
TRUSTNEWS.ID,. - Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi contoh ketahanan ekonomi di Indonesia. Meski menghadapi krisis ekonomi global seperti Krisis Keuangan Global 2008 dan pandemi Covid-19, konsumsi rumah tangga di NTB tetap menunjukkan ketahanan yang kuat, terutama berkat sektor pertanian yang signifikan. Produk pangan, sebagai kebutuhan dasar, memastikan permintaan tetap stabil dan orang tetap membeli bahan pokok meskipun terjadi penurunan ekonomi.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Nusa Tenggara Barat memainkan peran penting dalam menstabilkan perekonomian daerah. Mandat utamanya mencakup kebijakan moneter, menjaga stabilitas sistem keuangan, dan pengendalian jumlah uang beredar.
Mengingat tantangan yang dihadapi oleh negara berkembang, mengendalikan inflasi menjadi tugas yang berat, karena inflasi seringkali lebih dipengaruhi oleh sisi penawaran daripada tekanan permintaan.
Berry Arifsyah Harahap, Kepala KPw BI NTB, menekankan bahwa produktivitas pertanian adalah kunci untuk menjaga stabilitas ini. Wilayah ini telah melakukan langkah signifikan untuk meningkatkan produksi padi, terutama melalui perkenalan varietas padi Gamagora 7 yang memiliki hasil tinggi.
"Uji coba lapangan menunjukkan lonjakan hasil yang signifikan, meningkatkan produksi dari 6-6,5 ton per hektar menjadi 9-10 ton," ujar Harahap dalam wawancara dengan TrustNews.
"Program ini telah berkembang tidak hanya di Lombok tetapi juga di Sumbawa, dengan tujuan meningkatkan ketahanan pangan dan menstabilkan harga lokal," tambahnya.
Selain padi, NTB juga telah mencapai kemajuan signifikan dalam produk pertanian lainnya. Salah satunya adalah
kluster cabai di Lombok Timur yang meraih status juara nasional berkat penerapan praktik pertanian yang lebih baik, termasuk penggunaan pupuk organik.
"Inovasi ini memungkinkan NTB menghasilkan cabai berkualitas tinggi meskipun cuaca tidak mendukung,
menjadikan NTB sebagai pemasok utama di Indonesia," jelasnya.
Inisiatif-inisiatif ini juga sejalan dengan program nasional, seperti kampanye "makanan bergizi gratis", yang meningkatkan permintaan terhadap bahan pangan pokok sekaligus membantu mengendalikan inflasi dengan meningkatkan produksi pangan.
Selain itu, Bank Indonesia terus bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menjalankan operasi pasar murah, memastikan harga tetap terjangkau bagi masyarakat.
"Kerjasama dengan daerah tetangga seperti Jember juga membantu memperluas pasar produk pertanian NTB, memperluas manfaat sektor pertanian yang berkembang di luar batas provinsi," ungkapnya.
Selain ketahanan pangan, Bank Indonesia juga mendukung pengembangan ekonomi daerah secara lebih luas dengan mempromosikan pertumbuhan inklusif melalui pemberdayaan UMKM.
"Pertanian, dengan kapasitas penyerapan tenaga kerja yang besar, tetap menjadi fokus utama. Pengembangan komoditas seperti bawang merah di Bima, dan ekspor kemiri ke Timur Tengah, merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk mendiversifikasi ekspor pertanian daerah," ujarnya.
"Vanili, produk lain yang bernilai tinggi, telah dibudidayakan dengan standar organik dan fair trade, yang memberikan harga premium di pasar internasional," tambahnya.
Secara keseluruhan, peran proaktif Bank Indonesia di NTB tidak hanya berfokus pada stabilitas makroekonomi, tetapi juga pada pengembangan pertumbuhan yang berkelanjutan dan mandiri melalui inovasi pertanian.
"Ketika wilayah ini berusaha untuk mendiversifikasi ekonominya dan menjaga ketahanan pangan, NTB menjadi contoh bagaimana kebijakan bank sentral dapat selaras dengan tujuan pembangunan ekonomi yang inklusif dan ramah lingkungan," urainya.
Dalam laporan terbarunya, pada Desember 2024, KPw BI NTB melaporkan inflasi bulanan sebesar 0,46%, sedikit menurun dibandingkan inflasi November yang tercatat 0,56%. Meskipun demikian, inflasi di NTB masih sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang tercatat 0,44%, namun inflasi tahunan tetap terkendali di angka 1,28%, menunjukkan stabilitas ekonomi daerah meskipun ada tantangan eksternal dan domestik.
Secara regional, Kota Bima mencatatkan inflasi tahunan tertinggi sebesar 2,33%, sementara Sumbawa mencatat inflasi terendah 0,08%. Perbedaan ini mencerminkan dinamika ekonomi yang berbeda di berbagai wilayah NTB, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lokal seperti tingkat konsumsi masyarakat dan kondisi pasokan barang.
"Bank Indonesia dan pemerintah daerah terus memperkuat koordinasi untuk menjaga stabilitas harga, terutama melalui pengendalian harga pangan dan meningkatkan efisiensi distribusi barangmenjelang periode konsumsi tinggi di awal tahun 2025," pungkasnya.