TRUSTINSPIRASI.COM, JAKARTA - Saya datang, saya lihat, saya menang. Frasa terkenal milik Julius Caesar, Kaisar Romawi usai menaklukan perlawanan raja Pontus, Pharnaces II di Timur Tengah sekitar tahun 47 SM. Vini, Vidi, Vici yang ditulis Julius Caesar dalam suratnya kepada Senat Romawi itu cocok untuk menggambarkan sosok Trisilo Ari Setyawan dalam menakhodai PT Kawasan Industri Medan. Genap setahun sejak dilantik pada Januari 2018 lalu, PT KIM memperoleh penghargaan “Indonesian 50 Best Companies Award 2019” untuk kategori “The Most Trusted Company In Service Excellent Of The Year” atau diartikan PT KIM masuk dalam kategori 50 perusahaan terbaik dari sisi service excellent, marketing, pada 11 Januari 2019 lalu di Hotel Santika Premiere Dyandra, Medan Sumatera Utara.
Beberapa bulan sebelumnya, tepatnya di bulan Agustus 2018, PT KIM telah pula menyabet juara ketiga untuk kategori pengembangan talenta terbaik dalam perhelatan Anugerah BUMN Award 2018. Hebatnya, inilah kali pertama PT KIM ikut berpartisipasi di ajang penghargaan di lingkungan BUMN yang sudah 7 kali diselenggarakan.
Sebelumnya, tangan dingin Trisilo pun menorehkan tinta emas saat menjabat sebagai Direktur Komersil PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) dengan berhasil mewujudkan mimpi Presiden Jokowi terkait harga tiga bahan pokok, seperti gula, tepung terigu, minyak goreng dan bahan bangunan semen antara barat dan timur Indonesia setara atau bahkan lebih terjangkau.
Melihat keberhasilannya tersebut, pemerintah melalui Kementerian BUMN mempercayakan pria kelahiran Purworejo, 17 Februari 1963, untuk membenahi kinerja PT KIM.
Hari pertama memimpin, Trisilo langsung menetapkan arah mana KIM bergerak, yakni soft infrastructure yang kuat, mencakup digitalisasi, kurikulum dan pengembangan talenta. Atau dengan kata lain, KIM bertransformasi menjadi kawasan industri modern untuk menuju era ekonomi industri 4.0.
“Kami siap memasuki era industri 4.0 dan siap menerima investor dari manapun yang akan mempercepat laju investasi dan pertumbuhan ekspor di Indonesia," ujar Trisilo kepada Trust.
Sebagai kapten kapal induk bernama KIM, Trisilo tahu betul arah angin teknologi berhembus dan wajib mengantisipasinya agar bahtera dapat berjalan dengan baik dan laju. Pilihan itu ada pada 4.0 dengan mengaplikasikan Smart Industrial Estate System, sistem pelaporan ERP dan digitalisasi atas servis infrastruktur.
Apalagi menurutnya, program pendukung Making Indonesia 4.0 sudah diterapkan, di mana setiap laporan bisnis bisa langsung diproses secara realtime melalui gadget dan KIM mempunyai KIM care yaitu sistem window transaction dan window communication antara mitra industri dengan managemen kawasan.
“Interaksi mitra industri dan managemen kawasan dapat dilakukan 24 jam realtime dari CCTV. Jadi investor bisa melihat 24 jam kegiatan atau kondisi pabrik atau pusat produksi mereka melalui CCTV di mana pun mereka berada dan sekaligus dapat melakukan bisnis proses,” ujarnya.
Transformasi yang dilakukan KIM pun berbuah manis, yakni naiknya pendapatan KIM. Semula Rp130-140 miliar, naik signifikan pencapaian prognosa 2018 mencapai Rp232 miliar omset dan margin Rp65 miliar. Bahkan untuk tahun 2019, Trisilo sudah memancang target pendapatan KIM menjadi Rp427 miliar dan dengan margin Rp107 miliar.
