Orang-orang yang datang ke Swasti Sari adalah orang-orang yang ingin mengubah nasibnya.Moto Swasti Sari “Melayani Yang Benar”, maka anggota ditempatkan sebagai pemilik dan Pengelola sebagai Pelayan yang Benar dalam Melayani Pemiliknya. Berakar dari budaya bangsa saling tolong menolong dan membantu sesama anggota tanpa membedakan suku, ras dan golongan.
Kupang, Nusa Tenggara Timur, tiga puluh tiga tahun yang lalu, para guru sekolah dasar berkumpul untuk mendirikan koperasi. Mungkin terdengar klise alasannya, minimnya gaji guru membuat para guru terjerat rentenir. Namun itulah kenyataan getir yang dialami para guru. Kini, dua gedung megah tinggi menjulang, di Kupang dan Kefamenanu, menjadi bukti pencapaian yang bahkan tidak pernah terbayangkan oleh para guru saat koperasi didirikan. Koperasi Swasti Sari memiliki arti (Swasti: Pendidikan dan Sari Utama). Sejalan dengan Moto Swasti Sari “Melayani Yang Benar” maka Swasti Sari sesungguhnya adalah Mengutamakan Pendidikan Yang Benar Terhadap Anggota dan Pengelola.
Kami menyakini bahwa Benar (Kebenaran) bersumber dari Allah Semesta Alam, Roh Kudus yang disebut Tuhan maka wajib hukumnya pengelola mengembangkan lembaga dan melayani anggota harus sebenar – benarnya. Jika kebenaran itu ditegakan di Koperasi maka dengan sendirinya anggota dan masyarakat dipelosok manapun dituntun oleh Kebenaran itu sendiri untuk mencari wadah demi mencapai Kesejahteraan dan nasib anggotapun berubah semakin baik.
Sebagai anggota di Koperasi Kredit Swasti Sari harus benar mengenal pengelolanya, benar memahami hak dan kewajiban, benar dalam pelayanan tanpa membuat sekat dan perbedaan diantara pemilik. Karena kebenaranlah yang mempersatukan anggota dengan anggota dalam wadah koperasi bukan anggota dipersatukan oleh uang.
Secara geografis berada di bagian tenggara Indonesia, namun mampu tumbuh dengan 1 kantor pusat, 27 cabang, 6 Kantor Cabang Pembantu dan 75 kantor kas di seluruh Indonesia.Total asetnya mencapai Rp1 triliun lebih, jumlah anggota 116.000 orang lebih dan mempekerjakan lebih dari 400 orang karyawan.
Bahkan saat pandemi Covid-19 melanda dunia, Kopdit Swasti Sari mampu menjaga pertumbuhan keanggotaannya sebanyak 3000-an anggota per bulan.Jumlah keanggotaan sebanyak itu tentu menambah aset permodalan dari anggota sendiri bisa mencapai Rp17 miliar per bulan.
Orang-orang yang datang ke Swasti Sari adalah orang-orang yang ingin mengubah nasibnya. Berakar dari budaya bangsa saling tolong menolong dan membantu sesama anggota. "Kita tak ingin sen. Sebuah angka yang sangat cemerlang.
Menurut Jhon, KSP Kopdit Swasti Sari juga memberikan stimulan berupa kemudahan pembayaran bagi para anggota. Pertama, pembayaran angsuran pokok tidak seratus persen atau hanya membayar bunga terlebih dahulu. Berikutnya, denda pinalti dan bunga tunggakan yang bisa dibicarakan bersama manajemen.
"Swasti Sari itu didirikan untuk mengubah nasib, jejak itu terus hadir sampai saat ini dan seterusnya dimana orang-orang yang datang ke Swasti Sari adalah orang-orang yang ingin mengubah nasibnya," urainya.
"Saat mereka yang serba kekurangan itu bergabung, sesama anggota saling bantu. Ini akar budaya kita sebenarnya saling bantu sesama, bila ada saudara yang kesusahan. Dan anggota juga menyadari betul untuk mengembalikannya tepat waktu," paparnya.
Hal yang paling membanggakan, ujar Jhon, total aset Rp1 triliun yang dimiliki Swasti Sari adalah hasil dari keanggotaan dan bukan di dapat dari bantuan pihak manapun. "Prinsip Swasti Sari itu tidak mencari keuntungan yang besar, tapi fokus bagaimana kehidupan masyarakat berubah setelah bergabung dengan kita. Kita tidak pakai bunga yang tinggi, kita pakai sistem bunga yang kompromi sehingga tidak membebani anggota saat mengembalikannya," urai Jhon yang lagi-lagi mengungkap kebanggaannya bahwa banyak anggota koperasi Swasti Sari yang anak-anaknya kini bisa bersekolah hingga bergelar sarjana.
Di sisi lain Manajemen Swasti Sari Kupang, dipaparkan Jhon, dari waktu ke waktu terus meningkatkan sistem pelayanan kepada nasabah dengan menghadirkan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
"Kita tidak memungkiri ada banyak koperasi yang dijalankan secara manual, sementara teknologi terus berkembang dan itu memberikan manfaat berupa kemudahan. Kita di Swasti Sari tidak ingin kalah dengan perbankan atau lembaga keuangan lainnya dalam urusan teknologi," jelasnya.
"Kalau bicara teknologi pembayaran online, Swasti Sari sudah sekian tahun lalu menjalani transaksi online di cabang Kuta Bali melalui ATM. Jadi meski Swasti Sari itu koperasi, tapi soal teknologi online kita tidak kalah," pungkasnya. (TN).