
Langit merah jingga menyapu horizon ketika nelayan di Ambon, Natuna, dan Morotai kembali ke daratan. Di perahu-perahu kecil itu terhampar hasil laut tropis yang melimpah—ikan tuna, kerapu, udang windu, dan rumput laut.
Pemandangan ini telah berlangsung selama ratusan tahun. Namun, hanya sedikit dari kekayaan laut Nusantara itu yang benar-benar menjadi bagian dari rantai pasok global yang bernilai miliaran dolar. Potensi itu sebagian besar masih tertidur, terjebak dalam pola produksi primitif dan ekspor bahan mentah.
Kini, Indonesia bersiap untuk membalik halaman. Sebagai negara maritim terbesar kedua di dunia memiliki 17.000 pulau yang membentang di garis khatulistiwa, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang
lebih dari 95.000
Ini bukan sekadar anugerah geografis, tetapi panggilan untuk bertindak transformasi struktural menuju hilirisasi perikanan—dari laut menuju piring dunia, dengan nilai tambah yang tertanam di dalam negeri.
Namun, hilirisasi hanyalah bagian dari strategi. Untuk bersaing di pasar global, Indonesia harus memadukan tradisi dengan teknologi, memastikan sektor perikanannya produktif sekaligus berkelanjutan.
“Perikanan bukan sekadar urusan tangkap atau budidaya. Ia adalah pilar kedaulatan pangan yang harus dibangun dengan visi jangka panjang,” tegas Kharisma Febriansyah.
Strategi Agrinas Jaladri berfokus pada teknologi mutakhir untuk meningkatkan efisiensi dan tanggung jawab lingkungan. Dalam perikanan tangkap, perusahaan beralih ke kapal penangkap ikan selektif seperti kapal pole and line dan longline. Metode ini menargetkan spesies tertentu, mengurangi hasil tangkapan sampingan dan dampak buruk pada ekosistem.
“Selektivitas tinggi dalam alat penangkapan sangat penting untuk pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Dengan mengutamakan teknologi ini, lanjutnya, Agrinas Jaladri berupaya memenuhi standar global seperti Marine Stewardship Council, menarik pasar yang peduli lingkungan di Eropa dan Amerika Utara.
Dalam budidaya perikanan, menurutnya keberlanjutan juga memenuhi prioritas utama. Agrinas Jaladri menerapkan sistem biosekuriti ketat untuk menjaga kesehatan ikan dan udang, serta memba- ngun laboratorium untuk deteksi dini penyakit.
Pengelolaan limbah juga diperketat untuk mencegah pencemaran lingkun- gan. Langkah-langkah ini menjawab tanta- ngan kritis: budidaya perikanan, meskipun penting untuk ketahanan pangan, dapat mencemari ekosistem pesisir jika tidak dikelola dengan baik. Dengan berinvestasi pada praktik ramah lingkungan, Agrinas ingin menjadi tolok ukur untuk budidaya yang bertanggung jawab.
"Kami ingin menjadi contoh bahwa laut dan tambak bisa dikelola dengan cara yang adil, ilmiah, dan berkelanju- tan. Bahwa BUMN bisa menjadi jembatan antara potensi dan cita-cita,” katanya.
“Kami tidak hanya membangun sistem, tapi juga harapan baru bagi generasi Indonesia yang akan datang,” tambahnya.
Langkah-langkah ini penting, mengingat industri akuakultur global kini diguncang oleh isu sustainability dan traceability.
“Konsumen dunia tak lagi hanya membeli ikan, tapi juga membeli cerita di baliknya: bagaimana ia ditangkap, dibesarkan, dan dikirim. Indonesia, selama ini tertinggal dalam hal ini, kini punya peluang mengejar dengan lompatan teknologi dan reformasi manajemen,” urainya.
Namun, perjalanan menuju dominasi bahari tidaklah mudah. Penangkapan ikan ilegal yang terus berlangsung menguras stok ikan dan melemahkan upaya keberlanjutan. Penegakan hukum yang lemah dan celah regulasi memperparah masalah.
Selain itu, pesaing global seperti Thailand dan Vietnam telah lebih dulu maju dalam hilirisasi, dengan rantai pasok dan pengenalan merek yang sudah mapan. Indonesia juga menghadapi tantangan domestik, termasuk logistik yang terfrag- mentasi di kepulauannya yang luas dan akses terbatas ke modal bagi nelayan skala kecil.
“Kita mungkin sedikit tertinggal dalam hilirisasi hasil laut. Tapi kami akan mengejarnya dengan memperkuat kolaborasi dan peningkatan kapasitas. Dengan bermitra bersama koperasi lokal dan memanfaatkan dukungan negara, peru- sahaan ini berupaya memberdayakan nelayan melalui pelatihan dan teknologi,” paparnya.
“Agrinas Jaladri juga berencana menyederhanakan rantai pasok, meng- hubungkan komunitas pesisir terpen- cil dengan pasar global. Upaya ini dapat mengubah sektor perikanan Indone- sia menjadi industri yang kohesif dan kompetitif,” pungkasnya.