“Selama 30 tahun umur KIM pada 8 Oktober itulah pencapaian terbesar, sehingga 2019 pun kita berencana meningkatkan pendapatan menjadi Rp427 miliar dengan margin Rp107 miliar. Kita tembus 3 digit untuk mess margin dan ini kita sudah tuangkan dalam rencana jangka panjang perusahaan yg hari ini disahkan oleh menteri BUMN,” tuturnya.
Sebagai informasi, berdiri sejak tahun 1988 silam, saat ini PT KIM (PT Kawasan Industri Medan), selaku pengelola kawasan industri tersebut, memiliki lahan seluas 780 hektare. Sedikitnya, ada 600 perusahaan industri beroperasi di kawasan ini. Mulai dari perusahaan berskala UKM, menengah hingga multi nasional serta internasional. Melihat tidak sedikit perusahaan berskala besar yang produknya berorientasi ekspor menanamkan investasinya di sini, bisa dikatakan kawasan industri Medan ini merupakan "aset" dan ikon yang membanggakan Provinsi Sumatera Utara ini di tataran kawasan industri di dalam dan di luar negeri.
Tak hanya itu, kawasan industri ini pun selain menyerap puluhan ribu tenaga kerja, juga menjadi penyangga perekonomian Provinsi Sumatera Utara.
Lokasinya berada di dua wilayah: Kotamadya Medan dan Kabupaten Deliserdang, saat ini masih dianggap sebagai kawasan industri paling strategis dan menjadi dambaan investor. Kedekatannya dengan pelabuhan ekspor-impor Belawan dan Bandara Internasional Kualanamu, menjadi daya tarik tersendiri, yang membuat kawasan ini menjadi pilihan utama investor membuka usahanya di provinsi ini.
Apalagi, kehadiran Tol Belmera (Belawan-Medan-Tanjungmorawa) yang kelak tersambung hingga ke Tol Tebingtinggi membuat kawasan industri ini tak butuh waktu lama untuk pengapalan di Pelabuhan Belawan atau melalui angkutan udara lewat Bandara Kualanamu.
Dalam mengembangkan KIM, Trisilo meminta manajemen fokus pada Digitalisasi, Big Master Data dan Supply Chain termasuk juga dengan kemampuan Indonesia itu sendiri, karena bila semua berjalan, akan tiba pada satu titik KIM akan mengalami reverse innovation.
“Reverse innovation artinya akan transfer knowledge. Di mana kita berbalik dari tadinya negara tujuan investasi kita akan mampu seperti India dan China,” tegasnya.
Di bawah kepemimpinan Trisilo, KIM dibawa masuk ke wilayah yang lebih luas lagi yakni Kawasan Industri Modern (kata Medan jadi Modern). hal ini bisa terjadi karena melakukan kerja sama dengan sejumlah kawasan industri seperti SIER (Surabaya Industrial Estate Rungkut), Kawasan Industri Wijaya Kusuma di Semarang, dan KIMA (Kawasan Industri Makassar). Tak ketinggalan, pihaknya juga tengah merintis kerja sama dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei dan KEK Kuala Tanjung. Bahkan tengah diupayakan melakukan pola yang sama digunakan dengan negara-negara di dunia, antara lain Malaysia, Thailand, Hongkong, China dan beberapa beberapa negara di kawasan Timur Tengah. Di tahun 2019, KIM akan intens melakukan engagement, sehingga investor dari negara manapun akan ditangani oleh partner KIM di luar, tanpa harus membuka kantor di negara bersangkutan.
Menurut Trisilo, kawasan industri di Indonesia tidak bisa berdiri sendiri-sendiri, untuk itu diperlukan sinergi antar kawasan. Dengan mendorong perubahan KIM menjadi kawasan industri modern berintegrasi dengan kawasan lainnya maka peluang untuk membuka KSO di tempat lain akan terbuka lebar. Dalam sinergi ini, kawasan yang terlibat akan mengimplementasikan layanan dan handling yang seragam dengan level servis yang sama.
