Jakarta - Keberadaan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) diharapkan mampu memberikan kontribusi yang nyata bagi kehidupan masyarakat. PTKI tidak hanya melahirkan ilmuwan di bidang keagamaan saja, melainkan juga bidang lainnya yang lebih bermanfaat.
Pesan tersebut disampaikan Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat PTKI Kementerian Agama RI, Dr. Suwendi, dalam kegiatan Webinar online Tadarus Litapdimas ke-14 bertema 'Khidmah PTKI Dalam Mendampingi Masyarakat’, yang digelar pada Selasa, 4 Agustus 2020.
"Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam memberikan apresiasi sebesar-besarnya atas nilai kemanfaatan sebagai substansi dari keberadaan PTKI. Secara konkrit, PTKI ini tidak hanya memberikan proses pembelajaran di dalam ruangan kelas saja, akan tetapi juga memberikan kebermanfaatan dari hal yang awalnya tidak bermanfaat menjadi sesuatu yang bermanfaat," ujar Suwendi dalam sambutan pengantarnya.
Suwendi menambahkan, PTKI harus memiliki orientasi men-tasharruf-kan karya-karyanya untuk memberikan manfaat secara maksimal kepada masyarakat luas. Harapannya, ke depan PTKI secara masif menemukan inovasi yang bisa menghasilkan outcome yang lebih bernilai ekonomis bagi lingkup kampus.
"Semua dedikasi keilmuan kita dipertaruhkan. Ini sesuatu yang luar biasa. Ini diperoleh bukan hanya di ruangan belajar kampus, tetapi di lingkup masyarakat," kata Suwendi.
Tadarus ke-14 ini yang dimoderatori Ahmad Khoirul Anam, M.Sy, Dosen Universitas NU Indonesia (Unusia), menghadirkan tiga narasumber dari PTKI yang sudah memiliki karya inovasi penelitian bagi masyarakat, di antaranya adalah Dr. Neneng Windayani dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung, meneliti “Pendampingan Pemanfaatan Kefir Susu sebagai Upaya Pencegahan Stunting pada Balita”, lalu Dr. Masykur M.Hum dari UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, meneliti “Kemandirian Ekonomi Melalui Budidaya Mangot dan Produksi Paving Block di Desa Lebak Parahiang, Leuwidamar, Lebak, Banten”, dan terakhir M. Zainal Anwar, M.S.I dari IAIN Surakarta, dengan karyanya “Memilah Sampah Menjemput Rupiah; Profil Bank Sampah Gerjen Pucangan Kartasura Sukoharjo”.
Mengawali diskusi, Maskur mengungkapkan dirinya berhasil mengedukasi masyarakat untuk sadar menjaga lingkungan. Meskipun kata dia, masih banyak masyarakat yang meremehkan lingkungan seperti enggan menggunakan masker saat musim pandemi, membuang sampah sembarangan lokasi dan tidak mampu memilah-milih sampah organik dan anorganik.
Dalam penelitiannya, Masykur pun mengajak masyarakat, terutama mahasiswa, untuk bersama-sama mengelola sampah di lingkungan tempat tinggal mereka. Diawali dengan mengadakan sebuah focus group discussion (FGD), lalu pelibatan dalam kegiatan pengolahan sampah dan menjadikan sampah-sampah tersebut bernilai ekonomis menjadi pupuk kompos.
"Kita lakukan satu pendampingan yaitu pemberdayaan kepada masyarakat di antaranya pemilahan sampah, penanganan dan pengolahan sampah di sekitar lingkungan kita," kata Masykur dalam presentasinya.
Kondisi serupa juga diungkapkan Zainal Anwar dalam kegiatan pengabdiannya. Ia menuturkan sebagian besar masyarakat masih suka membuang sampah di sungai. Padahal, tertera jelas papan larangan membuang sampah sembarangan, atau di sungai. Ia lantas melakukan pemetaan aset, di lingkungan tersebut.
Zainal mengungkapkan fokus pengabdiannya yakni membuat biopori. Proses ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat secara bergorong royong membangun biopori, selanjutnya mendirikan Kampung Bersih.
"Apa yang saya lakukan ini, semata-mata ingin membuktikan bahwa karya penelitian para dosen ini tidak hanya sebatas kegiatan formalitas saja, dan menggugurkan kewajiban," tutur Zainal.
Sementara itu, Neneng Windayani fokus mengatasi masalah gizi buruk atau stunting bagi anak-anak dan lansia di Sumedang, Jawa Barat, dengan memanfaatkan Susu Kefir. Kegiatan pengabdian yang dilakukan dua kali di tahun 2016 dan 2019 ini turut menggandeng pemerintah kabupaten setempat.
“Pengabdian yang kami lakukan ini biasa kami lakukan di Prodi Kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Ini dilakukan dua kali di lingkup masyarakat. Ini salah satu realisasi bentuk kerjasama Lembaga, yaitu pihak kampus dan Bupati,” ujar Neneng.
Ketiga presentasi di atas menuai apresiasi dari Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Dr. Sri Harini. Ia mengatakan sampah maupun gizi buruk merupakan permasalahan di sejumlah wilayah yang layak mendapatkan perhatian. Ia pun mendorong agar para dosen atau peneliti mulai merambah konten video blogger (vlogger) untuk pemasaran agenda kegiatan penelitian kampus agar lebih masif.
"Pengabdian masyarakat bagi saya penuh tantangan, karena kita punya PR bahwa perguruan tinggi yang dianggap kaum yang susah menyatu dengan masyarakat. Sehingga ketika kita terjun ke masyarakat, terutama di masa pandemi ini, ada hal-hal yang diharapkan masyarakat seperti uang, sembako dll, tapi itu bisa kita lakukan dengan hal-hal yang bermanfaat lainnya,” tutur Sri Hartini.
Terakhir, Kepala Seksi Penelitian dan Pengelolaan Hak Atas Kekayaan Intelektual, Dr. Mahrus, mendorong agar dosen dan para peneliti di PTKI lainnya terus menghasilkan karya inovatif dan merambah kegiatan pengabdian lainnya.
"Kalau pada hari ini kita menyaksikan bagaimana para dosen melakukan pengabdian dengan beberapa teori dan pendekatan yang telah disampaikan, saya kira dosen dan peneliti di lingkungan PTKI ini tidak berhenti hanya sampai disini, kami menungu pengabdian yang bermanfaat lainnya,” imbuh Mahrus.