trustnews.id

Kebangkitan Petani Muda Menuju Kemandirian Pangan
Dok, Istimewa

TRUSTNEWS.ID - Di tengah lahan pertanian yang kian menyusut akibat urbanisasi dan pertumbuhan penduduk yang terus membengkak, Indonesia berjuang mempertahankan swasembada pangan sebagai pilar ambisi menjadi kekuatan pertanian global pada 2045.

Dengan populasi yang diproyeksikan mencapai 305 juta jiwa pada 2035, tekanan pada sektor pertanian semakin berat, sementara alih generasi di pedesaan terhambat oleh menurunnya minat kaum muda terhadap pertanian.

Sensus Pertanian 2023 menunjukkan proporsi petani berusia 55-64 tahun meningkat menjadi 23,3%, sementara petani di atas 65 tahun mencapai 16,15%. Sebaliknya, petani usia produktif 25-44 tahun hanya 32,32% dari 29,3 juta tenaga kerja pertanian.

Penuaan ini mengancam produktivitas, tepat saat Indonesia berambisi memenuhi kebutuhan pangan 280 juta penduduk dan mengurangi impor beras yang membebani anggaran negara.

Pemerintah di bawah Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan target ambisius untuk mencapai swasembada pangan pada 2027. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutnya sebagai tujuan “tak bisa ditawar,” menegaskan bahwa hal ini membutuhkan tidak hanya kebijakan tetapi juga partisipasi aktif petani muda.

“Swasembada bukan hanya tugas pemerintah, melainkan juga menuntut energi dan inovasi kaum muda,” ujarnya dalam forum baru-baru ini di Banjarbaru.

Namun, tantangan nyata menghadang. Menyusutnya lahan, penuaan petani, dan rendahnya minat generasi muda menjadi hambatan. Sudaryono menekankan petani muda harus jadi pionir transformasi, memanfaatkan keunggulan mereka dalam teknologi digital, inovasi, dan visi pertanian sebagai bisnis masa depan.

“Kita bicara Pertanian 4.0, dan generasi muda paling siap memimpinnya,” ujarnya. "Teknologi seperti IoT, drone, big data, dan pemasaran digital via e-commerce menjadi kunci pertanian modern," tambahnya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, juga menegaskan komitmennya mendorong generasi muda agar aktif menjajaki usaha di bidang pertanian. Peran generasi muda dianggap sangat krusial dalam mentransformasi sektor pertanian menjadi lebih modern, inovatif, dan berkelanjutan.

Generasi muda tidak hanya membawa semangat baru, tetapi juga kemampuan adaptasi terhadap teknologi digital dan model bisnis kekinian yang dibutuhkan untuk menjawab tantangan zaman. Dengan dukungan pelatihan, akses modal, dan pendampingan yang tepat, para petani muda diharapkan mampu menciptakan usaha pertanian yang kompetitif dan berorientasi ekspor.

"Pemuda harus berani mengambil peluang di sektor ini. Ekspor hasil pertanian bisa dilakukan apa saja, di mana saja, dan kapan saja,” ujarnya.

Dia menegaskan akan terus mendukung regenerasi pertanian untuk memastikan sumber daya pemuda yang melimpah di Indonesia dapat membawa kemajuan bagi bangsa.

"Beberapa program di BPSDMP ditujukan pada para pemuda untuk mengembangkan perekonomian melalui kewirausahaan dan menambah peluang kerja, khususnya di wilayah pedesaan," jelasnya

Sementara, Muhammad Amin, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian BPPSDMP, juga menyampaikan bahwa peran pemuda dalam mewujudkan swasembada pangan sangat dibutuhkan.
Pemuda dengan keahlian teknologi diyakini akan mempercepat upaya Indonesia mewujudkan swasembada pangan.

Amin mengungkap, sejak 2019 hingga 2025, program ini menargetkan menjangkau 320.000 generasi muda di wilayah pedesaan. Program ini tidak hanya memberikan pelatihan dan penguatan kapasitas, tetapi juga dukungan modal usaha dan akses jejaring pemasaran

 ”Saya meyakini bahwa peran pemuda sangat penting dalam mewujudkan swasembada pangan,” ujarnya.

Usai terpilih sebagai Ketua Umum DPM/ DPA, Rayndra Syahdan menegaskan petani muda siap wujudkan swasembada pangan.
“Kami siap menjadi garda terdepan dalam transformasi pertanian,” pungkasnya.