
Perumda Air Minum Tirta Moedal tengah mengakselerasi transformasi bisnis demi menjawab tantangan strategis Kota Semarang. Di tengah tekanan penurunan muka tanah, ketimpangan cakupan layanan, dan keterbatasan anggaran infrastruktur, perusahaan daerah ini mematok tahun 2025 sebagai tonggak penguatan peran layanan air perpipaan yang berkelanjutan.
Transformasi tersebut diarahkan untuk mendukung kebijakan Pemerintah Kota Semarang, yang tengah menggalakkan transisi dari penggunaan air tanah ke sistem perpipaan. Langkah ini dinilai krusial untuk menjaga kelestarian sumber daya air sekaligus memperkuat ketahanan wilayah terhadap risiko lingkungan, terutama di kawasan pesisir dan dataran rendah.
“Kami memandang air bukan sekadar layanan publik, tetapi elemen strategis dalam membangun masa depan kota yang sehat dan berkelanjutan,” ujar Yudi Indardo, Direktur Utama Tirta Moedal kepada TrustNews.
Salah satu inovasi utama adalah pendekatan khusus kepada pelanggan premium seperti kawasan industri, perkantoran, dan fasilitas komersial besar. Selain berkontribusi terhadap peningkatan volume penjualan, langkah ini juga menyokong regulasi pembatasan pengambilan air bawah tanah yang kini diperkuat Pemkot.
“Kami aktif bernegosiasi dengan pelanggan premium untuk menyediakan suplai air permukaan yang legal, dapat diandalkan, dan transparan. Ini adalah bentuk tanggung jawab bersama dalam menjaga lingkungan,” tegas Yudi.
Tirta Moedal juga tengah mengembangkan layanan zona air minum untuk klaster industri dan permukiman. Upaya ini didorong oleh pembangunan infrastruktur melalui berbagai skema pembiayaan alternatif. Termasuk kemitraan B2B, hibah dari pemerintah pusat, skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), dan kolaborasi dengan mitra luar negeri.
Di sisi lain, digitalisasi menjadi tulang punggung efisiensi operasional. Sistem Operational Control Center (OCC) diperluas guna memungkinkan pemantauan tekanan, deteksi kebocoran, dan pengelolaan distribusi secara real-time.
“Pemanfaatan teknologi digital memungkinkan kami merespons lebih cepat, lebih akurat, dan lebih hemat biaya,” ujarnya.
Tahun 2025 menjadi fase penting. Tirta Moedal menargetkan penurunan signifikan dalam penggunaan Air Bawah Tanah (ABT), khususnya di wilayah padat dan pelanggan besar yang telah tersedia jaringan perpipaan.
Perusahaan juga memprioritaskan realisasi target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), yang mencakup penurunan tingkat kehilangan air (NRW), perluasan cakupan layanan, serta peningkatan digitalisasi.
“Kami ingin meningkatkan cakupan pelayanan minimal menjadi 56 persen pada 2025,” ujarnya.
Berdasarkan audit BPKP 2023, cakupan layanan Tirta Moedal berada di angka 52 persen.
Kenaikan cakupan ini akan dicapai melalui pemanfaatan idle capacity, perluasan jaringan distribusi, serta percepatan transisi dari air tanah ke air permukaan. Menurut Yudi, komitmen itu bukan sekadar target teknis, tetapi bentuk investasi sosial jangka panjang bagi Semarang.
“Air adalah infrastruktur kepercayaan. Ketika warga menerima air bersih yang layak dan berkelanjutan, itu berarti kita sedang membangun keadilan dan daya tahan kota dari dalam,” pungkasnya. (TN)