
TRUSTNEWS.ID - Dibawah pemerintahan baru, PT Waskita Karya Infrastruktur (WKI) Anak perusahaan Waskita Karya, dalam fase transisi yang menuntut keseimbangan antara stabilisasi finansial dan inovasi strategis.
Dengan pengalaman hampir tiga dekade di industri konstruksi—termasuk peran penting di Wijaya Karya (WIKA) dan Waskita Beton Precast— Bambang Dwi Wijayanto, Direktur Marketing, Operasi, dan QHSE, memiliki perspektif mendalam terhadap lanskap bisnis yang berubah.
Baginya, pemulihan menjadi fokus utama bagi Waskita Infrastruktur sebelum mengejar ekspansi yang lebih ambisius. Perusahaan harus memastikan likuiditasnya tetap terjaga di tengah tingginya beban utang dan dampak pandemi yang masih terasa.
“Kita harus memastikan perusahaan bisa bertahan lebih dulu, menghindari tekanan likuiditas, dan menyelesaikan kewajiban masa lalu,” ujar Bambang Dw Wijayanto dalam pembicaraan dengan TrustNews.
Meskipun prioritas jangka pendek adalah stabilisasi keuangan, Waskita Infrastruktur tetap mempertahankan visi jangka panjang dan misi yang berfokus pada kemajuan berkelanjutan, Waskita Infrastruktur mewujudkan integrasi strategis lima pilar utama: konstruksi,manufaktur, trading, pengelolaan alat berat, dan investasi di bidang energi.
“Mengintegrasikan kelima lini bisnis tersebut, WKI tidak hanya memperkuat posisinya di pasar nasional, tetapi juga berkontribusi nyata terhadap percepatan pembangunan infrastruktur Indonesia,” jelasnya.
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sangir dan pengembangan waduk di Karawang tetap menjadi bagian dari rencana strategis, meskipun eksekusinya akan dilakukan secara bertahap.
“Saat ini kami sedang merintis proyek tenaga surya, tetapi ini adalah strategi jangka panjang yang akan kami fokuskan setelah kondisi keuangan lebih stabil,” ujarnya.
Dalam jangka pendek, ditekankan Bambang, target utama adalah meningkatkan volume bisnis secara signifikan.Beberapa tahun lalu, capaian berada di kisaran 40–50 persen, namun kini target ditetapkan untuk naik antara 150 hingga 200 persen.
Dengan ambisi mencapai nilai transaksi sebesar 1 triliun rupiah pada 2024 dan peningkatan produksi yang berpotensi menggandakan output, perusahaan berupaya mengoptimalkan biaya overhead dan menurunkan beban hutang historis. Di samping itu, peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan transformasi mindset— dari orientasi produksi pabrik ke model rental alat—dipandang sebagai kunci keberhasilan restrukturisasi.
“Kami ingin menaikkan nilai kontrak baru (NKB) hingga 150-200% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan target produksi mencapai Rp500 miliar pada 2024,” ungkapnya.
“Upaya ini diharapkan dapat membawa perusahaan kembali mencatatkan laba positif dan menghindari tekanan finansial lebih lanjut dari kreditur maupun vendor,” jelasnya.
Bagi Bambang, perubahan arah bisnis juga membutuhkan transformasi di dalam
organisasi. Sebelumnya, DNA perusahaan lebih berorientasi pada produksi pabrik, tetapi kini harus beradaptasi dengan model bisnis baru yang lebih fleksibel dan berbasis jasa, seperti pengelolaan alat berat.
“Kami percaya bahwa dengan komitmen, kerja keras, dan inovasi yang terus kami terapkan, WKI ini akan terus berkembang dan tumbuh lebih kuat,” tegasnya.
Dengan dukungan tim yang solid dan mitra yang terpercaya, kami optimis bahwa dengan inovasi berkelanjutan, semangat kerja sama yang kuat, serta dedikasi yang tak pernah surut, WKI akan terus berkembang dan mencatatkan prestasi baru untuk mendukung
pembangunan infrastruktur negeri. (Tn)