Dunia pendidikan Indonesia tengah berevolusi dari tatap muka dalam ruang pendidikan, mulai bergerak dengan sistem pendidikan jarak jauh berbasis internet.
Revolusi Industri 4.0 telah membawa perubahan besar pada dunia pendidikan. seakan tak ingin tertinggal langkah, dimana masyarakat dunia tengah berlomba mengembangkan teknologi canggih semisal kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), sejak tahun 2017 telah mendorong perguruan tinggi, baik negeri dan swasta, untuk menyiapkan diri dan menerapkan sistem pembelajaran melalui daring, seiring dengan terjadinya Revolusi Industri 4.0 pada era disrupsi ini.
“Wujud nyatanya pemberian izin prinsip pada perguruan tinggi di swasta yang beroperasi penuh secara online yaitu Asia Cyber University,” ujar Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek Dikti, Kemenristekdikti Patdono Suwignjo dalam sebuah diskusi bersama TrustNews.
Dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan tinggi, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) meluncurkan empat Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM). Keempat LAM tersebut adalah, LAM Sains Alam dan Ilmu Formal (LAM Sama), LAM Ekonomi, Manajemen, Bisnis, dan Akuntansi (LAM EMBA), LAM Kependidikan, serta Indonesia Accreditation Board for Engineering Education (IABEE).
Seiring dengan semakin maraknya pembelajaran dalam jaringan (e-learning) di Perguruan Tinggi di Indonesia, lanjutnya, diperlukan penjaminan kualitas dan standarisasi pengelola pembelajaran serta keberlanjutan dalam penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan (e-learning) di Perguruan Tinggi di Indonesia.
“Pendidikan dengan online ini difasilitasi oleh ICE (Indonesia Cyber Education) atau populer dengan ICE Institute yang keberadaannya di bawah Direktorat Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti. Unit ini yang bertanggung jawab terhadap quality assurance mulai dari materi pembelajaran, teknologi, learning management system, dan evaluasinya,” paparnya.
Dengan adanya pendidikan jarak jauh dengan online, lanjutnya, program belajar mengajar tidak lagi dibatasi oleh tempat, waktu dan umur. Ini mengakibatkan perguruan tinggi bisa beroperasi dengan lebih efisien.
“Dalam kondisi geografis Indonesia, pendidikan jarak jauh dengan online menjadi lebih penting bila dibandingkan dengan pola pendidikan face to face. Ada pemerataan akses pendidikan tinggi di Indonesia, sehingga mutu pendidikan di kota-kota besar dan daerah kepulauan atau daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) menjadi sama, tidak terlalu jomplang,” paparnya.
Kemenristekdikti, lanjutnya, sejak tahun 2015 lebih memfokuskan pada pendidikan vokasi. Sebagai upaya dalam menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan khusus. Lulusan pendidikan vokasi akan dibekali sertifikasi keahlian sehingga dapat diterima bekerja sesuai standar industri.
Untuk itulah, dilakukan revitalisasi vokasi melalui dua program yang tengah dilaksanakan. Pertama, memperbaiki mutu pendidikan vokasi, yang kedua, meningkatkan jumlah pendidikan vokasi.
“Dunia univestitas itu melahirkan ilmuan, sedangkan vokasi menciptakan tenaga terampil yang dibutuhkan dunia kerja. Lulusan pendidikan vokasi akan dibekali sertifikasi keahlian sehingga dapat diterima bekerja sesuai standar industri,” pungkasnya.(TN)