“KIM menjadi tidak terbatas, karena sifatnya partner. Apalagi dengan sudah namanya Kawasan Industri Modern, bukan Medan, maka tidak aneh kalau KIM sudah punya di Semarang 1,8 hektar dan akan meningkat menjadi 5.8 hektar di 2019. Kemudian nanti Malaysia pun coba dijajaki, kemarin saya sudah ke sana dan mereka pun tertarik. Untuk barter cluster itu. Jadi nanti kita punya cluster di Malaysia, Malaysia punya cluster di sini, untuk produk-produk makanan halal,” ujar Trisilo.
Terlahir sebagai anak ketiga dari enam bersaudara, Trisilo atau biasa di sapa Ari ini mengaku dididik hidup disiplin oleh orangtuanya yang guru, bahkan ibunya masih aktif di sekolahan. Ajaran sang ayah yang tertanam dalam dirinya yakni untuk tidak minder, memiliki rasa percaya diri, tidak mudah takut dan semangat untuk berkompetisi.
“Sejak kecil, saya belum bisa mendapatkan sesuatu kalau saya belum mencapai syarat yang ditetapkan. Kalau raportnya jelek, sepatu jebol pun tidak akan diganti sama bapak, jadi betul-betul di-challenge,” kenang Ari menerawang.
Dia pun mengaku pernah dipanas-panasi oleh ayahnya ketika kakaknya lebih dahulu diterima di perguruan tinggi negeri favorit di Yogyakarta. Karena dipanasi itulah, Trisilo makin terpacu untuk tekun belajar, agar target sekolahnya tercapai. Hasilnya, dia pun di terima di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
Dipujikah Ari? Tidak juga. “Bapak tidak pernah sekalipun memuji saya sampai sekarang, tapi ternyata pujian itu dilontarkan di belakang saya. Jika saya ada persoalan, bapak juga tidak lantas memarahi, tapi justru membiarkan saya mempunyai ruang untuk bersedih,” ungkapnya.
Saat ditunjuk sebagai kapten dari sebuah perusahaan negara, Trisilo selalu memegang empat hal yang menjadi filosofi hidupnya, yakni be smart, be happy, be your self dan work hard. Dan dengan fasih, Trisilo pun menjelaskan makna demi makna yang terkandung di dalamnya. Menurutnya, “be smart” bermakna dengan strategi yang diterapkan sebagai jurus jitu mencapai kinerja perusahaan yang gemilang, sementara “be happy” bermakna mengingatkan kita untuk senantiasa memiliki pikiran positif setiap mengawali hari. Sedangkan “be yourself” memiliki makna seseorang harus menggali lebih banyak potensi positif dalam dirinya. Adapun, “work hard”yang menjadi langkah eksekusi dari ketiga sikap tadi.
Setelah segala upaya dilakukan dengan maksimal, Ari tak melupakan sisi spiritual, dengan menyerahkan ikhtiarnya kepada Sang Pencipta, seraya berserah dan ikhlas menerima apapun hasil akhir yang diberikan. “Berserah adalah landing for the last result. Kalau kita merasa sudah menjalankan dengan optimal tetapi hasilnya tidak sesuai yang kita inginkan, percayalah bahwa itu yang terbaik menurut Allah. Dia yang memiliki kehendak,” tuturnya dengan bijak.
Menyulap KIM dalam waktu yang singkat tak semudah membalikkan telapak tangan, namun sejumlah langkah yang telah diambil membuktikan bahwa KIM mampu membuat lompatan besar untuk bermain di gelanggang yang jauh lebih besar lagi, Kawasan Industri Medan kelas dunia dan itu sedang diwujudkannya. Adapun yang diinginkannya bila semua terealisasi yakni KIM menjadi Induk Koperasi.