TRUSTNEWS.ID,. - Di hamparan laut biru yang tak bertepi, ratusan pulau kecil di Maluku dan Maluku Utara tersebar seperti kepingan puzzle yang belum tersusun. Masing-masing menyimpan cerita tentang perjuangan, keterbatasan, dan harapan. Di tengah keterasingan geografis itu, PLN Unit Induk Wilayah Maluku dan Maluku Utara (UIW MMU) hadir, membawa mimpi akan terang yang tak pernah pudar.
Namun, tugas itu bukan perkara mudah. Untuk menjangkau setiap sudut pulau, mereka harus melawan alam yang sering kali tak bersahabat. Badai tropis menggulung, angin menderu, hujan tak henti-hentinya mencurahkan air. Dalam kekacauan itu, listrik terputus, dan dunia terasa begitu sunyi—bahkan sinyal ponsel pun menyerah.
Awat Tuhuloula, sang nakhoda PLN UIW MMU, memahami bahwa ini lebih dari sekadar pekerjaan. “Cuaca buruk sering membuat pengiriman bahan bakar terlambat. Kami harus selalu siap dengan skenario terburuk,” katanya dengan nada tenang namun penuh tekad.
Di pulau-pulau ini, listrik bukan sekadar kilatan cahaya di malam gelap, tetapi simbol kehidupan modern. Namun, untuk membangun jaringan listrik di sini, jalannya penuh liku. Kabel-kabel panjang harus direntangkan melewati hutan belantara, alat berat diangkut menggunakan perahu kecil, dan terkadang, manusia menjadi satu-satunya kekuatan untuk membawa terang ke tempat-tempat yang jauh dari jangkauan.
“Banyak desa yang masih menunggu listrik. Bagi kami, ini bukan hanya soal angka, tetapi tentang memenuhi janji: bahwa setiap sudut negeri ini berhak merasakan manfaat listrik,” ujar seorang pejabat PLN yang tak ingin namanya disebut.
Setiap perjalanan membawa tantangan baru, tetapi juga cerita baru. Ada senyum haru di wajah seorang ibu yang melihat anaknya belajar di bawah cahaya lampu, ada gelak tawa anak-anak yang bermain di halaman rumah yang kini terang benderang. Dan di tengah semua itu, ada sekelompok orang petugas PLN yang bekerja tanpa henti, meski kadang hanya ditemani bunyi ombak dan angin malam.
Di tengah gemuruh gelombang dan tantangan cuaca ekstrem, sebuah cahaya baru menyinari kawasan terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di Maluku dan Maluku Utara. Cahaya itu berasal dari upaya PLN Unit Induk Wilayah Maluku dan Maluku Utara (UIW MMU), yang berhasil meningkatkan layanan listrik dari 12 jam menjadi 24 jam di 10 wilayah terpencil.
Bagi masyarakat Geser, Ondor, Kesui, Kiandarat, Olong, Dama, Waisileo, Serwaru, Kur, dan Jerol, kehadiran listrik sepanjang hari ini lebih dari sekadar fasilitas; ini adalah simbol kehadiran negara yang menjawab kebutuhan mendasar masyarakat.
"Kami terus berupaya meningkatkan layanan listrik tidak saja bagi 18.562 pelanggan di 10 lokasi. Tapi rasio elektrifikasi PLN bisa mencapai 100%," ungkapnya. Langkah ini adalah bagian dari komitmen PLN untuk menghadirkan energi berkeadilan di wilayah-wilayah terpencil yang selama ini terpinggirkan. "Dengan sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat setempat, mimpi menghadirkan listrik ini akhirnya terwujud," kata Awat.
Namun, di balik kesuksesan ini, terhampar tantangan besar. Cuaca buruk dan medan sulit menjadi teman setia tim PLN selama proses pengerjaan. "Di daerah kepulauan seperti ini, menghadirkan listrik bukanlah hal mudah. Tapi semangat kami untuk menerangi Indonesia menjadi pegangan," tambahnya.
Perjuangan ini didukung oleh Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang tersebar di beberapa titik. Di Geser, misalnya, PLTD melayani 897 pelanggan dengan daya mampu 497 kW dan beban puncak 201 kW. Sementara di Ondor, 4.355 pelanggan kini menikmati listrik yang stabil dengan daya mampu 1.200 kW dan beban puncak 750 kW.
Baginya, Menyalakan listrik di Maluku dan Maluku Utara adalah perjalanan panjang melawan keterbatasan. Tapi di setiap saklar yang dinyalakan, ada harapan yang tumbuh. Dan harapan itulah yang membuat mereka, para pejuang cahaya, terus melangkah.
"Potensi alam kita sangat kaya. Dengan adanya listrik, kami berharap masyarakat dapat mengelola kekayaan ini secara lestari dan kreatif," pungkasnya.