TRUSTNEWS.ID,. - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meyakini Pondok pesantren berpotensi besar dalam mendorong pertumbuhan wirausaha industri baru di Indonesia.
Selain didukung jumlah santri yang besar, pondok pesantren juga telah memberikan bekal bagi kepribadian para santri sehingga memiliki jiwa dan mental yang tangguh.
Bertitik tolak dari potensi itulah, Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) sejak 2013 menggelar program Santripreneur telah dilaksanakan sejak tahun 2013 hingga 2023 atau satu dekade, telah membina sebanyak 10.924 santri menjadi Santripreneur. Mereka berasal dari 120 pondok pesantren yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Selain di pondok pesantren, program WUB juga digelar di daerah tertinggal, perbatasan, terluar, dan wilayah pascabencana, serta program penumbuhan wirausaha yang bersinergi dengan kementerian dan lembaga lain.
Sepanjang 2023, Ditjen IKMA telah melatih sebanyak 28.802 WUB (Wira Usaha Baru) IKM. Dari angka tersebut, Ditjen IKMA telah memfasilitasi legalitas usaha bagi 6.744 WUB IKM. Sementara itu,melalui program Santripreneur, tercatat sebanyak 150 santridari enam pondok pesantren yang telah menerima bimbingan teknis serta fasilitasi mesin dan atau alat produksi.
Reni Yanita, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, mengatakan, IKM masih menunjukkan peran strategisnya dalam perekonomian nasional sepanjang tahun 2023. Hal ini didukung dari populasi IKM yang mencapai 4,19 juta unit usaha atau berkontribusi sebesar 99,7 persen dari total unit usaha industri di Indonesia, sehingga memberikan dampak yang luas bagi perekonomian nasional.
“IKM terbukti lebih mampu bertahan di berbagai kondisi krisis ekonomi karena ketangguhannya. Saat ini, tercatat sebanyak 4,4 juta unit usaha IKM atau 99,7% dari total unit usaha industri manufaktur, yang telah menyerap tenaga kerja hingga 10,36 juta orang,” ujar Reni Yunita kepada TrustNews.
Di lain sisi, pondok pesantren memiliki potensi strategis untuk dikembangkan sebagai tempat penumbuhan ribuan wirausaha baru. Selain karena jumlah santri di Indonesia yang luar biasa besar, pondok pesantren dikenal pula memiliki potensi pemberdayaan ekonomi yang digerakkan oleh para santri dan pengurus pondok.
Berdasarkan data Kementerian Agama hingga Oktober 2021, jumlah pondok pesantren di Indonesia tercatat sebanyak 35.093 unit pondok, dengan jumlah santri di dalamnya sebanyak 4.765.207 orang. Tak hanya itu, pondok pesantren dikenal menjadi tempat menempa para santri yang berakhlak dan ulet, jujur, serta pekerja keras.
"Pemerintah punya kebijakan pengentasan kemiskinan ekstrim. Kebijakan ini kita padukan melalui gerakan pendidikan dan pelatihan dengan harapan para peserta didik menjadi wirausaha baru," ujarnya.
Reni juga menyampaikan, Ditjen IKMA tak henti mendorong wirausah baru melalui program akselerasi dengan mendorong wirausaha yang telah menjalankan bisnisnya agar terus tumbuh dan berkembang melalui program akselerasi bisnis teknologi.
Hal ini sejalan dengan program Making Indonesia 4.0 melalui penumbuhan dan pengembangan IKM startup berbasis teknologi, yaitu wirausaha (enterpreneurship) yang mengedepankan inovasi produk dan pemanfaatan teknologi dalam proses bisnisnya.
Lanjut Reni, Ditjen IKMA telah menumbuhkan IKM startup berbasis teknologi melalui program Indonesia Food Innovation (IFI), Startup4Industry, Bali Creative Industry Center (BCIC) dengan program Creative Business Incubator (CBI), serta Inkubator Bisnis Teknologi Alas Kaki yang dilaksanakan oleh Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) di Sidoarjo.
"Kita melakukan penjaringan buat para pelaku IKM tapi belum tersentuh pembinaan oleh Ditjen IKMA, sebut saja Indonesia Food Innovation (IFI), Indonesia Fashion and Craft Award (IFCA), dan Startup For Industry (S4I)," ujarnya.
"Saat ini banyak anak-anak muda yang punya bisnis startup startup, nah kita sudah mulai lakukan akselerasi untuk dia menumbuhkan wirausaha baru dengan kegiatan tersebut," pungkasnya.