Ragam inovasi yang dilakukan Bupati Asip Kholbihi dan Wakil Bupati Arini Harimurti membuat Kabupaten Pekalongan tumbuh dengan segala potensi yang dimilikinya.
“Run Asip Kholbihi, Run!”.
Tak ubahnya Forrest Gump, tokoh utama dalam film Forrest Gump, Bupati Asip Kholbihi dan Wakil Bupati Arini Harimurti membawa Kabupaten Pekalongan berlari dan terus berlari mengejar ketertinggalannya.
Secara geografis, Kabupaten Pekalongan yang membentang jauh dari utara ke selatan dengan luas mencapai 836,13 km2 itu, dianugerahi segalanya: pantai, persawahan, perkebunan, hutan hingga pegunungan.
Tengok saja, luasan area persawahan dan perkebunan yang menghampar mulai dari padi, teh, kopi, duren, cengkeh, manggis lalu tanaman keras seperti jati dan pinus. Begitu juga di sektor peternakan, seperti sapi, ayam dan telur ayam. Termasuk budi daya ikan air tawar dengan begitu banyak jumlah kelompok pembudidaya ikan air tawarnya.
Tak ingin semua potensi itu tersia-siakan, sejak dilantik sebagai Bupati Pekalongan 2016 lalu, Asip pun mulai membawa Kabupaten Pekalongan untuk berlari. Salah satu program yang digelorakan yaitu penerbitan Kartu Kajen Sehat dan Kajen Cerdas.
Dengan membawa visi terwujudnya masyarakat Kabupaten Pekalongan yang sejahtera, religius, dan berkelanjutan berbasis potensi lokal. Pasangan ini terus mencari inovasi dalam menumbuhkan ekonomi di Kabupaten Pekalongan.
Tengok saja bagaimana Asip membangkitkan kembali kopi Pekalongan yang melegenda sejak abad 18. Sebuah perkebunan kopi yang dibangun pemerintah Belanda di Desa Lambanggelun, Kecamatan Paninggaran, tersohor dengan kopi jenis robusta dan arabika.
Asip kembali menghidupkan budaya ngopi tersebut. Untuk mewujudkan rencananya itu, Asip tak segan mengundang pakar dan praktisi kopi, tidak saja mengembangkannya tapi juga memberdayakannya dari hulu hingga hilir.
Asip mengungkapkan pemberdayaan kluster kopi juga sesuai dengan visi misinya, yakni memberdayakan UMKM.
"Kami menjanjikan dulu 100 ribu lapangan pekerjaan. Sekarang sudah ada 53 ribu UMKM, maka angka penyerapan tenaga kerja bisa tercapai," ujarnya.
Hasilnya, Petungkriyono, dijadikannya sebagai destinasi wisata pesona alam dan kopi. Atau terkenal dengan Cultural Techno Forestry Park.
Tak puas dengan kopi, Asip juga menyulap Kecamatan Paninggaran menjadi destinasi bagi para pecinta teh. Dengan harapan, Paninggaran akan menjadi Petungkriyono yang telah berubah menjadi sebuah daerah maju, serta menjadi incaran wisatawan untuk berkunjung.
"Jadi nanti semua potensi kita kelola secara baik, untuk menjadikan sebuah daerah kaya. Potensi sandang sudah jelas itu, ada batik, jeans, tekstil dan lainnya. Kemudian kita punya kopi juga, ada teh, termasuk gulanya ada di PG Sragi," tandas Asip.
Dijelaskannya, dengan pengelolaan yang baik dan maksimal, diharapkan bisa memberikan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat dan pembangunan Kota Santri. Kemudian memberikan dampak bagus bagi investasi, karena desa tidak boleh miskin, semua harus diberdayakan baik Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA), juga sumber daya sosialnya.
Begitu juga dengan sektor lainnya, seperti pembangunan infrastruktur struktur jalan, jembatan, irigasi, pertanian, pendidikan, wisata, melestarikan seni budaya dan mendorong pertumbuhan UMKM.
