
TRUSTNEWS.ID - Indonesia, melalui tangan strategis Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Ahmad Haikal Hasan, tengah meracik formula cerdas untuk mengubah peran Asia Tenggara dalam ekonomi halal global yang sedang berkembang pesat.
Melalui ASEAN–Australia–New Zealand Halal Forum bertujuan untuk menyelaras- kan standar halal dan mendorong kerja sama di kawasan yang dihuni lebih dari 600 juta konsumen, termasuk populasi Muslim yang tumbuh paling cepat di dunia.
Dalam diskusi meja bundar di Jakarta pada 22 April 2025, Haikal—yang akrab disapa “Babe Haikal”—menegaskan bahwa halal bukan lagi sekadar praktik keagamaan.
“Halal kini tentang ketertelusuran, kepercayaan, dan transparansi,” katanya, menekankan bahwa halal telah berevolusi menjadi simbol kualitas, keamanan, dan konsumsi etis.
Dalam pandangannya, halal telah berevolusi menjadi gaya hidup universal—sebuah “peradaban modern”—yang melampaui batas pasar Muslim.
Angka-angka mendukung potensi ini. Perdagangan halal global bernilai Rp21.000 triliun (lebih dari USD 1,3 triliun), namun Indonesia, yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, hanya menyum- bang Rp637 triliun—kurang dari 4% pasar.
"Kita baru memulai,” aku Haikal pada 3 Mei 2025. “Namun, dengan langkah yang lebih terarah, Indonesia bisa menjadi pusat halal dunia.”
Penyertaan Australia dan Selandia Baru bersama ASEAN dalam forum ini merupakan langkah strategis. Australia adalah pemasok utama daging halal, sementara reputasi Selandia Baru dalam standar keamanan pangan dan etika melengkapi nilai halal.
Aliansi lintas-regional ini memposisikan halal bukan hanya sebagai praktik budaya, tetapi sebagai kerangka ekonomi yang kokoh, dengan Indonesia sebagai pemimpin dalam sertifikasi, logistik, dan sistem ketertelusuran digital.
Visi Haikal juga menantang stereotip. Ia menyoroti bahwa negara non-Muslim seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Brasil adalah eksportir halal terbesar.
“Halal bukan lagi sekadar agama, tetapi soal kepercayaan dan kualitas yang diterima secara universal,” tegasnya.
Meski begitu, tantangan masih nyata. Sertifikasi halal di Indonesia masih terfragmentasi, infrastruktur terbatas, dan regulasi kurang jelas.
Namun, dengan seperempat populasi ASEAN dan otoritas moral sebagai negara mayoritas Muslim, Indonesia memiliki posisi unik untuk mengubah keyakinan menjadi kekuatan ekonomi.Namun Haikal optimis, jika berhasil, ASEAN–Australia–New Zealand Halal Forum tidak hanya akan menjadi blok perdagangan, tetapi juga platform soft power.
“Indonesia bisa memimpin diskusi global tentang konsumsi etis, kedaulatan pangan, dan diplomasi ekonomi,” pungkasnya.