TRUSTNEWS.ID - Indonesia memiliki sumber daya geothermal potensial terbesar di dunia karena lokasinya yang unik di dekat “ring of fire”. Pengembangan proyek tenaga panas bumi sebagai salah satu sumber energi strategis dan ramah lingkungan telah menjadi prioritas Pemerintah Indonesia untuk mempromosikan energi terbarukan dari sumber daya panas bumi.
Dengan potensi panas bumi yang sangat besar, Indonesia memiliki peluang untuk membawa perubahan dan menjawab tantangan perubahan iklim tersebut. Karena itu, pemerintah telah menyusun Road Map Pengembangan Energi Panas Bumi Indonesia dan menjadi bagian dari target 23% bauran energi baru terbarukan di tahun 2025.
Untuk itulah Sarulla Operations Ltd (SOL) hadir. Sebagai pemain baru di tanah air, SOL berupaya memanfaatkan sumber daya panas bumi melalui pengerjaan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi yang sejalan dengan tujuan pemerintah.
Hingga saat ini, perusahaan yang disponsori konsorsium Medco, Itochu, Kyushu, Inpex dan Ormat itu sudah berkontribusi 330 MW melalui proyek panas bumi di tanah air, yang merupakan bagian dari rencana pemerintah untuk penyediaan listrik nasional sebesar 35.000 MW.
“Kami sangat bangga dapat melaksanakan proyek Geothermal 330MW dengan Pemerintah Indonesia dan memberikan kontribusi pada tujuan strategis nasional untuk menyediakan listrik dari energi terbarukan,” ungkap Vice President (VP) Sarulla Operations Ltd, Rangga Wirapasa, kepada Trustnews.
Secara kontraktual target pengerjaan proyek panas bumi yang akan diraih SOL bisa mencapai 1000 MW. Saat ini yang di utilisasi oleh kami baru 330 MW. Kedepannya, Sarulla memiliki rencana pengembangan di Tapanuli Selatan yang telah tertuang dalam Rencana Usaha Pembangkit Tenaga Listrik (RUPTL) sebesar 260 MW .
Untuk mengakselerasi dan memudahkan pengerjaan proyek tersebut, lanjut Rangga, SOL mengedepankan teknologi khusus bertajuk Binary System, yang hingga saat ini merupakan teknologi terbaru dalam pengembangan panas bumi, dan di Indonesia baru SOL sendiri yang menerapkan teknologi tersebut.
Dengan kemampuan ini, harap Rangga, dengan Indonesia memegang 40% cadangan panas bumi di dunia sehingga SOL bisa berperan di dalamnya sebagai perwakilan bangsa. Melalui ke-mampuan yang dimilikinya SOL berharap selalu mendapat dukungan penuh dari pemerintah dalam menjangkau potensi-potensi pengerjaan proyek panas bumi tersebut.
Apalagi, ke depan akan ada rencana pergeseran transisi energi bumi di 2060, dan potensi panas bumi bisa menjadi solusi utama jika dibandingkan dengan pengembangan renewable energy lainnya.
“Harapan kita ke depan SOL punya tarif yang atraktif, sehingga ada return yang baik. Seain itu percepat perizinan atau tanda tangan kontrak dengan PT PLN (Persero) dan pemeritah hadir bahwa ini adalah komitmen bersama, bukan hanya proyek bagi investor,” tandasnya.
Ditambahkan Rangga, kehadiran SOL terutama dalam pengerjaan proyek panas bumi mampu memberikan benefit khusus, terutama bagi masyarakat dan pemeritah daerah setempat. Ada bonus produksi sebesar 0,5% yang akan disampaikan ke pemerntah daerah.
“Ini adalah komitmen kami untuk mendukung perekonomian. Selain itu, dengan adanya pengembangan panas bumi di wilayah berdampak positif dari sisi penyerapan tenaga kerja, pengembangan generasi muda di wilayah yang tertinggal, sehingga masyarakat belajar hal baru (shariing knwoledge),” pungkasnya.
(tn/san)