Melalui Deep Talk Indonesia GIO tebarkan Optimisme di Tengah Masyarakat
JAKARTA - Sepanjang bulan Ramadhan Gerakan Indonesia Optimis (GIO) membedah isu-isu terkini secara mendalam. Dalam serial diskusi Deep Talk Indonesia sebanyak empat sesi, berhasil mengidentifikasi isu-isu krusial dan sejumlah alternatif solusi terkait terorisme, Presidensi G20 Indonesia, Ketahanan Pangan dan Keselamatan Mudik. “Ini merupakan bentuk kepedulian gerakan pemuda terhadap situasi yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini,” kata Ngasiman Djoyonegoro, Ketua Umum GIO.
Format diskusi Deep Talk Indonesia didesain oleh gerakan kelompok pemuda ini dengan mengundang narasumber-narasumber yang berkompeten dan ahli untuk membedah secara mendalam dan detail. “Tujuan kami adalah untuk memberikan pendidikan kepada publik, khususnya pemuda dan mahasiswa, mengenai isu-isu terkini. Dengan mengenali isu-isu krusial, diharapkan kita akan tetap dapat menjaga optimisme masa depan bangsa ini,” kata Simon, panggilan akrab Ngasiman Djoyonegoro.
Nilai-nilai Ramadhan Sebagai Proteksi Terhadap Radikalisme
Deep Talk Indonesia sesi pertama bertajuk “Nilai-Nilai Ramadhan sebagai Proteksi Terhadap Radikalisme” mengungkap bahwa gerakan terorisme dan radikalisme menumpang pada isu-isu aktual. Misalnya, perang Rusia-Ukraina diolah oleh kelompok radikalis dalam negeri dengan narasi Malhamah Kubro, yaitu peperangan akhir zaman yang diprediksi oleh Nabi Muhammad. Narasi ini pada akhirnya diarahkan bahwa dalam menghadapi malhamah kubro, kaum muslimin harus juga ikut berperang dan berjihad untuk menegakkan syariat Islam. Narasi-narasi ini yang digunakan kelompok radikalis untuk meraih simpatisan. Lalu diikuti dengan rekrutmen dan tindakan kekerasan.
Pola yang terjadi sekarang, kelompok radikalis membangun narasi-narasi untuk memperoleh simpati atau dukungan. Kelompok simpatisan inilah yang berbahaya, karena pada akhirnya akan menganggap tindakan kekerasan seperti bom bunuh diri merupakan tindakan yang lumrah. Jika jumlahnya semakin membesar dan tidak segera ditangani atau ditandingi dengan narasi yang lain, maka potensi berkembangnya kelompok radikalis semakin terbuka.
Agama Islam sendiri tidak pernah mengajarkan kekerasan. Iman, islam dan ihsan seharusnya lebih diserap oleh umat Islam, terlebih pada bulan suci Ramadhan. “Kita berharap, Indonesia tidak di-Suriah-kan,” kata Simon.
Sebagai sebuah solusi, Indonesia harus mampu mengembangkan sistem deteksi dini terhadap gerakan radikalisme itu sendiri. Ideologi-ideologi berbasis agama yang meyakini kebenarannya sendiri dan menganggap yang lain salah adalah target utama dari aparat pertahanan.
Indonesia pada Presidensi G20
Pada sesi kedua, Deep Talk Indonesia membincang tema tentang posisi dan peluang Indonesia dalam diplomasi internasional pada bidang ekonomi dan pertahanan keamanan. Tema ini relevan dengan perkembangan lingkungan strategis, yaitu konflik Rusia-Ukraina. Di tengah tekanan Blok Barat dan Blok Rusia, Indonesia haruslah tetap mempertahankan posisi diplomasi politik luar negeri, yaitu politik bebas aktif. Penegasan ini penting untuk memperkuat peran dan posisi Indonesia. Konsistensi Indonesia sebagai pelopor gerakan Non-Blok memiliki nilai strategis yang harus terus dijaga.
Di sisi lain, Presidensi G20 merupakan ajang untuk mempromosikan Indonesia. Mulai dari produk lokal, sistem demokrasi di negara muslim terbesar di dunia, dan yang tidak kalah penting adalah destinasi wisata Indonesia yang tidak kalah dengan destinasi wisata global. Hal ini akan memberikan dampak pada peningkatan ekonomi bagi Indonesia.
