Transaksi penjualan makin memperbaiki kinerja keuangan
Di tengah pandemi Covid-19, kenaikan harga timah dunia menjadi berkah bagi PT Timah (Persero) Tbk untuk menggenjot volume ekspor dalam mengakselerasi kinerja di sisa tahun ini.
Direktur Utama PT Timah Tbk, Mochtar Riza Pahlevi Tabrani, mengatakan, pihaknya terus memantau harga timah dan situasi pasar global guna memperbaiki kinerja.
“Kami terus memantau harga timah dunia, dan saya terus berkomunikasi dengan produsen timah dunia juga dengan konsumer dunia,” ujarnya.
PT Timah, emiten dengan kode saham TINS ini, lanjutnya, terus memantau situasi pasar agar dapat memprediksi kenaikan harga. Sehingga transaksi penjualan makin memperbaiki kinerja keuangan. Dipastikan produksi timah akan tetap berjalan, seiring membantu tingkatkan perekonomian masyarakat di wilayah produksi.
“Sampai hari ini kami masih terus ekspor, (dengan harga) variasi setiap bulan tidak sama. (Bagi PT Timah) Sekarang bagaimana agar dapat memanfatkan situasi saat ini (sehingga saat transaksi harga menguntungkan). Sehingga produksi tetap berjalan, biji timah di masyarakat tetap kita ambil, ekonomi tetap berjalan,” paparnya.
Sebagaimana diketahui, TINS memasang target tahun 2020 sekitar 55.000 metrik ton, dengan proyeksi produksi akhir kuartal tahun ini 5000 ton/bulan. Walau terkendala cuaca beberapa pekan lalu, sehingga aktivitas penambangan tidak berjalan maksimal. Perseroan optimis target volume produksi dapat tercapai, Juli 2020 TINS memproduksi biji dengan kisaran 32.000 ton dan logam timah 35.000 ton. Angka ini turun dari realisasi 2019 sebesar 67.704 metrik ton.
Sementara Sekretaris Perusahaan Timah, Muhammad Zulkarnaen, mengatakan, permintaan timah di sejumlah pasar tujuan ekspor perseroan menunjukkan sinyal pemulihan seiring dengan pembukaan kembali ekonomi negara itu pasca lockdown akibat pandemi Covid-19.
“Pasar-pasar yang sudah ada akan kami maksimalkan, volume ekspornya akan dinaikkan karena demand sudah terlihat mulai pulih, seperti di AS dan China” ujarnya.
Untuk diketahui, pasar tujuan ekspor emiten berkode saham TINS itu antara lain Singapura, Korea, China, Amerika Serikat, India, dan beberapa negara di Benua Eropa seperti, Jerman, Luksemburg, Swiss, dan Belanda.
Indonesia tercatat sebagai negara eksportir timah nomor satu dunia pada 2019 melalui peningkatan kinerja, penambahan alat pengolahan bijih timah, serta peningkatan kadar dari ore sebelum dilebur menjadi logam atau balok timah.
Pada kuartal I 2020, TINS membukukan pendapatan Rp 4,4 triliun. Raihan tersebut tumbuh 5 persen secara tahunan dibandingkan kuartal I 2019 yang sebesar Rp 4,2 triliun.
Penjualan logam timah berkontribusi sebesar Rp 4,2 triliun, kemudian tin solder dan tin chemical masing-masing sebesar Rp 9,3 miliar dan Rp 102,4 miliar selama kuartal I 2020.
TINS mencatatkan produksi bijih timah di kuartal I 2020 sebesar 15.217 ton yang 84 persen diantaranya berasal dari penambangan darat, sedangkan 16 persen berasal dari penambangan laut. Adapun volume produksi logam mencapai 14.133 Mton dengan volume penjualan logam sebesar 17.553 Mton.
Perubahan kondisi pasar akibat Covid-19 memaksa TINS untuk beradaptasi dengan melakukan sejumlah strategi efisiensi, diantaranya memangkas operational expenditure sebesar 30 persen, sedangkan capital expenditure diprioritaskan kepada yang mendukung pencapaian target produksi.
Arus kas dari aktivitas operasi pada kuartal I 2020 tercatat positif Rp 1,27 triliun dibandingkan kuartal I 2019 sebesar minus Rp 1,59 triliun. Selain itu, TINS berhasil melunasi sebagian utang bank jangka pendeknya sebesar Rp 1,7 triliun menjadi Rp 7,1 triliun atau turun 19 persen dibandingkan posisi Desember 2019 sebesar Rp 8,8 triliun. (TN)