Kesehatan gigi kerap diabaikan dan dianggap tidak penting, hingga selama ini kurang mendapatkan prioritas yang memadai dalam program kesejahteraan masyarakat. Padahal penyakit gigi merupakan penyakit yang melanda banyak orang di seluruh dunia, dari kanak-kanak hingga manula, dan menimbulkan kerugian yang serius. Menurut Organisasi kesehatan Dunia (WHO), sekitar 90% penduduk pernah mengalami penyakit gigi, yang sebagian besar sebenarnya dapat dicegah. Sebanyak 78% anak-anak di dunia, yakni sekitar 573 juta anak, menderita penyakit gigi yang tidak terawat, dan terutama disebabkan kurangnya asesibilitas terhadap sarana kedokteran gigi. Penyakit gigi selain menimbulkan rasa tidak nyaman juga mempengaruhi produktivitas serta kualitas hidup. Penyakit gigi di Amerika Serikat mengakibatkan per tahun total kehilangan 2,4 juta hari kerja, dan 1,6 juta hari sekolah. Sedang di Thailand per 1000 murid kehilangan 1900 jam sekolah per tahunnya karena penyakit gigi.
Di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan menunjukkan 57,4% penduduk menyatakan bermasalah gigi dan mulut, namun hanya 10,2% yang mendapat perawatan oleh tenaga medis gigi. Dari seluruh penduduk, 88,8% mengalami karies gigi dan 74,1% menderita radang jaringan penyangga gigi. Walau 94,7% penduduk setiap hari menyikat gigi, namun hanya 2,8% yang menyikat gigi pada waktu yang benar yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Sebagaimana di banyak negara biaya perawatan gigi mencakup proporsi yang cukup besar, pada pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menunjukkan pembiayaan perawatan penyakit gigi merupakan 4 besar yang dibayarkan oleh BPJS Kesehatan.
Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan gigi, Federasi Dokter Gigi Sedunia (FDI) sejak 2013 menjadikan setiap tanggal 20 maret sebagai Hari Kesehatan Gigi Sedunia. Tahun 2020 ini Hari kesehatan Gigi Sedunia mengambil Tema: Bersatu Padu Demi Kesehatan Gigi (unite for mouth health). Dengan tema ini diharapkan semakin digalang kebersamaan untuk mengatasi permasalahan kesehatan gigi dan mulut. Kebersamaan bukan hanya di kalangan profesi kedokteran gigi, namun juga dengan tenaga kesehatan lainnya, pemerintah, masyarakat, para pengambil keputusan, LSM, perguruan tinggi, dan dunia usaha. Dengan keterpaduan diharapkan melahirkan tekad untuk ditingkatkannya upaya kesehatan gigi serta mengintegrasikannya dalam kebijakan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Pelbagai kegiatan dilakukan dalam rangka hari kesehatan gigi sedunia seperti pendidikan kesehatan gigi mengenai perlunya menjaga kebersihan gigi, gaya hidup sehat, serta kunjungan periodik ke dokter gigi. Selain itu berlangsung kegiatan seperti sikat gigi massal, pemeriksaan dan pengobatan gigi, seminar, pelatihan kader, kampanye kesehatan gigi, talk show, pertunjukan kesenian, lomba kesehatan gigi, serta kegiatan di sekolah, pusat perbelanjaan, panti asuhan, panti werdha, dsb. Dalam rangka hari kesehatan gigi sedunia juga dilakukan program penjangkuan masyarakat luas melalui media massa maupun media sosial.
Dengan adanya pandemi Covid-19, maka pada tahun 2020 banyak kegiatan Hari Kesehatan Gigi Sedunia terpaksa dibatalkan, namun meski demikian komitmen untuk kesehatan gigi tetap tidak bisa diabaikan.
Dalam hal ini perlu disadari bahwa penyakit gigi bukan sekedar gigi berlubang, karang gigi, radang gusi, bau mulut, serta pencabutan gigi. Melainkan kesehatan gigi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh kesehatan tubuh. Kesehatan gigi bukan hanya bermanfaat untuk mengunyah, bicara, dan penampilan, namun lebih jauh lagi, juga menunjang kesejahteraan hidup. Pelbagai penelitian menunjukkan, penyakit gigi dapat menjadi sumber infeksi yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit lain seperti gangguan pencernaan, hingga kanker mulut, penyakit jantung, dan stroke. Sebenarnya penyakit gigi tidak perlu terjadi, apalagi sampai menimbulkan dampak yang parah, bila terdapat upaya pencegahan, deteksi dini, maupun perawatan bagi mereka yang terkena penyakit gigi. Hal ini dapat tercapai bila terdapat kesadaran berdasarkan tekad untuk bersatu padu mengatasi permasalahan gigi dan mulut masyarakat terutama melalui upaya pencegahan dan penyediaan sarana.
------------------------------------------
Penulis: Dr. Paulus Januar, drg, MS adalah pakar kesehatan masyarakat dan anggota Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI).