TRUSTNEWS.ID,. - Dana Pihak Ketiga BRI RO Yogyakarta sebesar Rp63,001 triliun pada Oktober 2023, mampu tumbuh positif sebesar 4,16% YoY dengan porsi dana murah (CASA) sebesar 79,68%.
John Sarjono, Regional CEO BRI Yogyakarta, mengatakan BRI RO Yogyakarta berhasil membukukan penyaluran pinjaman mencapai Rp 69,73 triliun pada akhir Oktober 2023. Nilai itu tumbuh 9,34% YoY dibandingkan posisi Oktober 2022 sebesar Rp64,36 triliun.
Secara khusus, portofolio pinjaman Mikro BRI tumbuh double digit sebesar 10,26% YoY. Hal ini menjadikan proporsi pinjaman UMKM dibandingkan total pinjaman BRI RO Yogyakarta terus meningkat, menjadi sebesar 86,42%. Pertumbuhan positif ini mengkokohkan Market Share Pinjaman BRI RO Yogyakarta terhadap Industri terus meningkat sebesar 24,97%. Adapun Rasio NPL BRI RO Yogyakarta masih terjaga dilevel 2,62% pada Oktober 2023. “Laba RO Yogyakarta posisi Oktober 2023 sebesar Rp3,97 triliun dan merupakan penyumbang laba BRI terbesar ke-3 se-Indonesia dan memiliki porsi sebesar 8,5% dari total laba RO BRI,” ujar John Sarjono kepada TrustNews.
John tak memungkiri adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional, akibat menurunnya kinerja ekspor barang jasa, dampak ketidakpastikan pasar global, dan dampak El-Nino mendorong kenaikan inflasi volatile food akibat naiknya harga pangan. Ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi nasional di triwulan III-2023 (YoY), melambat dari triwulan II-2023, sebesar 4.94%. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DIY sebesar 4.96% dan Provinsi Jateng sebesar 4.92% di triwulan III-2023 (YoY), melambat dari triwulan II-2023.
“Strategi pertumbuhan pinjaman BRI akan terus berfokus pada ekspansi prudent & targeted (High Yield Loan) melalui pipeline Value chain dan Business follow transaction. Sedangkan strategi peningkatan Dana Pihak Ketiga melalui dana murah (terutama tabungan) melalui akuisisi nasabah baru dan perluasan akseptasi merchant” ujarnya.
Dalam upaya mencapai pertumbuhan double digit, menurutnya, BRI RO Yogyakarta mendorong akselerasi pengembangan UMKM melalui beberapa program. Seperti, Digital Platform Self Assessment UMKM Naik Kelas, yakni fitur Assessment UMKM pada Platform Pemberdayaan Link UMKM, untuk mengetahui skala dan kapasitas bisnis UMKM serta level bisnis UMKM (tradisional, berkembang dan modern). “Parameter UMKM naik kelas dapat menjadi alat diagnosis kebutuhan pendampingan nasabah UMKM, alat ukur keberhasilan pendampingan dan alat identifikasi UMKM yang potensial didukung peningkatan skala usahanya,” ujarnya.
Kemudian BRIncubator (program inkubasi BRI), melalui Rumah BUMN BRI, nasabah dan calon nasabah pinjaman UMKM BRI akan di lakukan pembinaan dan pengembangan bisnis lanjutan secara periodik agar UMKM dapat “Naik Kelas”. Melalui tahapan Go-Modern, Go-Digital, GoOnline dan Go-Global.
Berikutnya, Program Pemberdayaan Klaster BRI, ini menjawab tantangan Industri 4.0 dan salah satu strategi mewujudkan “Integrated Financial Solution” adalah konsep klaster- klaster binaan BRI di seluruh Indonesia yang membutuhkan program pemberdayaan berupa pembiayaan, bantuan sarana dan prasarana serta pelatihan.
“BRI juga punya Program Pemberdayaan Klaster BRI. Wujudnya Desa Brilian merupakan program pemberdayaan desa yang diinisiasi Bank BRI sebagai bentuk komitmen BRI dalam mengembangkan desa,” jelasnya