TRUSTNEWS.ID,. - Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memastikan bahwa menara seluler Base Transceiver Station (BTS) 4G di ribuan titik wilayah 3T (terdepan, terpencil dan tertinggal) telah berstatus "on air" atau menyala.
Danny Januar, Direktur Infrastruktur Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo, mengatakan, pembangunan akses telekomunikasi di daerah 3T mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 yang diperbarui dengan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2020 Penetap-an Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024.
Berdasarkan Perpres tersebut, daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. Ada enam kriteria terkait penetapan daerah tertinggal, seperti dijelaskan Pasal 2 Perpres, yaitu: perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kemampuan keuangan daerah, aksesibilitas; dan karakteristik daerah.
Jumlah kelurahan/desa di Indonesia adalah 83.218 desa. Dari jumlah tersebut, yang terlayani sinyal 2G sebesar 91,84%, terlayani sinyal 3G sebesar 80,51%, dan terlayani sinyal 4G sebesar 84,92%.
Jumlah kelurahan/desa yang belum terlayani sinyal 4G di daerah 3T adalah sebanyak 9.113 desa. Pembangunan BTS 4G di 9.113 desa ini akan diselesaikan BAKTI sampai dengan 2024.
"Terhadap 3.435 kelurahan/desa yang tidak termasuk daerah 3T akan didorong untuk dibangun oleh operator seluler," ujar Danny Januar menjawab TrustNews.
"Jumlah Pekerjaan Pembangunan BTS 4G BAKTI yg sudah menjadi ON AIR per 31 Desember 2022 sebanyak BTS 4G BAKTI eksisting 1682 lokasi (pembangunan 2015 – 2020) dan BTS 4G BAKTI baru 3.805 lokasi (pembangunan 2021 – sampai sekarang). Sehingga total BTS 4G BAKTI yang sudah ON AIR memberikan layanan kepada masyarakat mencapai 5.487 lokasi di daerah 3T," ungkapnya.
Dirinya mengakui selain persoalan kesulitan geografis serta berbagai tantangan lainnya, hingga saat ini BAKTI masih harus bekerja keras untuk melakukan pemerataan aksesibilitas telekomunikasi dan informasi nasional khususnya di wilayah Terdepan, Tertinggal dan terluar (3T).
"Masih terdapat banyak kesenjangan infrastruktur telekomunikasi dan informasi di daerah-daerah terpencil di Indonesia," ujar Danny Januar kepada TrustNews.
Menurutnya, tidak hanya kondisi geografis Indonesia sangat luas dan menantang. Pekerjaan pengiriman material ke lokasi pembangunan BTS 4G Bakti juga menjadi tantangan tersendiri. Pengiriman material proyek dari pusat produksi di pulau Jawa dilakukan dengan menggunakan sarana transportasi kapal laut. Belum lagi ada gangguan keamanan di sebagian daerah di provinsi Papua dan Papua Barat.
Tantangan berikutnya yakni infrastruktur jalan maupun listrik yang masih minim di daerah 3T, dan juga kondisi cuaca buruk yang sering terjadi serta lokasi yang cukup sulit dijangkau. Ditambah lagi dengan terbatasnya pasokan tenaga kerja lokal yang mampu untuk mendukung pembangunan infrastruktur BTS 4G Bakti.
"Tantangan terberat adalah menaklukkan geografi Tanah Air yang sungguh luas dan kaya ini. Ribuan kabel serat optik harus kita bentangkan melalui jalur laut, darat dan pegunungan. Termasuk juga tantangan logistik dalam pembangunan menara BTS 4G," ujarnya.
Menurutnya, jika mengacu kepada pendekatan business as usual, pemerataan akses sinyal dan internet di seluruh Indonesia membutuhkan waktu hingga sepuluh tahun. Terlalu lama, apalagi akses itu terbukti sangat dibutuhkan saat ini juga, pada masa pandemi yang membatasi mobilitas ini. Untuk itulah pemerintah menempuh jalan percepatan transformasi digital, terutama dalam hal pembangunan infrastruktur.
Selain melalui jalan terestrial seperti BTS dan jaringan serat optik, BAKTI juga sedang membangun satelit multifungsi (SMF) SATRIA 1 yang kini sedang dalam tahap konstruksi. Satelit ini memiliki kapasitas 150 Gbps yang akan melayani kebutuhan akses di titik-titik layanan publik di wilayah yang tidak terjangkau oleh jaringan teresterial.
"Indikator keberhasilan BAKTI adalah semua masyarakat terutama di daerah 3T sudah terlayani oleh akses telekomunikasi dan internet. Sesuai dengan visi, BAKTI dapat menjembatani kesenjangan digital untuk masa depan Indonesia yang lebih baik," pungkasnya.