TRUSTNEWS.ID,. — Mewujudkan karantina kelas dunia menjadi dasar dileburnya badan karantina di tiga Kementerian menjadi satu. Keseragaman kualitas SDM, kecanggihan laboratorium dan digitalisasi menjadi pekerjaan rumah Badan Karantina Indonesia (Barantin).
Standardisasi Sumber Daya Manusia (SDM) dan digitalisasi menjadi pekerjaan rumah Barantin paska dileburnya Badan Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan yang ada di tiga Kementerian menjadi satu. Badan Karantina Indonesia merupakan sebuah lembaga pemerintah yang dibentuk berdasarkan Perpres Nomor 45 Tahun 2023.
Bahwa Barantin adalah lembaga pemerintah yang menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang karantina hewan, ikan dan tumbuhan. Peleburan Badan Karantina tersebut merupakan amanat dari Pasal 336 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 29 Tahun 2023 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan.
Usai peleburan dua hal utama yang akan dilakukan Barantin. Pertama adalah mengarahkan kegiatan perkarantinaan di preborder. Ini artinya, semua dokumen-dokumen barang impor sudah selesai sebelum memasuki wilayah Indonesia. Kedua, rencana pembuatan system layanan yang terdigitalisasi dan terintegrasi dengan Kementerian/Lembaga lainnya yang ujungnya akan terhubung pada Indonesia National Single Window (INSW).
Sahat Manaor Panggabean, Kepala Barantin, mengatakan salah satu program kerjanya adalah digitalisasi pelayanan, termasuk di dalamnya menyangkut digitalisasi arsip yang membantu meningkatkan efektifitas pelayanan karantina.
“Saya ingin semua karantina itu sama dan seragam, karena ada wilayah yang IT-nya belum mendukung. Ini yang saya ingin kejar,”ujar Sahat Manaor Panggabean menjawab TrustNews.
Sahat pun menjabarkan, “Kita sepakat mewujudkan karantina kelas dunia. Untuk bisa sampai ke sana tentu ada yang wajib dipenuhi yakni kualitas SDM yang sama baik di Jawa maupun luar Jawa. Begitu juga infrastruktur harus sama laboratorium dan IT-nya. Secara sederhana kita Tengah membangun ekosistem karantina dan butuh waktu 2-3 tahun untuk bisa seragam”. Baginya, SDM adalah bagian terpenting di Barantin guna mendukung kinerja organisasi dalam upaya perlindungan sumber daya alam hayati pertanian dan perikanan tanah air.
Dengan SDM yang memiliki kompetensi mumpuni dapat turut meningkatkan daya dukung dan kualitas sumber daya ekonomi, yang menjadi modal pembangunan ekonomi tanah air yang berkelanjutan.
“Terlebih saat ini Barantin tengah menata diri untuk menjadi bersih, efektif dan terpercaya. Oleh karenanya SDM menjadi unsur yang penting dalam memberikan layanan kekarantinaan yang sejalan dengan tantangan global,” ujarnya.
Ditegaskannya, dalam dunia perkarantinaan keberadaan laboratorium memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang kecepatan layanan karantina. “Laboratorium itu ‘roh’ dari perkarantinaan,” tegasnya.
Maka tidaklah heran, jika penguatan revitalisasi laboratorium karantina hewan, ikan, dan tumbuhan menjadi salah satu program prioritas, agar Indonesia unggul dan bisa sejajar dengan negara lain. “Saya ingin salah satu kekuatan karantina adalah pelayanan laboratorium yang unggul dan bisa sejajar dengan laboratorium negara lainnya,” tegasnya.
Dia pun menunjuk keberadaan Laboratorium Pengembangan Metode Uji di Balai Besar Uji Standar Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BBUSKHIT) yang akhir 2023 lalu diresmikannya. Laboratorium yang diresmikan merupakan penambahan alat uji berupa teknik kimia analisis yakni Liquid chromatography-mass spectrometry (LCMSMS) dan High Performance Liquid Chromatography (HPLC).
“Selain itu Elisa Reader dan juga mesin PCR yang digunakan untuk pengembangan deteksi hama penyakit hewan, ikan dan organisme pengganggu tumbuhan karantina,” katanya.
Disebutkan bahwa dalam program revitalisasi laboratorium ada tiga Langkah utama yang akan dilakukan yakni kecepatan pemeriksaan pengujian, ketertelusuran dan kepastian biaya. Hal tersebut akan dilakukan secara simultan di seluruh laboratorium Unit Pelaksana Teknis Karantina di seluruh Indonesia.
BBUSKHIT membangun jaringan kerja dan kerja sama dengan laboratorium yang terkait pada pengujian penyakit hewan, ikan, dan tumbuhan, dan terhadap bahan tambahan (food additive), residu obat hewan (veterinary drugs), residu antibiotik, bahan kontaminan (biologi dan kimia), toksin atau organisme penyebab penyakit pada pangan (disease-causing organisms in food), serta residu pestisida.
Dalam melaksanakan tugasnya, kata Sahat, BBUSKHIT telah menerapkan system manajemen mutu laboratorium yang mengacu pada SNI ISO/IEC 17025:2017 dan telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).
“Dengan revitalisasi laboratorium ini, kita targetkan BBUSKHIT menjadi acuan dan leader di ASEAN bahkan dunia,” kata Sahat.
Adapun digitalisasi, menurutnya, menyangkut digitalisasi pelayanan yang membantu meningkatkan efektifitas pelayanan karantina. “Untuk memperkuat, memantapkan dan mengoptimalkan digitalisasi layanan karantina, perlu didukung dengan penetapan kebijakan, pembinaan dan pengelolaan pelayanan, serta sumber daya manusia dan sarana prasarana yang memadai,” jelas Sahat.
Menurut Sahat, digitalisasi pelayanan juga merupakan terobosan yang praktis di era saat ini dalam mengelola dokumen-dokumen pemerintahan. Melalui sistem digital, juga dapat menciptakan alur kerja yang lebih efisien baik dalam hal tenaga, waktu dan tempat pengelolaan dan layanan karantina.
Sebagai informasi, terdapat lima program kearsipan yang akan diterapkan pada digitalisasi arsip Srikandi 3.0 tahun 2024. Kelima program ini meliputi regulasi, aksi, evaluasi, apresiasi dan duplikasi.
“Dengan adanya sistem digital, pekerjaan menjadi lebih praktis. Dokumen bisa dibuka dimana saja dan kapan saja. Tidak perlu lagi susah mencari dokumen yang dibutuhkan, atau kesulitan membawa-bawa banyak dokumen kemana-mana,” pungkasnya. (TN)