TrustNews.Id - Rumah baru dan tantangan baru bagi PT BPR Cirebon Jabar (BCJ Perseroda) setelah berganti badan hukum dari perusahaan daerah (PD) BPR Astana Japura (Asjap). Meski tetap berpijak pada pemberdayaan UMKM. Namun manajemen perusahaan mulai mengambil langkah kolaborasi dengan Bank Umum dan Fintech (financial technology).
Sinergi dengan Bank Umum dan Fintech sebagai upaya BCJ mentransformasikan diri dalam pelayanan digital (digital banking) sehingga pelayanan bisa lebih cepat, terukur tanpa mengabaikan prinsip kehati-hatian.
Selain itu, digitalisasi merupakan keniscayaan bagi perbankan karena bank harus bisa adaptif dengan kebutuhan masyarakat yang menuntut kecepatan dan kemudahan dalam melakukan transaksi keuangan di tengah perkembangan teknologi informasi.
"Kami sedang mengarah ke digitalisasi hanya saja tidak bisa membangunnya sendirian. Kami mencoba bersinergi dengan teman-teman yang lain. Contohnya dengan bank umum seperti Bank Mandiri dan Bank Permata serta Fintech," ujar Multahibun, Direktur Utama Asjap/BCJ menjawab TrustNews.
"Saat Ini kerja sama yang terjalin dengan bank umum, lanjutnya dalam bentuk virtual account dan mobile collection. Kerjasamanya belum sampai ke ATM," tambahnya.
Hanya saja ditekankannya, upaya digitalisasi yang dilakukan dibarengi dengan penguatan pondasi perusahaan yang merupakan hasil merger dari 6 BPR dimana Asjap menjadi BPR induk. Keenam BPR yang digabungkan itu, antara lain PD BPR Beber, PD BPR Cirebon Selatan, PD BPR Ciwaringin, PD BPR Gegesik, PD BPR Kapetakan dan PD BPR Klangenan.
"Kami memang baru merger sekitar dua tahun lalu dan saat itu asset kami sekitar Rp 500 juta dan saat ini 2022 total asset mencapai Rp400 miliar lebih. Secara aset memang terjadi lonjakan, tapi masih banyak yang harus dibenahi. Kantornya saja belum di bangun," ungkapnya.
Tak hanya kantor yang harus dibenahi, menurutnya, sumber daya manusia (SDM) pun perlu ditingkatkan terkait kompetensi dan kapabilitasnya sehingga responsif dalam menyikapi perubahan lingkungan usaha yang kian dinamis.
"Transformasi digital tentu mengubah pola pengelolaan dan operasional dari yang tradisional bank menjadi future bank. Tentu bukan hanya sekedar alat yang dibutuhkan tapi juga sumber daya manusianya juga harus bertransformasi," ujarnya.
Sebagai informasi, BPR milik Pemkab Cirebon dan Pemprov Jabar ini berubah nama berdasarkan surat keputusan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Cirebon, dengan Nomor Kep-9/KO.0201/2022. Penggabungan enam BPR ke satu BPR Asjap oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten (Pemkab) Cirebon itu tidak lepas dari pertimbangan.
Salah satunya, melihat pada kinerja keuangan BPR Asjap yang terus mengalami pertumbuhan. Sehingga, dari enam BPR itu dilebur menjadi satu BPR Asjap.
“Kami sangat bersyukur, kerja keras team work kinerja keuangan BPR yang saat ini telah berubah bentuk badan hukum mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya. Tahun 2021, total aset tercapai Rp 388,342 miliar atau naik dari tahun 2020 sebesar Rp 348,028 miliar,” ujarnya.
"Meski telah berubah, lanjut Multahibun, PT BPR masih tetap fokus terhadap pemberdayaan UMKM. Untuk pemberdayaan UMKM, BPR kami saat ini memiliki delapan belas pasar tradisional dengan program kredit baru, yakni Pantura dengan suku bunga 0,8 persen per bulan, dan akan terus membantu usaha mikro agar ekonomi lebih meningkat lagi,” paparnya.
Selain itu dalam upaya memperluas pangsa pasar, menurut Multahibun, BCJ tengah memformulasikan bisnis baru yakni bekerja sama dengan pengelola pasar tradisional yang membutuhkan biaya membangun kios-kios untuk para pedagang.
"Kita tidak ingin hanya menjadi BPR yang memberikan kredit modal buat para golongan pengusaha mikro, kecil dan
menengah saja. Tapi juga siap membiayai pasar-pasar tradisional yang membutuhkan pembangunan kios," ujarnya.
Tak sampai disitu saja, lanjutnya, BCJ juga mulai melirik payroll karyawan dengan pola menggandeng bank umum. Untuk karyawan yang gajinya setara UMR, payroll-nya tidak lagi digarap oleh bank umum tapi diarahkan ke BPR BCJ.
"Cirebon terdapat banyak pabrik, harapannya kita nih bank umum seperti Bank Mandiri atau lainnya itu payroll yang di atas Rp4 juta. Sedangkan yang gajinya Rp3 juta ke bawah payroll-nya di kita. Dan ini sudah mengarah kesana juga," pungkasnya.
(tn/san)