trustnews.id

Syngenta Pendamping Setia Petani MELALUI INOVASI TEKNOLOGI DAN TRANSFORMASI KOMUNIKASI
Kazim Hasnain President Director PT. Syngenta Indonesia

Dengan memanfaatkan inovasi teknologi dan komunikasi digital, Syngenta menyediakan prolintan (produk perlindungan tanaman) dan benih bagi petani untuk meningkatkan produktivitas tanaman.

Dua tahun pandemi Covid-19 memberikan tantangan tersendiri terhadap upaya menjaga ketahanan pangan (food security) nasional. Menghadapi kondisi ini, Syngenta terus berupaya mendampingi para petani dalam meningkatkan produksi pangan di tengah ragam kebijakan terkait pembatasan aktivitas sosial.

Kazim Hasnain, President Director PT. Syngenta Indonesia mengatakan bahwa melalui inovasi teknologi pertanian dalam bidang perlindungan tanaman dan perbenihan serta transformasi komunikasi digital, Syngenta menjadi pendamping setia yang menjaga ketangguhan para petani.

Akses berkelanjutan terhadap informasi praktik pertanian yang baik dan solusi tepat bagi tanaman budidaya yang disediakan Syngenta sangat membantu petani dalam masa pandemi.

"Terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi petani. Salah satunya, keterbatasan akses untuk memperoleh informasi inovasi teknologi pertanian, serta pengetahuan di bidang praktik pertanian budidaya yang baik dan tepat. Hal ini terkait dengan pola pertanian tradisional yang masih dipraktikkan oleh sejumlah besar petani. Kondisi ini, pada gilirannya, menciptakan produktivitas yang rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain dengan pertanian yang sangat maju," ujar Kazim menjawab TrustNews.

"Di sisi lain, para petani menghadapi perubahan iklim dan musim yang memberikan tekanan biotik dan abiotik terhadap tanaman. Mereka membutuhkan benih, pupuk, dan juga produk perlindungan tanaman dengan jumlah dan waktu yang tepat. Pada saat awal pandemi, sekitar awal 2020, kami sempat khawatir sebab kalau petani tidak mendapat sarana produksi yang tepat waktu, produktivitas tanaman mereka dapat menurun 50 sampai 70%," papar Kazim yang sebelumnya menjabat sebagai General Manager Syngenta Pakistan yang telah sukses secara substansial meningkatkan pangsa pasar dan membina hubungan pelanggan yang kuat.

"Kalau kita lihat food security index secara global, Indonesia berada di urutan 65 dari 113 negara. Ini memberi gambaran bahwa ketersediaan pangan masih harus ditingkatkan. Nanti di tahun 2050 kita harus memproduksi 70% lebih banyak pangan untuk negara kita," paparnya.

Dia pun memberi contoh, dengan cara dan teknologi yang tersedia saat ini, satu hektare tanaman padi menghasilkan padi sekitar 6 ton, masih jauh dari potensi hasilnya. Dengan menggunakan cara dan teknologi yang lebih baik lagi, petani bisa meningkatkan produksi padi 9 sampai 10 ton per hektare.

"Hasil panen akan berbanding lurus dengan penerapan teknologi yang tepat oleh para petani. Produktivitas atau hasil panen akan meningkat apabila petani menerapkan praktik pertanian yang baik.

Proses ini berujung pada peningkatan pendapatan (income) dan kesejahteraan petani," urai Kazim yang tercatat pernah memimpin Biro Farmasi Pakistan dan CropLife Pakistan serta mendorong kebijakan menuju inovasi dan kualitas.

"Misalnya jika petani dapat meningkatkan produksi padi rata-rata dari 6 ton per hektare menjadi 10 ton per hektare, maka berapa tambahan produksi jika hal itu terjadi pada 12 juta hektare lahan padi? Tentu akan diperoleh peningkatan produksi yang besar jumlahnya," ujar Kazim yang selama 20 tahun meniti karir di berbagai bidang pekerjaan, mulai dari bidang konsultasi, keuangan, manufaktur, penjualan dan manajemen umum.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan teknologi pertanian, Kazim mengatakan, Syngenta memiliki tiga unit bisnis, yakni perlindungan tanaman, perbenihan, serta manajemen hama profesional. "Untuk mendukung unit bisnis tersebut kami memiliki dua pusat litbang (R&D) yang kuat untuk menghasilkan prolintan dan benih unggul. Masing-masing pusat litbang menghasilkan portofolio produk secara global,” kata Kazim.

Lini bisnis perlindungan tanaman menyediakan teknologi unggulan untuk berbagai tanaman mulai dari padi, jagung, kelapa sawit, cabai, tomat, bawang merah, jeruk, kentang, mangga, kakao, kedelai, dan lain sebagainya.

Untuk lini bisnis perbenihan, Syngenta menghasilkan berbagai varietas benih jagung hibrida unggulan, seperti NK Perkasa, NK Super, NK Hebat, NK Juara, NK Sumo, dan NK Andalan.

"Perusahaan kami menjalankan riset dan pengembangan produk secara global namun menghasilkan produk terbaik yang sesuai dengan kebutuhan petani di Indonesia. Tentu saja, teknologi pertanian yang kami hasilkan disesuaikan dengan kondisi landskap pertanian Indonesia. Kami selalu mengedepankan sains dalam menghasilkan teknologi baru yang didukung oleh pengalaman yang panjang di bidang itu," ujarnya.

Syngenta memiliki fasilitas penelitian dan pengembangan benih bertaraf internasional yang berlokasi di Kediri, Jawa Timur. Fasilitas ini dikhususkan untuk menghasilkan benih jagung hibrida dengan produktivitas tinggi. Dengan demikian, dapat memaksimalkan hasil panen.

Selain di Kediri, Syngenta juga memiliki proses produksi dan pabrik pemrosesan benih bertaraf internasional di Pasuruan, Jawa Timur. Untuk proses produksi benih, Syngenta memiliki inovasi berupa aplikasi Syngenta Management System (SMS) Crop. Aplikasi ini mampu melacak produksi benih, mulai dari benih yang digunakan petani, perawatan tanaman dan pengawasan kualitas benih di lapangan sampai panen. Semua ini untuk memastikan kualitas benih yang sesuai standar Syngenta.

“Kami juga menggunakan teknologi post harvest operation (PHO) di pabrik kami supaya produksi jagung hibrida Syngenta memenuhi standar. Misalnya, dalam hal kemurnian dan kadar air,” ujarnya.

Inovasi selanjutnya adalah penggunaan QR Code pada kemasan produk Syngenta yang dapat memudahkan petani mengenali keaslian benih.

Syngenta menawarkan pengalaman baru kepada petani menggunakan teknologi digital yakni ePG dan NK PetaniApps.

“Melalui aplikasi tersebut, petani dapat mengetahui jenis jagung hibrida yang direkomendasi, ramalan cuaca, informasi kios, menghitung keuntungan, serta mengikuti loyalty program,” pungkasnya. (TN)