Hal yang perlu diperkuat pemerintah adalah komunikasi publiknya. Bahwa G20 adalah forum strategis yang harus dimanfaatkan oleh seluruh komponen bangsa. Indonesia harus mempertimbangkan komunikasi publik yang lebih membumi dan berkarakter lokal.
Forum-forum akan banyak diselenggarakan mengiringi G20, di ataranya Business 20 (B20), Think 20 (T20), Women 20 (W20), Youth 20 (Y20), Labour 20 (L20), Urban 20 (U20), Civil 20 (C20), Science (S20), Parliament 20 (S20), dan Supreme Audit Institution 20 (SAI20). “Forum-forum ini strategis sebagai ajang promosi Indonesia” kata Simon.
Arah Ketahanan Pangan Nasional Pasca Pandemi
Sesi ketiga, Deep Talk Indonesia menyoroti ketahanan pangan, terutama di tengah kondisi paska pandemi covid-19. Ketahanan pangan memanglah urusan sektoral, tapi jika terjadi kesalahan atau penyelewengan, maka akan menjadi persoalan serius dan dapat mengganggu pasokan pangan nasional. Oleh karena itu, pengamanan terhadap siklus pengadaan dan distribusi pangan juga tidak terlepas dari aparat keamanan, yaitu POLRI. Maka dibentuklah yang namanya satgas pangan yang didalamnya ada POLRI dan stakeholders lainnya.
Yang perlu diwaspadai adalah dampak dari perang Rusia-Ukraina, dimana Amerika Serikat juga terlibat. Dalam konteks pangan, negara-negara yang terlibat dalam konflik tersebut adalah negara market leader pangan global. Pasokan bahan pokok makanan di antaranya dipengaruhi oleh negara-negara tersebut. Karenanya, pemerintah harus mengantisipasi jika pasokan pangan tersendat dengan membangun rencana cadangan.
Tidak ada pilihan lain bagi negara berdaulat seperti Indonesia, kemandirian pangan adalah pilihan yang terbaik. Pangan adalah hak asasi dan pemenuhannya adalah kewajiban negara. Pandemi Covid-19 memberikan pembelajaran bahwa sektor pertanian adalah sektor yang paling bertahan dalam mendukung pangan nasional. “Artinya, kebijakan ke depan kita seharusnya difokuskan pada pertanian. Ini untuk memperkuat ketahanan pangan kita,” kata Simon.
Mudik, Covid-19 dan Keselamatan Lalu Lintas
Seri terakhir Deep Talk Indonesia membedah faktor-faktor penting yang harus diperhatikan para pemudik di tengah kondisi Covid-19 yang belum dinyatakan berakhir. Bahwa potensi penyebaran virus Covid-19 masih ada. Karenanya, vaksin booster adalah satu persyaratan yang diwajibkan untuk menekan potensi penyebaran.
Lalu lintas mudik diperkirakan akan meningkat karena ada larangan mudik selama 2020 dan 2021. Oleh karena itu, para aparat mengantisipasi dengan mengeluarkan berbagai kebijakan. Misalnya, rekayasa lalu lintas, pendirian posko, dan kemitraan berbagai stakeholders dan penggunaan diskresi polisi lalu lintas untuk memperlancar lalu lintas.
Kebijakan pemerintah hingga hari ini kita harus akui bahwa penanggulangan covid-19 masih belum maksimal. Pendekatannya masih berbasis ekonomi. Seharusnya ada pendekatan perilaku masyarakat. Untungnya Pak Jokowi sadar tentang ini, karenanya Presiden memulai gerakan 3M untuk menanggulangi pandemi, termasuk pada saat mudik.
Mudik telah menjadi budaya masyarakat. Adalah tugas pemerintah untuk memfasilitasi masyarakatnya. “Pengembangan kebijakan pemerintah memang sudah seharusnya diarahkan pada tujuan keselamatan dan kesehatan masyarakat,” kata Simon.
Akhirnya, sebagai upaya membangun optimisme di tengah masyarakat, Deep Talk Indonesia adalah salah satu bentuk kontribusi Gerakan Indonesia Optimis (GIO) terhadap masyarakat Indonesia. “Optimisme harus terus dikabarkan dan dikobarkan kepada masyarakat, apapun dan bagaimanapun situasi yang dihadapi oleh bangsa dan negara ini,” tutup Simon.