
Di tengah lanskap perbankan Indonesia yang didominasi digitalisasi dan konsolidasi, PT BPR BKK Demak (Perseroda) muncul sebagai anomali menarik. Tanpa sorotan media nasional atau suntikan modal ventura, bank milik Pemerintah Kabupaten Demak ini mencatat kinerja stabil, prudent, dan progresif sepanjang tahun 2024. Capaian ini langka bagi bank daerah yang menghadapi tekanan struktural dan persaingan lintas platform.
Laporan Keuangan Publikasi Triwulan IV 2024 menunjukkan bukan hanya ketahanan, tetapi juga kejelian manajerial dalam menavigasi tantangan lokal dengan pendekatan berbasis komunitas dan prinsip kehati-hatian.
Total aset BPR BKK Demak per Desember 2024 mencapai Rp388,13 miliar, naik 7,5% dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini bukan didorong oleh ekspansi kredit agresif, melainkan kepercayaan publik yang tercermin dari Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp322,75 miliar. Tabungan masyarakat menjadi tulang punggung likuiditas, sementara deposito berjangka menandakan kepercayaan terhadap stabilitas jangka panjang bank. Di era layanan digital yang mengutamakan kemudahan, pertumbuhan berbasis relasi ini menunjukkan loyalitas nasabah yang dibangun secara bertahap namun kokoh.
Namun, portofolio kredit justru menyusut dari Rp222,61 miliar menjadi Rp200,30 miliar. Penurunan ini bukan kemunduran, melainkan strategi yang disengaja. Bank memilih pendekatan selektif untuk menekan rasio kredit bermasalah dan menjaga likuiditas tetap sehat. Dalam konteks Demak, yang perekonomiannya rentan terhadap fluktuasi agrikultur, strategi ini dianggap tepat.
“Kami fokus pada kualitas, bukan kuantitas,” ujar Sunoto, Direktur Utama PT BPR BKK Demak (Perseroda) kepada TrustNews. "Di tengah ketidakpastian iklim dan pasar, menjaga kepercayaan nasabah jauh lebih penting daripada ekspansi gegabah," tambahnya.
Rasio kecukupan modal (CAR) yang tinggi memperkuat posisi bank untuk bertahan dari guncangan eksternal sekaligus memungkinkan langkah ofensif jika peluang muncul.
Transformasi digital juga menjadi langkah penting di tahun 2024. Peluncuran layanan MBS Online meningkatkan efisiensi operasional dan membuka akses bagi segmen masyarakat yang belum tersentuh layanan konvensional. Meski adopsi layanan ini belum masif, platform tersebut meletakkan fondasi ekspansi layanan, khususnya bagi nasabah muda yang terbiasa dengan interaksi digital. Langkah ini sejalan dengan agenda nasional untuk inklusi keuangan, terutama di daerah.
Yang membedakan BPR BKK Demak adalah komitmen pada mandat sosial. Melalui program literasi keuangan “Gempita TAMADES” pada Oktober 2024, bank menjangkau pelaku usaha mikro, petani, dan pelajar. Kegiatan ini tidak hanya mempromosikan menabung, tetapi juga memosisikan bank sebagai pilar pembangunan lokal. Pendekatan ini, meski kurang menarik bagi investor besar, justru memperkuat legitimasi sosial bank.
“Bank daerah harus menjadi mitra, bukan hanya kreditur. Kami ingin petani dan pedagang kecil merasa memiliki bank ini,” ungkap Sunoto.
Namun, tantangan struktural tetap ada. Penurunan jumlah karyawan dari 127 menjadi 119 orang mencerminkan efisiensi, tetapi juga kesulitan mempertahankan talenta di daerah. Generasi muda terdidik cenderung migrasi ke kota besar, yang mengancam kontinuitas manajerial dan inovasi produk dalam jangka panjang.
“Kami berinvestasi pada pelatihan, tapi persaingan dengan kota besar nyata,” katanya.
Meski begitu, BPR BKK Demak membuktikan bahwa bank daerah tidak harus menjadi pemain pinggiran. Dengan tata kelola hati-hati, keterlibatan sosial autentik, dan adopsi teknologi bertahap, bank ini tetap relevan secara ekonomi dan signifikan secara sosial.
Selain itu, BPR BKK Demak berhasil menyalurkan dana CSR sebesar Rp294,2 juta selama tahun 2024 untuk mendukung kegiatan masyarakat dan pembangunan sarana prasarana penunjang di Kabupaten Demak. Program ini masih terus berjalan pada tahun 2025.