trustnews.id

Kisah Santai Eko Nurcahyono dan PT Tanki Abadi Perkasa (TAP) MOJOKERTO
Dok, Istimewa

TRUSTNEWS.ID,. - Kalau melihat gaya bicaranya Eko Nurcahyono soal pemasaran. Jangan-jangan, pendiri PT Tanki Abadi Perkasa Mojokerto ini lulusan S4 atau bahkan S5 bisnis marketing dari universitas paling nge-hits di jagat raya. Lihat caranya beranalogi, "Kalau pasar maunya Lion Air, ya jangan dikasih Garuda.

"Dia pun melanjutkan, "Begitu juga sebaliknya, kualitasnya minta Garuda. Tapi bayarannya Lion Air. Nyusahin itu namanya." Begitu juga saat ditanyakan, bagaimama perusahaan mengukur dan meningkatkan kepuasan pelanggan? Jawabannya sesederhana ngecas hape di stop kontak. "Orang komplain minta tukar, ya tukar saja. Kalau pecah, ya di ganti baru." Lengkapnya,

"Sebenarnya kalau kayak begini, saya itu orangnya tidak teoritis. Orangnya santai. Jadi orang komplain minta tukar, ya tukar saja. Kalau pecah ya di ganti baru, paling gitu-gitu saja," ujarnya menjawab TrustNews.

"Tapi kalau disini saya punya SOP, kalau kita ada order masuk, maksimal 2 hari harus terkirim. Kalau pemasaran di online tidak terlalu." Itu baru sepotong dari kisahnya. Di balik semua analogi dan candaan, terselip kisah perjuangan TAP yang dibangun dengan modal inovasi dan keberanian ambil risiko.

Di tahun 2019, Tanki Abadi Perkasa lahir dengan fokus bikin tandon air, tangki air, dan toren yang udah jadi andalan di Jakarta. Waktu pandemi COVID-19 datang menghantam pada 2021-2022, dunia usaha pun harus rela ngulik jurus baru. Distributor yang tadinya banyak malah bikin piutang numpuk. Jadi, Eko mutusin buat bikin perusahaan distribusi sendiri supaya bisa ngontrol pemasaran produk dengan lebih mantap.

“Kami punya banyak distributor waktu itu, tapi piutang banyak yang macet. Akhirnya, saya putuskan untuk mendirikan perusahaan distribusi agar bisa mengontrol pemasaran produk sendiri,” ungkap Eko Nurcahyono.

Timbul pertanyaan mengapa harus buka parbrik? Jawabannya? Santai tapi penuh strategi. Eko menjelaskan, “Kita ambil di Jawa Timur aja supaya gampang. Di Bali saya juga ada, di Lombok ada. Anggap saja, di Jawa Timur itu ada 34 kabupaten/kota. Kita harus liat jaraknya, misalnya dari Mojokerto ke Banyuwangi itu 7 jam. Di sana ada pabrik atau nggak? Atau kalau kompetitornya punya gudang, kita juga harus lawan pakai gudang," ujarnya.

"Jadi, kita survey dulu market-nya, apakah layak diperjuangkan atau nggak. Di Jawa Timur ini, mungkin saya cuma garapin 30% area yang serius, sedangkan di Bali dan Lombok, itu tergantung marketnya. Kalau di NTT terlalu jauh, suplai dari Surabaya nggak masuk," urainya.

"Kenapa buka di Kalimantan Timur? Karena di sana sudah ada pabrik. Kalau kita lawan dari Surabaya, udah kalah dari segi jarak dan ongkos angkut. Jadi, harus buka pabrik sendiri," paparnya.

TAP memang tidak main-main. Produk-produk yang mereka tawarkan tidak cuma soal kualitas tinggi, tapi juga sesuai kebutuhan pasar. Mulai dari tangki air, pipa, plafon PVC, sampai produk galvalum, semuanya diproduksi dari bahan baku mentah. Di pabrik, biji plastik diolah jadi tangki air plastik, sementara plat baja dirakit jadi tangki stainless. Proses produksi dijalankan dengan standar kualitas yang tinggi.

Kunci sukses? Menurut Eko, “Fleksibilitas pendekatan bisnis.” Contohnya, “Kalau orang minta brand Marine, kami kasih yang terbaik. Tapi kalau market butuh produk yang lebih terjangkau, kami juga siap menyediakannya," pungkasnya.