TRUSTNEWS.ID - Industri kelapa sawit Indonesia, yang menyumbang lebih dari 50% pasokan minyak sawit dunia, menghadapi tantangan besar dalam menjaga keberlanjutan dan produktivitas.
Di tengah dinamika ini, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) berperan sebagai ujung tombak riset dan pengembangan (R&D) untuk mendukung industri yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan berdaya saing.
Winarna, Ketua PPKS, menjelaskan bagaimana inovasi riset dan strategi kolaboratif mendorong transformasi industri kelapa sawit nasional menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.
"PPKS telah menetapkan arah riset yang selaras dengan kebutuhan industri kelapa sawit yang berkelanjutan," ujar Winarna kepada TrustNews.
Menurutnya, upaya ini mencakup pengembangan varietas tanaman unggul baru yang spesifik lokasi dan toleran terhadap hama serta penyakit, teknologi pengendalian hama berbasis organik dan hayati, hingga teknologi penyehatan tanah.
Riset lain fokus pada efisiensi pemupukan, adaptasi terhadap perubahan lingkungan dan karbon, serta pengembangan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) dan mekanisasi. Baginya, pendekatan ini bertujuan meningkatkan produktivitas secara berkelanjutan, baik di sektor hulu maupun hilir, sekaligus memperkuat nilai tambah komoditas sawit di pasar global melalui hilirisasi produk turunan seperti bahan pangan, energi terbarukan, dan produk ramah lingkungan.
Dijelaskannya, tahun 2025 menjadi momen penting bagi PPKS dengan sejumlah proyek riset unggulan. Salah satu yang menonjol adalah pengembangan varietas baru melalui teknologi kultur jaringan, menghasilkan NUSAklon 1 dan NUSAklon 2 yang dirancang untuk meningkatkan hasil panen dan ketahanan terhadap kondisi lingkungan beragam.
"Kami berupaya menghasilkan bahan tanam yang lebih adaptif dan produktif, khususnya untuk petani kecil," ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, PPKS tengah mengembangkan sistem berbasis AI untuk membantu pekebun mengelola kebun secara cepat dan akurat melalui analisis data real-time, seperti waktu tanam, pemupukan, atau deteksi dini hama.
Kolaborasi dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan pendanaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP), menurutnya, juga menghasilkan riset introduksi serangga penyerbuk baru dari Tanzania yang diharapkan meningkatkan efisiensi penyerbukan dan hasil panen.
Di sektor hilir, inovasi PPKS mencakup pengembangan biodiesel generasi baru, bahan baku untuk industri makanan dan kosmetik, serta produk kimia ramah lingkungan—yang semuanya memperluas nilai ekonomi sawit.
Untuk mendukung riset berkualitas, lanjutnya, PPKS terus memodernisasi infrastrukturnya. Fasilitas seperti kebun percobaan, laboratorium dengan peralatan mutakhir, rumah kaca, dan unit produksi bahan tanam menjadi tulang punggung operasional.
"Kami mengintegrasikan teknologi digital, seperti sensor IoT untuk memantau kondisi tanah dan tanaman, serta platform analitik berbasis AI untuk mengolah data riset," ujarnya.
Modernisasi ini memungkinkan PPKS menjalankan eksperimen skala besar, seperti uji coba varietas baru atau pengembangan teknologi pengendalian hama organik, yang mendukung efisiensi dan akurasi data.
Hilirisasi menjadi pilar strategis dalam upaya PPKS memperluas nilai tambah sawit. Melalui kerja sama dengan pelaku industri, PPKS menyediakan teknologi siap pakai untuk diversifikasi produk seperti bahan bakar bio yang lebih efisien dan produk ramah lingkungan.
"Kami ingin sawit tidak hanya dilihat sebagai komoditas minyak mentah, tetapi juga sebagai sumber inovasi untuk berbagai sektor," ujarnya.
Baginya, keberhasilan PPKS tercermin dari adopsi teknologi ramah lingkungan oleh industri, seperti varietas unggul dan pengendalian hama organik, yang telah meningkatkan hasil panen di beberapa perkebunan. Kontribusi terhadap pengurangan emisi karbon melalui riset penyehatan tanah dan efisiensi pemupukan juga menegaskan komitmen PPKS terhadap keberlanjutan.
"Ketika teknologi kami membantu meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat, itulah indikator keberhasilan kami," ungkapnya.
Meski telah mencatat banyak capaian, PPKS menghadapi tantangan besar, terutama rendahnya produktivitas perkebunan rakyat yang hanya mencapai rata-rata 3–4 ton minyak sawit per hektare, jauh di bawah potensi 6–8 ton.
"Ini mendorong kami untuk terus berinovasi dan memperluas sosialisasi hasil riset kepada petani kecil," pungkasnya. (TN)










