Jauh dari pendar cahaya dan aroma parfum, sejumlah anak muda memilih jalan berbeda. Peternak dengan omset milyaran per tahun.
Ini bukan kisah tentang anak muda yang wara-wiri di platform media sosial memamerkan gaya hidup yang jauh dari kata susah. Mobil mewah, jet pribadi, uang yang seakan tak bernomor seri hingga deretan koleksi sepatu, baju, celana, jam tangan, parfum hingga pernak-pernik aksesoris yang harganya bikin detak jantung seketika berhenti berdenyut
Namun ini kisah tentang keringat dan bau yang menyengat. Jauh dari pendar cahaya lampu yang berkilauan. Namun jangan tanyakan penghasilan yang dikantonginya. Bikin bangga sekaligus melongo saat yang bersamaan.
Sebut saja Tanfidzul Khoiri. Jabatannya pun berderet, owner Kandank Oewang, Ketua P4S LKPNU (Lembaga Kajian dan Pengembangan Potensi Umat) yang dibina Pusat Pelatihan Pertanian dan Ketua Koperasi Slamet Agriculture Jawa Timur. Padahal usianya belum lagi genap 30 tahun.
Pundi-pundi Tanfidzul Khoiri berasal dari menjual silase dan konsentrat ternak domba, melakukan pelatihan baik secara manual dan daring, dan melayani aqiqah siap saji serta kambing guling.
Tidak mengherankan, Tanfidzul Khoiri mampu mengantongi omzet Rp 90 juta per bulan dan Rp1,080,000.000 juta per tahun.
Dengan pendapatan yang diperoleh Tanfidzul Khoiri, ingin menjadi pelopor pelaksanaan program pemerintah bidang pertanian khususnya peternakan.
Dia pun mengkalkulasi, dengan domba 80 ekor ada yang beranak dan ada yang dibeli peternak lain, produksi kotoran setiap hari rata-rata 80 kg dan harga jual kompos per karung kecil Rp20.000, produksi silase setiap bulan 30 ton dengan harga Rp 1100 per kg, konsentrat produksi per bulan 30 ton dengan harga Rp 4500 per kg, penjualan domba untuk aqiqah dengan harga 1,5 – 2,5 Juta.
"Dari usaha ini omzet yang bergerak setiap bulan adalah Rp 90 juta atau kalo setahun Rp 1,08 miliar," jelasnya.
Bahkan dia mengaku, "Ada di antara rekannya sesama petani muda yang mampu mendapatkan keuntungan hingga Rp. 100 juta dalam sebulan."
Pun dengan Aris Gunadi. Pemuda asal Cianjur ini sukses dengan perusahaan yang dikelolanya CV Bambang Farm Daily. Perusahaan yang berdiri tahun 2013, ini selain menjual olahan susu juga merupakan sebuah destinasi wisata edukasi dengan konsep peternakan sapi di lahan alami nan sejuk.
Tak hanya keju dan yoghurt, hasil turunan olahan BFD ada 21 macam produk mulai dari makanan, minuman dan produk kecantikan seperti aneka risoles, cireng, tahu susu, sabun susu sapi, lulur kefir, masker kefir hingga keju mozarella yang menjadi produk paling laris selain produk olahan lainnya.
Aris juga memiliki kelompok peternak yakni Kelompok Sumber Berkah Mukti yang beranggotakan 13 peternak sapi milenial, yakni 24-39 tahun. Kami membutuhkan kisaran 400-500 liter susu segar setiap harinya dan ini mampu kami penuhi bersama dengan kelompok," ungkapnya.
Soal omset usahanya, Aris mengaku sebelum pandemi Covid-19 melandai, mampu mengantongi hingga Rp1 miliar per tahunnya. Namun, ia masih tetap bersyukur lantaran di tengah pandemi yang hampir dua tahun ini ia masih mampu mendapatkan omset hingga Rp700 juta per tahunnya.
Milenial lain yang memilih profesi sebagai peternak adalah Bayu Purnama Alam. Pemuda lulusan S1 ITB ini, tercatat pernah menjadi driver ojek online dan terlilit hutang hingga kerugian yang mendekati 2 Miliar di bisnis properti pada 2015.
Hingga di tahun 2017, keberuntungan mendatangi pemuda berusia 28 tahun ini, ada konsumen yang membutuhkan sapi berbobot 1 ton. Kebetulan, ia sedang merawat sapi ternak berbobot 1 ton juga.
“Saya tawarkan kepada konsumen dan hasilnya bagus. Saya pun bertemu dengan investor yang punya satu misi, sehingga dibangunlah peternakan sapi ini,” ujar Bayu.
Masalah peternakan yang Bayu hadapi di lapangan tidak membuatnya pantang mundur untuk memberikan yang terbaik bagi desa.
Dia pun mendirikan PT. Daya Desa Asasta berusaha untuk fokus di bidang peternakan dan pemenuhan kebutuhan pangan.
Hingga saat ini, mitra binaan PT. Daya Desa Asasta sudah menjangkau Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
“Kami membina sekitar 45 mitra peternak sapi, 17 mitra peternak ayam dan 25 mitra peternak lele organik. Perusahaan ini juga punya 35 karyawan di level manajemen,” ujarnya.
Bahkan Sudah melebarkan sayap bisnisnya dengan bisnis F&B bernama Katuang, perkebunan sawit dan media.
"Beternak itu keren, lho. Buktinya, saya bisa keluar dari jeratan hutang hingga lunas pada 2019, kemudian banyak membangun bisnis setelah 1 tahun beternak sapi,” ungkapnya bangga.
Sejatinya ada begitu banyak anak-anak muda yang memilih jalan berbeda dan sukses sebagai peternak, meski itu tadi jauh dari pendar cahaya lampu dan hiruk- pikuk dunia medsos. (TN)