"Alhamdulillah, tahun 2019 kita telah melaksanakan pembangunan mulai dari sektor pendidikan, infrastruktur jalan dan jembatan, ekonomi, dan pendidikan," kata Asip usai menggelar acara refleksi tiga tahun kepemimpinan yang dilaksanakan di Bumi Perkemahan Linggoasri, Sabtu (13/7/2019).
Bupati Asip mengatakan, bahwa indikator kemajuan di suatu daerah dapat dilihat dari salah satunya yaitu kondisi makro ekonomi.
"Secara umum kita bisa lihat dari kondisi makro ekonomi dan ini menjadi trand mark dalam penyelengaraan pemerintahan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Secara pertumbuhan, ekonomi di Kabupaten Pekalongan mengalami kenaikan. Tahun 2015 pertumbuhan ekonomi mencapai 4,78 persen dan pada tahun 2018 menjadi 5,35 persen," ujarnya.
Kemudian untuk inflasi dapat ditekan hingga mencapai 3,08 atau lebih rendah 0,93% dari tahun 2017.
Bupati mengungkapkan angka kemiskinan di Kabupaten Pekalongan tahun 2018 sebesar 10,06% jauh lebih rendah dibandingkan capaian 2017 yang mencapai 12,61%.
Penurunan dikarenakan dampak intervensi berdasarkan analisis data Basis Data Terpadu (BDT) yang salah satu usahanya adalah pelaksanaan laboratorium penanganan kemiskinan melalui pendekatan mikro, by name, by address, dan by problem.
"Kinerja penurunan angka kemiskinan yang mencapai 2,55 persen ini patut kita syukuri dan menduduki peringkat enam besar Jawa Tengah dari angka penurunannya," ujarnya.
Asip mengatakan dalam beberapa tahun ke depan kemiskinan masih merupakan urusan yang sangat serius di Kabupaten Pekalongan.
Sehingga diperlukan peningkatan efektifitas dan optimalisasi program-program penanggulangan kemiskinan baik melalui pengembangan etos kerja, semangat kewirausahaan, penciptaan lapangan kerja baru, dan pemberdayaan ekonomi kreatif.
"Sementara dilihat dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada tahun 2018 mengalami sedikit perlambatan, dari 4,39% pada tahun 2017 menjadi 4,41% pada tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat angkatan kerja yang tidak terserap pada pasar kerja," tuturnya.
Bupati menambahkan dari aspek kualitas Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator kinerja pembangunan manusia yang dihitung berdasarkan empat indikator utama, yaitu Angka Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran Perkapita.
"Pada tahun 2018 angka IPM mencapai 69,07% lebih tinggi 0,67% jika dibandingkan dengan capaian IPM tahun 2017 yang sebesar 68,40%," tambahnya.
Sementara itu untuk infrastruktur kondisi jalan di Kabupaten Pekalongan naik. Tahun 2017 mencapai 75 persen dan tahun 2018 sudah 86,7 persen.
Selain itu rasio Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) turun. Pada tahun 2017 angka RTLH 9,80 persen ini mengalami penurunan menjadi 9,07 persen.
"Untuk presentase kawasan pemukiman kumuh sangat turun drastis dari 64,34 persen pada tahun 2017, pada tahun 2018 menjadi 29,00 persen," jelasnya.
Kemudian untuk sektor kesehatan pihaknya menjelaskan ada penurunan di Angka Kematian Ibu dan Bayi. Dari 16 kasus pada tahun 2017, sekarang menjadi 11 kasus kematian ibu.
Sedangkan untuk kematian bayi dari 131 kasus, pada tahun 2018 menjadi 115 kasus.
"Gizi buruk di Kabupaten Pekalongan juga mengalami penurunan. Tahun 2017 ada 53 kasus dan pada tahun 2018 menjadi 48 kasus," imbuhnya.
Untuk dua tahun ke depan, Bupati menegaskan akan merevitalisasi tempat wisata, menyelesaikan kebutuhan dasar yang belum selesai dan membangun sarana irigasi untuk tanaman padi.
