trustnews.id

Mitra Harmoni Insurance Broker Memetik Peluang Dari Perubahan Strategis

TRUSTNEWS.ID,. - Tahun 2025 semakin mendekat, membawa serta tantangan dan peluang yang terus bergulir di dunia asuransi. Di tengah perubahan iklim, gangguan ekonomi global, dan volatilitas pasar, satu pertanyaan mendasar tetap menjadi inti diskusi: bagaimana industri asuransi bisa mengubah risiko menjadi peluang tanpa menambah stress bagi para nasabahnya?

PT Mitra Harmoni Insurance Broker (MHIB), nama yang kian mencuat di industri ini, tampaknya telah menemukan jawabannya—dengan memadukan pendekatan inovatif, pemahaman mendalam terhadap kebutuhan nasabah, dan optimisme sebagai prinsip dasar.

Termasuk fokus Presiden Prabowo Subianto pada ketahanan pangan, pendidikan, dan pengurangan emisi karbon, adalah peluang emas untuk memperluas peran industri asuransi.

Sebagaimana diketahui, Presiden Prabowo menempatkan ketahanan pangan sebagai salah satu prioritas utama, dengan program seperti food estate dan program makan bergizi gratis. MHIB melihat potensi besar di sektor ini. Salah satu peluang strategis adalah asuransi usaha tadi padi, yang saat ini sebagian besar dijalankan oleh perusahaan asuransi yang mendapatkan penugasan dari Pemerintah.

“Peluangnya besar, karena hingga saat ini asuransi pertanian baru diikuti oleh sekitar 400 ribu petani. Ini harus menjadi ruang kolaborasi di mana pelaku asuransi lain juga bisa berperan, termasuk pialang asuransi,” ujar Bambang Suseno selaku President Director MHIB kepada TrustNews.

Namun, diakuinya, tantangannya tidak kecil. Tingginya klaim akibat gagal panen seperti banjir, kekeringan, hingga serangan organisme pengganggu tanaman menjadi hambatan utama. Untuk itu, MHIB menekankan pentingnya inovasi produk, termasuk pendekatan parametric insurance, yang memberikan fleksibilitas dan keadilan bagi para pemegang polis.

“Dengan langkah ini, MHIB dan pelaku bisnis asuransi tidak hanya berusaha masuk ke pasar baru, tetapi juga membantu Pemerintah dalam mengoptimalkan keberhasilan program strategis nasional,” ujarnya.

Sebagai salah satu anak perusahaan di bawah grup besar bernama Baruna Bina Utama (BBU). MHIB kalau ini sinetron, ceritanya bakal dikasih judul, “Legacy Nusamba: Dari Pakto ke Menara Hijau”.

Awalnya MHIB ini fokus ke solusi asuransi pengelolaan risiko usaha untuk BPR dan BPRS di grup mereka. Tapi seiring waktu, mereka mulai merambah ke luar grup. Jadi sekarang, portofolio mereka terbagi tiga. Pertama, secara internal, MHIB membantu pengelolaan asuransi 25 BPR dan BPRS di grup mereka. Kedua, masih secara internal, MHIB membantu pengelolaan risiko anak anak perusahaan di luar sektor perbankan, seperti manufaktur, perdagangan, logistik, perkapalan, investasi, properti, dan sertifikasi.

Ketiga, dalan urusan eksternal grup, MHIB melayani perusahaan lain di luar grup, termasuk sektor perbankan, kesehatan, konstruksi, properti, dan lain-lain.

Menurut Bambang, MHIB juga melihat potensi bisnis asuransi untuk pasar perdagangan karbon. Ini selaras dengan komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi karbon melalui Paris Agreement.

“Secara keekonomian nilai perdagangan karbon diperkirakan mencapai Rp8.000 triliun. Namun, kesadaran dan pemahaman terhadap konsep karbon offset pada saat ini masih sangat rendah di industri asuransi,” ungkapnya.

“Angka ini luar biasa besar. Tetapi, banyak pelaku asuransi yang perlu literasi untuk memahami karbon, bagaimana mekanisme perdagangannya, hingga bagaimana risiko, dan solusinya,” paparnya. MHIB, lanjutnya, melihat pentingnya edukasi dan pengembangan solusi asuransi yang relevan untuk mendukung perdagangan karbon.

Dengan langkah proaktif ini, “Kami ingin industri asuransi nasional proaktif untuk turut serta dalam gelombang besar perdagangan karbon. MHIB berharap dapat memposisikan diri menjadi pelopor dalam penyediaan produk asuransi yang inovatif untuk mendukung pengurangan emisi,” tegasnya.

Bambang juga berbicara soal bagaimana strategi MHIB dalam dinamika mikro dan makro yang terus berubah. “Kuncinya inovasi. Kalau hanya mengulang apa yang dilakukan sebelumnya, kita akan tertinggal,” tegasnya.

Dia melanjutkan, “MHIB percaya bahwa kolaborasi lintas sektor, baik dengan pemerintah maupun perusahaan asuransi lain, adalah langkah strategis untuk mengoptimalkan peluang di 2025,” urainya.

Baginya pendekatan ini tidak hanya membantu menciptakan produk asuransi yang lebih relevan, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam menghadapi tantangan global, seperti ketahanan pangan, dan perubahan iklim.

“Dengan visi yang kuat dan komitmen untuk terus berinovasi, lanjutnya, MHIB membuktikan bahwa optimisme di tahun 2025 bukan hanya soal melihat peluang tetapi juga soal keberanian untuk mengambil peran aktif dalam menciptakan solusi yang berdampak,” pungkasnya.