TRUSTNEWS.ID - Desing mesin gerinda tak lagi nyaring berbunyi. Rumah-rumah produksi furniture yang biasanya ramai saling bersahutan hanya menyisakan kesenyapan. Tak ubahnya roda pedati, keriuhan akan banjirnya pesanan ekspor di saat pandemi Covid-19 menerpa, seketika mencipta badai pemutusan hubungan kerja (PHK) saat konflik Rusia-Ukraina memanas bersamaan dengan landainya pandemi.
“Ada keanehan saat Covid-19 di 2021 kita mengalami pertumbuhan yang anomali di angka +27,23% persen (Januari-Desember 2021),” ujar Abdul Sobur, Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) kepada Trustnews.
“Mungkin karena sebelum itu orang nggak ada kesempatan buat belanja. Ditambah lagi ada subsidi dari negara. Maka kami ada penutup di saat itu mencapai USD 3,47 miliar,” tambahnya.
Masuk ke 2022, lanjutnya, terjadi penurunan ekspor sebesar 7,4 persen. Setelah mengalami Pertumbuhan pesat 3 tahun berturut-turut. Bahkan sempat mencapai rekor tertinggi pada 2021. Penurunan ini sebagai dampak dari kondisi global.
“2022 dan 2023 kondisinya anomali. Kondisi global situasinya sedang tidak baik. Ada konflik di wilayah Eropa Timur dan konflik di Afrika. Ada kondisi menghangat di Asia Tenggara. Secara geopolitik ekonomi mengalami kemerosotan,” ujarnya.
“Penurunan ini apakah akan lama atau sebentar tergantung kondisi dunia, karena kami ini barang ikutan dari properti. Semoga bisa menurun iklim konflik, sehingga bisa seattle kembali,” harapnya.
Strategi kami juga ada, missal mengubah strategi yang awalnya ke USA dan Eropa. Di situasi saat ini ada market non tradisional yang tumbuh missal india, middle east, dan china.
Ada 1 kondisi yang anomaly, dalam situasi global saat ini, ada perang di wilayah eropa timur, konflik di afrika, dan kondisi menghangat di asia Tenggara, menurunnya kemampuan di amerika, dsb secara geopolitik ekonomi mengalami kemerosotan, bukan hanya di industri kami, apalagi kami bukan sektor utama.