TRUSTNEWS.ID,. - PT CIMB Niaga Auto Finance atau CIMB Niaga Finance (CNAF) mencatatkan kinerja positif di kuartal II 2024 dengan pertumbuhan aset sebesar Rp10,3 triliun, naik sebesar 41 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp7,3 triliun. Pertumbuhan ini jauh lebih agresif dibandingkan industri pembiayaan yang tumbuh sekitar 12,6 persen, yaitu Rp 519 triliun, dibandingkan periode yang sama 2023 sebesar Rp 496 triliun.
Ristiawan Suherman, Presiden Direktur CIMB Niaga Finance (CNAF), mengatakan perusahaan menargetkan pertumbuhan agresif di tahun 2024 dengan fokus utama pada pembiayaan multiguna, terutama di sektor roda empat.
"Strategi CNAF tetap terpusat pada pembiayaan mobil baru, mobil bekas, dan produk Refinancing. Produk Refinancing memungkinkan nasabah untuk mendapatkan pembiayaan tunai dengan jaminan kendaraan, yang terus menjadi andalan pertumbuhan perusahaan," ujar Ristiawan Suherman kepada TrustNews.
"CNAF berkomitmen untuk memperkuat layanan ini melalui pendekatan yang mengutamakan kecepatan dan penyederhanaan proses, menjadikannya proposisi nilai utama perusahaan," tambahnya.
CNAF, menurutnya, membidik pasar menengah ke atas dengan harga kendaraan di atas Rp 280 juta. Produk-produk ini ditawarkan melalui berbagai saluran, termasuk kerja sama dengan dealer mobil baru dan showroom mobil bekas, serta jalur non-dealership yang memungkinkan CNAF menawarkan pembiayaan tunai langsung kepada konsumen.
"Konsep business-to-customer (B2C), CNAF menawarkan produk pembiayaan dana tunai melalui dua saluran utama: pertama, melalui cabang-cabang CNAF yang secara langsung melayani nasabah; kedua, bekerja sama dengan induk usahanya, Bank CIMB Niaga," ujarnya.
Dalam kerja sama ini, lanjutnya, produk pembiayaan yang dimiliki CNAF ditawarkan kepada nasabah Bank CIMB Niaga. Hal ini memungkinkan nasabah induk usaha untuk memanfaatkan layanan pembiayaan yang disediakan oleh CNAF, sehingga dapat memperluas jangkauan pasar mereka dan memberikan solusi finansial yang lebih terintegrasi.
"Melalui cabang-cabang CNAF, kami langsung melayani nasabah. Selain itu, kami juga bekerja sama dengan Bank CIMB Niaga untuk menawarkan produk pembiayaan ini kepada nasabah bank tersebut," ujarnya.
Ristiawan mengungkap, persaingan ketat dan kondisi ekonomi makro menjadi tantangan utama yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan bisnis pembiayaan kendaraan.
"Kompetisi dengan perusahaan pembiayaan yang didukung oleh Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) menjadi tantangan tersendiri, karena perusahaan- perusahaan tersebut memiliki captive market yang signifikan," ungkapnya.
Selain itu, menurut Ristiawan, CNAF juga harus bersaing dengan perusahaan pembiayaan yang sudah lama berdiri dan memiliki aset lebih besar.
"Pertumbuhan positif CNAF baru dimulai pada 2019, sehingga kami masih menghadapi tantangan besar dari pemain yang sudah establish," ujarnya.
Faktor ekonomi makro juga mempengaruhi bisnis pembiayaan, terutama terkait penurunan daya beli masyarakat pada 2024.
"Daya beli yang menurun serta ketidakpastian geopolitik seperti konflik di Timur Tengah dan Ukraina menjadi tantangan tambahan bagi kami," ujarnya.
"CNAF berkomitmen untuk terus mengatasi tantangan ini dan beradaptasi dengan dinamika pasar yang ada," tambahnya.
Meski demikian, menurutnya, CNAF berhasil memitigasi dampak tersebut dan mencatat pertumbuhan aset kelolaan yang positif. Sebagai strategi, CNAF kini fokus pada pembiayaan unit dengan harga rata- rata di atas Rp300 juta, menyasar segmen nasabah yang lebih tahan terhadap perubahan ekonomi mikro dan makro.
"Segmen ini memiliki ketahanan ekonomi yang lebih baik terhadap perubahan, baik di level mikro maupun makro," ujarnya.
Ristiawan menekankan bahwa CNAF tidak hanya ingin menjadi perusahaan pembiayaan terbesar, tetapi juga yang paling menguntungkan di tanah air.
"Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa produk-produk yang kami tawarkan dapat melayani nasabah dengan baik, sehingga mampu memberikan keuntungan maksimal untuk perusahaan," pungkasnya (TN).