"Kita juga akan memperbanyak Ruang Terbuka Hijau atau RTH yang muaranya untuk menaikkan tingkat kesenangan masyarakat, nanti akan kita buat di sekitar gedung UMKM dan nanti di setiap kecamatan juga akan ada RTH," tambahnya.
Lantas, bagaimana dengan infrastruktur jalan? Capaian pembangunan infrastruktur di Kabupaten Pekalongan terus mengalami peningkatan yang signifikan.
Kondisi jalan kabupaten dengan keadaan baik dan sedang prosentasenya sudah 86,79 persen pada tahun 2018, dan 97,50 persen untuk prosentase jembatan dalam kondisi baik.
Sebagai informasi, pada tahun 2016 kondisi jalan kabupaten dalam keadaan baik dan sedang hanya 64,99 persen, meningkat menjadi 75 persen di tahun 2017, dan meningkat lagi menjadi 86,79 persen di tahun 2018. “Sisanya akan diselesaikan di tahun 2020 dan 2021. Kami optimis tercapai karena tinggal sedikit yang belum,” ujar Asip.
Disebutkan, sisa 13 persen jalan yang belum baik itu berada di daerah pegunungan seperti di Kecamatan Lebakbarang, Kandangserang, dan Petungkriyono. “Di Petungkriyono masih ada sekitar 10 km termasuk di Igir Gede yang ramai di medsos. Ini akan menjadi skala prioritas di 2020,” terang dia.
Dikatakan, selama 2016 hingga 2019 alokasi anggaran di Petungkriyono sebesar Rp 33 miliar. Artinya, dengan intervensi anggaran sebesar itu dari sisi distribusi anggaran di APBD sudah memenuhi keadilan.
Sementara itu, untuk prosentase jembatan dalam kondisi baik juga terus mengalami peningkatan. Disebutkan, pada tahun 2016 jembatan dalam kondisi baik 83,33 persen, meningkat menjadi 97,13 persen di tahun 2017, dan pada tahun 2018 menjadi 97,50 persen.
Bahkan Asip menggulirkan rencana membangun fly over di perlintasan kereta api yang berada di Jalan Raya Waru Lor Desa Waru Lor Kecamatan Wiradesa, mengingat padatnya lalu lintas di ruas jalur tersebut.
''Posisi rel KA yang terdiri dari dua jalur tersebut, menyebabkan banyak warga kesulitan melintas. Terutama bagi pengendara sepeda motor, seringkali terpeleset saat melintas di atas rel,'' kata Bupati, Kamis (14/3/2019).
Dia menyebutkan, pengguna ruas jalan tersebut juga bukan hanya dari kalangan masyarakat umum saja. Melainkan juga dari kalangan mahasiswa IAIN Pekalongan, karena lokasi kampus yang berada di sekitar lokasi perlintasan.
''Saat ini ada sekitar 10 ribu mahasiswa yang menuntut ilmu di berbagai perguruan tinggi Kabupaten Pekalongan. Usulan ini kami sampaikan sebagai tindak-lanjut atas keluhan yang banyak disampaikan para mahasiswa dan masyarakat umum yang menggunakan ruas jalan tersebut,'' katanya.
Asip mengatakan dengan makin padatnya frekuensi KA yang melintas, penutupan palang pintu KA juga menjadi lebih sering dilakukan. Hal ini menyebabkan kemacetan lalu lintas juga menjadi lebih sering terjadi.
Asip menyebutkan, usulan pembangunan fly over ini juga sudah disampaikan dalam rapat Musrenbang wilayah eks Karesidenan Pekalongan. Dia berharap, kalau pun fly over tidak dibiayai dana Pemprov Jateng, bisa diusulkan pada kementerian terkait.
''Kami berharap usulan ini bisa segera dikoordinasikan,'' katanya.
Sebagaimana Forrest Gump yang ingin mengatakan, “Jangan pernah menyerah” atas kekurangan yang dimiliki. Pun dengan Kabupaten Pekalongan untuk tak terlena dengan segala kekayaan alam yang dimilikinya.
Begitulah Bupati Asip Kholbihi yang tak mengenal kata lelah selama 3 tahun lebih membawa Kabupaten Pekalongan berlari. (TN)