TRUSTNEWS.ID - Sebanyak 47 persen belum memiliki rumah, merupakan potensi yang sangat besar dan menjadi salah satu captive market pengembangan properti di Indonesia.
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menilai bahwa generasi milenial di antara usia 21-40 tahun di Indonesia mendominasi populasi captive market pengembangan properti di Indonesia. Fakta ini pula yang membuat BTN mengincar sebanyak 5,8 juta gene-rasi milenial di Indonesia untuk memiliki rumah pada tahun 2023.
Roni Subagio, Kepala BTN Kanwil VI Jawa Tengah Yogyakarta, mengatakan backlog perumahan saat ini sebesar 12,75 juta yang termasuk di dalamnya generasi milenial yang mendominasi populasi masyarakat Indonesia saat ini yang diperkirakan sebanyak 47 persen belum memiliki rumah, merupakan potensi yang sangat besar dan menjadi salah satu captive market pengembangan properti di Indonesia
"Bank BTN optimis proyeksi terhadap pertumbuhan kredit perseroan khususnya pada sektor perumahan tahun 2023 akan lebih tinggi dibanding tahun ini. Kebutuhan akan perumahan masih sangat besar didasari tingginya backlog perumahan di Indonesia yang mencapai 12,7 Juta unit berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2021," ujar Roni Subagio kepada Trustnews.
Sebagaimana diketahui, penyediaan perumahan masih dihadapkan pada tantangan yang besar untuk menyelesaikan 12,71 juta backlog rumah tangga, dan terus bertambah sekitar 600.000-800.000 rumah tangga baru setiap tahunnya. Pemerintah melalui Kementerian PUPR secara bertahap, menargetkan peningkatan akses masyarakat terhadap rumah layak huni dengan menyediakan berbagai program strategis.
Dalam menyelesaikan backlog perumahan, pada tahun 2023 diperlukan pengembangan pembiayaan perumahan yang menyasar beberapa kelompok masyarakat seperti MBR informal yang mencapai 60% lebih.
"Prospek properti di Indonesia masih bagus jika dilihat dari total penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang terus tumbuh setiap tahun. Pada kuartal III 2022, penyaluran KPR secara nasional tumbuh 7,70 persen atau meningkat 6,81 persen dibandingkan kuartal kedua," ujarnya.
Untuk wilayah BTN Jateng dan DI Yogyakarta, menurutnya, hingga Desember 2021 dana Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang telah disalurkan untuk Jateng sebesar Rp1.701,61 miliar atau 7.232 unit dan DI Yogyakarta sebesar 140,82 miliar atau 489 unit, sehingga total dana PEN yang disalurkan sebesar 1.942 miliar atau 7.721 unit rumah.
Menurut Roni, penyaluran Kredit ke sektor UMKM juga menjadi peluang bisnis perbankan khususnya di wilayah Jawa Tengah dimana UMKM dapat menjadi penggerak roda perekonomian yang relatif tangguh dan mampu bertahan di masa kritis.
"Berdasarkan data penyaluran KUR di Jawa Tengah periode Mei 2022, Jawa Tengah merupakan provinsi terbesar secara nasional dalam penyaluran KUR yaitu sebesar Rp 26,28 triliun dengan porsi share sebesar 18,18 persen," ungkapnya.
Indikator keberhasilan BTN Jateng yaitu dalam hal penyaluran kredit baik kredit komersial maupun kredit consumer dimana terdapat peningkatan secara tahunan (YoY) total untuk penyaluran kredit sebesar 81 persen dengan data sebagai berikut Kredit Komersial Rp433.698 (Nov 2021) - Rp2.165.624 (Nov 2022) atau 399 persen (yoy).
"Tantangan yang akan dihadapi diantaranya yaitu kenaikan suku bunga acuan akan menjadi tekanan bagi perbankan dimana saat bunga kredit naik maka nasabah akan menahan diri mengambil kredit yang berpotensi memperlambat laju pertumbuhan kredit," pungkasnya.
(tn/san)