Rokhmin Dahuri dorong Penguatan Ekonomi Maritim untuk Negara Anggota IORA
DUNIA Jumat, 30 Oktober 2020 - 12:32 WIB Ahmad Buchory
Jakarta - Pakar Kemaritiman yang juga Guru Besar IPB, Rokhmin Dahuri memaparkan pentingnya kerjasama ekonomi negara-negara pesisir samudera hindia dalam memaksimalkan potensi maritim. Hal tersebut disampaikan Rokhmin Dahuri saat menjadi narasumber Acara Daring Seminar Internasional Indian Ocean RIM Association (IORA) atau Asosiasi Negara-negara Pesisir Samudera Hindia yang dilaksanakan oleh Korea Trade Association pada Kamis (29/10/2020).
Koordinator Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2019-2024 Bidang Riset dan Daya Saing itu mengatakan meski memiliki potensi ekonomi yang begitu besar, namun hingga saat ini hanya lima negara atau hanya 22 persen dari 22 negara IORA yang telah mencapai status negara berpenghasilan tinggi atau kaya, yakni Singapura, Australia, UEA, Oman, dan Seychelles.
"Kebijakan kolaboratif harus dilaksanakan secara sinergis di antara anggota IORA, dan memperkuat konektivitas negara anggota untuk membentuk ikatan budaya di antara negara-negara anggota Samudra Hindia," kata Rokhmin Dahuri.
"Sehingga, terjalin kerjasama di bebagai bidang termasuk teknologi dan informasi untuk percepatan transformasi digital untuk mendorong kemajuan pembangunan di masing masing negara anggota IORA," tegas mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu.
Dalam paparannya bertajuk “Strengthening a Win-Win Economic Cooperation between South Korea And IORA Member States in Industry 4.0 Era,” Rokhmin Dahuri yang juga duta besar kehormatan Kepulauan Jeju, Korea Selatan itu memeberkan sejumlah potensi ekonomi IORA utamanya di sektor kemaritiman.
"Wilayah IORA yang terdiri dari 22 negara anggota adalah rumah bagi lebih dari 3 miliar orang [40% populasi global]. Saat ini, setengah dari kapal kontainer dunia dan dua pertiga pengiriman minyak dunia melewati Samudra Hindia, termasuk titik transit utama seperti Bab el-Mandeb, dan Selat Hormuz dan Malaka," terang Rokhmin.
Ketua Umum Masyarakat Akukultur Indonesia (MAI) itu juag mengungkapkan kekayaan sumber daya alam yang sangat besar termasuk minyak dan gas, mineral, perikanan, serta wilayah pesisir dan laut yang berpotensi untuk industri pariwisata bahari. Sayang, menurutnya potensi ini kurang dimanfaatkan dan tercermin dari kontribusi IORA terhadap PDB global hanya kurang dari 10%.
Sebab itu, meski memiliki potensi ekonomi yang begitu besar, hingga saat ini hanya lima negara (22%) dari 22 negara anggota IORA yang telah mencapai status negara berpenghasilan tinggi atau kaya, yakni Singapura, Australia, UEA, Oman, dan Seychelles. Adapun tujuh negara anggota (34%) yang termasuk dalam kelompok negara berpenghasilan tinggi-menengah adalah Malaysia, Mauritius, Maladewa, Afrika Selatan, Iran, Thailand, dan Indonesia.
Sedangkan lima negara anggota (22%) masih dikategorikan sebagai kelompok negara berpendapatan menengah bawah, yakni Sri Lanka, India, Komoro, Bangladesh, dan Kenya. Sisanya, lima anggota IORA (22%) masih merupakan negara miskin atau berpenghasilan rendah yakni Tanzania, Yaman, Mozambik, Madagaskar, dan Somalia.
Untuk mempertahankan status negara berpenghasilan tinggi seperti Singapura, Australia, UEA, Oman, dan Seychelles dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan 17 negara anggota lainnya menjadi negara berpenghasilan tinggi, maka ketya DPP PDI Perjuangan bidang Kelautan dan Perikanan itu mendorong kebijakan kolaboratif harus dilaksanakan secara sinergis dengan berbagai langkah diantaranya: Pertama, negara-negara anggota yang kaya harus mempertahankan pembangunan ekonomi dan tingkat kemakmurannya secara berkelanjutan.
Kedua, 17 negara anggota harus meningkatkan pembangunan ekonomi dengan menerapkan industritrialisasi berbasis teknologi 4.0 (Revolusi Industri Keempat) dan transformasi digital di semua sektor pembangunan (pertanian, kelautan dan perikanan, industri manufaktur, jasa, dan pemerintah) untuk mencapai status negara berpenghasilan tinggi dengan cara yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Sebagai informasi, IORA dibentuk di Mauritius pada 7 Maret 1997, dan hingga kini merupakan satu-satunya arsitektur regional di kawasan Samudera Hindia. Tujuan awal IORA adalah untuk meningkatkan kerjasama ekonomi yang berkelanjutan dan seimbang, memfasilitasi perdagangan, dan mengurangi hambatan perdagangan dan investasi.
Selain kerjasama antar negara anggota, Rokhmin juga mendorong IORA menjalin kerjasama dengan negara-negara maju utamanya dalam pemanfaatan teknologi informasi yang menjadi hal penting di era revolusi industri 4.0 seperti kerjasama dengan Korea Selatan.