TRUSTNEWS.ID,. - Adaptif memenuhi permintaan pasar, sepertinya menjadi strategi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) untuk tetap eksis dalam industri pabrikan pesawat terbang dunia.
PTDI - dari sekedar pabrikan pesawat untuk menjembatani kondisi geografis yang sulit ditembus tanpa alat transportasi yang memadai - PTDI bertransformasi menjadi pabrikan pesawat yang menjual kemampuan tingginya di bidang teknik – dengan menawarkan desain untuk menguji layanan aktivitas, manufaktur, komponen pesawat dan non-pesawat serta layanan purna jual.
“Isu utama terkait PTDI selain menyediakan transportasi udara untuk masyarakat juga kemampuan PTDI menyediakan alutsista dan produk-produk yang terkait dengan pertahanan,” ujar Gita Amperiawan, Direktur Utama PTDI kepada TrustNews.
Gita mencontohkan, keberadaan CN235, NC-212 dan NC212i yang awalnya diproduksi untuk angkutan sipil, namun dalam perkembangannya keluar versi militer. CN235 versi militer menjadi pilihan di banyak negara, sebut saja Brunei Darussalam, Malaysia, Korea Selatan, Pakistan, Uni Emirate Arab, Senegal, Mauritania, Kamerun, Burkina Faso, Bostwana dan Nigeria.
Sementara NC212i, PTDI satu-satunya industri manufaktur pesawat terbang di dunia yang memproduksi pesawat ini, hingga 2023 sebanyak 123unit NC212i telah diproduksi dan dikirimkam ke berbagai konsumennya, baik dalam maupun luar negeri, dari total sebamyak 603 unit populasi pesawat NC212 series di dunia.
“Ini strategi PTDI untuk mampu melakukan berbagai macam pengayaan (modifikasi) baik itu ficed winh maupun rotary wing. Untuk rotary wing, kita punya Super Puma Family untuk versi sipil dan militer yakni AS332 C1e, H225 dan H225M. Kita juga memasok tailboom dan fuselage untuk MKII dan Super Puma Family,” ujarnya.
Terkait dengan kemampuan produksi, menurutnya, PTDI memiliki kemampuan memproduksi 8 unit CN235 atau pesawat penumpang sipil (airliner) angkut turboprop kelas menengah bermesin dua. Sedangkan NC212i kemampuan produksi mencapai 6 pesawat, N219 sebanyak 2 unit.
“Kapasitas produksi ini juga bisa berubah,” ungkapnya.
Kemampuan produksi PTDI, mendapat apresiasi khusus dari Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Menhan mengatakan, PTDI kini mampu memroduksi 8 unit setahun CN235 atau pesawat penumpang sipil (airliner) angkut turboprop kelas menengah bermesin dua.
“CN235 tadinya diperkirakan hanya [mampu produksi] 2 unit CN235 dalam setahun, sekarang setelah ada revitalisasi, ada reformulasi prosedur kerja. Mereka [PT Dirgantara Indonesia] sekarang mampu memroduksi 8 unit dari 2-3 [unit] CN235 dalam setahun,” ujarnya di kompleks Istana Kepresidenan, pertengahan Juli lalu.
Menurutnya, peningkatan produksi tersebut sangat bagus dan menggembirakan, sebab permintaan CN235 di banyak Negara cukup tinggi, khususnya dari Negara Afrika dan Amerika Latin.
“Tentunya membesarkan hati kita dan saya dorong terus supaya industri pertahanan kita supaya lebih efisien, lebih produktif, lebih inovatif, dan tidak malumalu kerja sama dengan siapapun yang bisa membawa nilai tambah bagi kita,” tuturnya.
Bagi Gita, PTDI melihat tantangan global dalam persaingan di industri pabrikan pesawat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat segi performa pada kelas yang sama.
Kedua, dilihat dari produk yang sama dan berdaya saing. “Kita bicara regulasi dalan konteks teknologi yang adaptif yakni kondisi perkembangan percepatan teknologi. Ini menyangkut dengan biaya dan bagaimana kita mengupayakan output dari berbagai segi harga, segi detail dan fungsinya,” ujarnya.
“Kita juga membuat produk harus bisa sesuai dari beberapa segi internal maupun eksternal sebagai bagian dari bisnis,” pungkasnya.