trustnews.id

Mandiri Capital Indonesia Merambah Pasar Global

TRUSTNEWS.ID,. - Patah tumbuh hilang berganti, begitulah perkembangan Perusahaan rintisan (startup) di Indonesia. Bahkan di masa pandemi Covid-19, industri startup Indonesia masih terus tumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang cukup stabil. Startup-startup baru masih terus bermunculan, dan beberapa startup yang sudah ada juga terus berinovasi dan mengembangkan bisnisnya.

Merujuk data Startup Ranking, perusahaan statistik asal Peru, pada 11 Januari 2024 ada 2.562 startup di Indonesia. Jumlah ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan startup terbanyak nomor satu di ASEAN pada awal 2024.

Jumlah tersebut mengalahkan Singapura yang berada di urutan kedua ASEAN dengan 1.179 startup. Di urutan berikutnya ada Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, Myanmar, Kamboja, Brunei Darussalam dan Laos.

Sementara, Timor Leste menempati posisi terbawah di ASEAN dengan hanya 1 startup pada awal 2024. Jika dilihat secara global, Indonesia menempati peringkat ke-6 startup terbanyak pada periode sama. Amerika Serikat menempati posisi teratas global dengan 77.984 startup, diikuti India, Inggris, Kanada, dan Australia.

Adapun Startup Ranking mendefinisikan startup sebagai perusahaan rintisan dengan usia maksimal 10 tahun yang memiliki kompetensi, inovasi, dan basis teknologi yang kuat, serta kemampuan untuk mempercepat pertumbuhan usaha.

 

Dennis Pratistha, Direktur Investasi PT Mandiri Capital Indonesia (MCI), mengatakan perusahaan modal ventura di bawah Mandiri Group tersebut tak hanya ingin asal investasi ke perusahaan rintisan.

Dia menyebut bahwa tahun 2024 menjadi awal bagi MCI untuk menuju panggung global melalui Program Global Climate Tech Fund yang menargetkan total pendanaan sebesar USD 150 juta. Adapun startup yang dituju yang masih di tahap early stage dengan sektor food and agriculture, forest and land use, energy, building & citiles, industry, dan transport.

"Kita ada early stage fund, fokus di global climate technology. Kita berinvestasi kepada perusahaan yang sektor geografinya ada di Indonesia, Australia, Southeast Asia," ujar Dennis Pratistha kepada TrustNews.

Pada saat yang bersamaan lanjutnya, MCI dalam beberapa tahun terakhir, mulai fokus untuk berinvestasi strategis di sektor beyond fintech, seperti agrikultur, akuakultur, dan manufaktur. Tujuannya tak lagi sebatas penyertaan modal ke startup, tetapi juga penciptaan value creation bagi portofolio dan bisnis unit Mandiri Group.

"MCI merupakan venture capital (VC) yang agonistic dan multistage, Dimana MCI memiliki tiga strategi pendanaan yang berbeda," ungkapnya.

Pertama, Balance Sheet Fund, yang merupakan sektor agnostik dan berfokus pada startup tahap pertumbuhan (Pre Series A - Series B) di Asia Tenggara yang memiliki operasi di Indonesia.

Kedua, Indonesia Impact Fund yang terbentuk pada tahun 2022, merupakan impact fund swasta pelopor di Indonesia yang mendukung implementasi SDG melalui kerja sama dengan UNDP.

Ketiga, Merah Putih Fund, merupakan pendanaan yang terbentuk dari insentifpemerintah untuk mendukung pertumbuhan dari unicorns (Series C or Later Stage) di Indonesia.

Sejak didirikan pada tahun 2015, MCI telah memfasilitasi investasi dan membina kemitraan antara portofolionya dan Mandiri Group. Ada tiga fund aktif yang saat ini dikelola MCI: Balance Sheet Fund dari Mandiri Group, Global Climate Tech Fund, dan BTN Fund.

Perusahaan-perusahaan terkemuka dalam portofolio MCI saat ini meliputi: AgriAku, Amartha, Ayoconnect, Cakap, Greenhope, iSeller, Kecilin, PrivyID, PTEN, Qoala, Sinbad, dan Yokke. Selain itu, MCI memperjuangkan startup melalui program- program utama seperti Xponent untuk kolaborasi dan Zenith untuk akselerasi.

"MCI mulai bergerak untuk menuju global, maka dari itu kita ada fund yang sudah menjaring investor asing dan sudah melakukan investasi di Perusahaan asing. Tujuannya membawa teknologi, pengetahuan, mengembangkan, experience ke Indonesia," pungkasnya. (TN)