terjangkau. Kemudian kami kembangkan untuk menyasar masyarakat Jakarta yang berpenghasilan rendah. Hasil kajiannya berbentuk rumah vertikal atau tower. Ini yang sedangkan kita fokuskan," ujarnya.
"Penting bagi masyarakat untuk memiliki rumah sendiri. Dengan harga yang sama seperti menyewa atau kontrak, masyarakat sudah bisa memiliki rumah sendiri dengan fasilitas yang lengkap. Bisa juga dijadikan sebagai aset," tambahnya.
Lini terakhir, Infrastruktur. Sarana Jaya ditugaskan Pemprov DKI Jakarta untuk membangun dua Fasilitas Pengolahan Sampah Antara (FPSA) atau intermediate Treatment Facility (ITF) untuk mengelola sampah warga Ibu Kota.
Dalam proyek itu, beragam teknologi pengolahan sampah akan diterapkan secara tepat guna dan ramah lingkungan dengan cara perubahan bentuk, komposisi, karakteristik dan volume sampah.
"Pada akhirnya ke empat lini bisnis akan bergabung dalam Pembangunan Sarana Jaya Invesment board," pungkasnya.