Balai latihan kerja menghadapi tantangan berat mulai dari revolusi industri 4.0 hingga pandemi Covid-19. Kebutuhan tenaga yang terampil dan memiliki kompetensi kian menjadi pilihan dalam dunia tenaga kerja.
Pandemi menambah tantangan kondisi ketenagakerjaan selain dari tantangan sebelumnya terkait kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), yakni kompetensi dan produktivitas.
Badan Pusat Statistik (BPS) membeberkan data jumlah angkatan kerja pada Februari 2021 sebanyak 139,81 juta orang, naik 1,59 juta orang dibanding Agustus 2020. Sedangkan jumlah pengangguran 9,1 juta orang per Agustus 2021, turun sekitar 670.000 orang dari posisi per Agustus 2020 yang mencapai 9,77 juta orang.
Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Bekasi merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPTP) di bawah Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan, mempunyai tugas Melakukan Pengembangan Pelatihan, Pemberdayaan dan Sertifikasi Tenaga Kerja, Instruktur dan Tenaga Pelatihan.
Dalam menjalankan tugas tersebut dan menghadapi tantangan pembangunan ketenagakerjaan mengacu pada 9 Lompatan Besar Kemnaker ( Reformasi Birokrasi, Ekosistem Digital SIAPKerja, Transformasi BLK, Link and Match Ketenagakerjaan, Pengembangan Talenta Muda, Transformasi Kewirausahaan, Visi Baru Hubungan Industrial, Perluasan Penempatan PMI, Reformasi Pengawasan Ketenagakerjaan terkait).
Kepala Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Bekasi Herman Bija, mengatakan, angkatan kerja saat ini menghadapi tiga tantangan besar ketenagakerjaan. Tantangan yang dimaksud, antara lain bonus demografi, revolusi industri, dan dampak pandemi Covid-19.
"Tiga tantangan besar itu pertama, revolusi industri jadi banyak pekerjaan yang hilang dan banyak juga pekerjaan baru muncul," ujarnya.
"Kedua kita didukung bonus demografi, dimana angkatan kerja di Indonesia ini baik. Kalau bisa dikelola dengan baik kita bisa terlepas dari negara berkembang, tapi kalau tidak bisa dikelola dengan baik ini menjadi malapetaka, karena usia produktif ini bisa menjadi beban negara dengan banyaknya pengangguran."
"Terakhir pandemi Covid-19, dimana banyak yang di PHK, dampak dari ekonomi yang meerosot," paparnya kepada TrustNews.
Dengan tiga tantangan besar itu, menurutnya, pihak BBPLK yang bergerak di sektor ketenagakerjaan dalam mengelola SDM harus bisa melihat situasi dan kondisi yang ada.
"Kita harus bisa fleksibel dalam menyiapkan pelatihan yang dibutuhkan oleh masyarakat," ujarnya.
Untuk mencetak SDM yang siap kerja, lanjut Herman, menerapkan triple skilling yang terdiri atas skilling, up-skilling dan reskilling. Ketiga hal tersebut diyakini akan bisa menjawab tantangan dunia kerja saat ini.
"Skilling diperuntukan bagi orang yang fresh graduate. Artinya kita memberikan keahlian pada mereka. Up-skilling ini diperuntukan bagi angkatan kerja yang sementara bekerja, tapi mereka butuh penyesuaian. Jadi kita berikan kompetensi atau keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga mereka tidak ketinggalan," ujarnya.
"Reskilling diperuntukan bagi mereka yang terkena PHK. Kita memberikan keahlian yang mereka tidak miliki agar bisa digunakan untuk bertahan hidup dan bisa menyesuaikan kebutuhan pasar. Inilah yang kita siapkan di balai untuk mempersiapkan masyarakat dalam mengisi lapangan pekerjaan," paparnya.
Begitu juga dengan keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Menurut Herman, membutuhkan adanya terobosan baru di bidang pelatihan. Agar masyarakat yang tinggal di sekitar KEK bisa terserap karena memiliki keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan.
"Misalnya KEK Mandalika, tenaga kerja seperti apa klasifikasi yang dibutuhkan. Saat ini ada 12 KEK yang sudah beroperasi dan 7 KEK dalam tahap pembangunan, ini menjadi peluang besar bagi tenaga kerja kita tentunya bagi mereka yang memiliki kompetensi sesuai standar yang disyaratkan, dan kompetensi tersebut bisa diperoleh melalui pelatihan yang diselenggarakan oleh BLK," ungkapnya.
Herman juga menyampaikan terkait Transformasi BLK, Ditjen Binalavotas telah memberikan petunjuk dan arah serta informasi untuk menjalankan agenda Transformasi BLK hingga selesai di Tahun 2025 melalui strategi 6R ( REFORMASI KELEMBAGAAN melalui Penguatan Tata Kelola, Klasifikasi dan Klusterisasi, Pemerataan Sebaran, REDESAIN SUBSTANSI PELATIHAN melalui Peningkatan Kualitas, Peningkatan Pengakuan Kompetensi, Peningkatan Kesesuaian Substansi Pelatihan dengan kebutuhan DUDI, Peningkatan Kualitas Sistem dan Metode Pelatihan, REORIENTASI SDM melalui Peningkatan Kualitas dan Kuantitas, REVITALISASI FASILITAS, SARPRAS melalui Peningkatan Kapasitas, Peremajaan, Peningkatan Keterjangkauan, REBRANDING melalui Penguatan Citra dan Daya Tarik BLK, Promosi, Publikasi, Peningkatan Kepercayaan Masyarakat, REKOLABORASI melalui Pengembangan kolaborasi dengan K/L, Pemda, Peningkatan Kemitraan dengan Industri, Perluasan Jejaring dengan stakeholder. (TN)