Asetnya mencapai Rp1,3 Triliun dengan keanggotan terus bertambah 1.000 orang per bulan. Tak hanya mengurus simpan pinjam, tapi juga minyak kelapa, garam, hortikultura, pertanian dan pariwisata.
Siapa nyana dari sebuah dusun yang jaraknya hampir 12 kilometer dari ibukota Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, berdiri sebuah Koperasi Kredit (Kopdit) Pintu Air dengan jumlah aset mencapai Rp. 1,3 triliun.
Bahkan di tengah pandemi Covid-19, Kopdit Pintu Air yang berkantor pusat di Dusun Rotat, Desa Ladogahara, Kecamatan Nita, ini mampu tumbuh mencapai 242.140 orang. Atau terdapat penambahan anggota baru 10.663 orang, dibandingkan Desember 2019 tercatat 231.477 orang.
“Setiap bulan lebih dari 1000 orang yang mendaftarkan diri menjadi anggota KSP Kopdit Pintu Air di tengah situasi wabah ini. Ini menunjukkan Kopdit Pintu Air berhasil mempertahankan kepercayaan masyarakat akan lembaga pemberdayaan ini,” ujar Ketua Kopdit Pintu Air, Yakobus Jano, kepada TrustNews.
Untuk memberikan kemudahan anggota, lanjutnya, Kopdit Pintu Air sudah menerapkan sistem transaksi real time, sikopdit connection dan sikopdit collect KSP, yang tim Informasi dan Teknologi (IT) Induk Koperasi Kredit Indonesia.
“Kopdit Pintu Air beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Selain itu, pelayan KSP Kopdit Pintu Air sudah dilaksanakan dengan sistem Online melalui program Sikopdit Online, yang mana para anggota bisa melakukan transaksi simpan pinjam di semua kantor Cabang KSP Kopdit Pintu Air,” paparnya.
Tak hanya itu, dangan sistem transaksi real time, lanjutnya, data transaksi langsung tercatat pada saat itu juga tanpa jeda waktu lama. Pengelola dengan mudah mengecek dan mengontrol pergerakan usaha koperasi kredit setiap saat.
“Dari awal mendirikan, kita ingin Kopdit Pintu Air itu transparan dan akuntabel dan penggunaan teknologi memudahkan bagi para pengelola. Sedangkan bagi anggota dapat dengan mudah memantau keuangannya melalui handphone,” paparnya.
Dengan pemanfaatan teknologi pula lanjutnya, Kopdit Pintu Air sukses menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) online secara serentak di 50 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, pada akhir Juni lalu.
“Kopdit Pintu Air selalu terbuka dan siap beradaptasi pada perkembangan teknologi. Ini dibuktikan dengan penyelenggaran RAT melalui online secara serentak di 50 cabang, tinggal terus dilatih demi penyempurnaan,” paparnya sambil mengenang masa-masa awal pendirian, pertemuan bulanan dilakukan di bawah naungan pohon kakao.
Tak hanya mengurus simpan dan pinjam, para pengelola Kopdit Pintu Air pun jeli melihat celah dengan beberapa pengembangan usaha, seperti Minyak Pintar dan Garam Pintar.
Unit usaha rumah produksi dan pengolahan minyak kelapa mentah (crude coconut oil) menjadi minyak goreng kelapa, dijelaskan Yakobus Jano, dilatarbelakangi kondisi para petani selama ini yang mengalami kesulitan akibat merosotnya harga penjualan komoditi kopra.
“Gagasan menghadirkan minyak goreng (Minyak Pintar) datang dari, oleh dan untuk semua anggota Pintu Air dan masyarakat yang memang risih dengan merosotnya harga penjualan komoditi kopra (kelapa panggang) yang menyengsarakan rakyat selama berpuluh-puluh tahun,” paparnya.
Begitu juga dengan Garam Pintar, lanjutnya, juga dilatarbelakangi oleh kondisi masyarakat yang kesulitan memasarkan garamnya. Akibatnya, banyak petani garam terancam bangkrut.
“Melihat kondisi tersebut Kopdit Pintu Air membuka unit usaha untuk membeli garam kasar dari petani garam. Kemudian dikemas dengan label Pintu Air dan dipasarkan agar usaha garam masyarakat tidak mati,” tegasnya.
Meski jumlah keanggotaannya Kopdit Pintu Air terus bertambah di tengah pandemi Covid-19, lanjutnya, bukan berarti tanpa adanya tantangan. Tantangan justru muncul dari para anggotanya yang mengalami ketakutan berlebihan.
“Kita memahami dan menyadari efek mengerikan yang ditimbulkan dari Covid-19. Kita baca berita bukan hanya di sini saja, tapi juga dunia mengalaminya, menjadi tugas kita untuk mengayomi dan memotivasi dengan mendatangi para anggota untuk bekerja dengan protokol kesehatan dalam mempertahankan hidup,” paparnya.
Hal yang sama juga berlaku bagi para pengurus dan manajemen Kopdit Pintu Air, lanjutnya, dengan tetap menomorsatukan protokol kesehatan dan mengubah lamanya hari kerja dari 6 hari menjadi 5 hari.
“Semua Karyawan tetap bekerja dengan dispensasi dari 6 hari kerja menjadi 5 hari kerja dengan tetap menjalankan protokol kesehatan. Kemudian, tunjangan transportasi untuk seluruh karyawan dipotong sebesar 25% demi penghematan biaya operasional,” ucapnya.
Sebagai Ketua Kopdit Pintu Air, Yakobus Jano, berharap pandemi Covid-19 cepat berlalu, sehingga kegiatan pelayanan dalam rangka pemberdayaan masyarakat kembali normal berjalan sesuai rencana.
“Pandemi ini hendaknya menjadi peluang bagi setiap anggota untuk menemukan cara baru dalam menghadapi situasi kehidupan dalam rangka mempertahankan kehidupan yang layak,” pungkasnya. (TN)