trustnews.id

PANJSHIR Lembah Tak Tertaklukan
Istimewa

PANJSHIR Lembah Tak Tertaklukan

DUNIA Minggu, 17 Oktober 2021 - 10:07 WIB TN

Lembah Panjshir, tak ubahnya kisah Romawi dan Galia dalam komik Asterix, dalam kehidupan nyata.

Kawasan lembah yang menjadi basis pejuang Mujahidin ini, satu-satunya wilayah di Afghanistan yang tidak bisa ditaklukkan. Tidak saja oleh Taliban (1990-an), tapi juga oleh Inggris (pada abad ke-19) maupun Uni sovyet (1980-an).

Sekarang tetap menjadi pusat pertemuan "perlawanan" terhadap pemerintahan Taliban.

Panjshir telah lama menjadi tanah perlawanan sejak Ahmad Shah Massoud, yang dikenal sebagai Singa Panjshir, membela wilayah tersebut selama perang Soviet-Afghanistan pada 1980-an.

"Saya menulis dari Lembah Panjshir hari ini, siap mengikuti jejak ayah saya, dengan pejuang mujahidin yang siap sekali lagi menghadapi Taliban," Ahmad Massoud, putra komandan mujahidin Ahmad Shah Massoud, menulis di The Washington Post pada 19 Agustus.

"Kami memiliki gudang amunisi dan senjata yang telah kami kumpulkan dengan sabar sejak zaman ayah saya, karena kami tahu hari ini mungkin akan datang." Dalam sebuah posting Twitter pada hari Minggu, Taliban mengatakan telah mengirim ratusan pejuangnya ke wilayah tersebut.

“Ratusan Mujahidin Imarah Islam sedang menuju negara bagian Panjshir untuk mengendalikannya setelah pejabat negara setempat menolak untuk menyerahkannya secara damai,” kata kelompok itu melalui akun Twitter Arab mereka.

Terletak di Afghanistan timur, dekat perbatasan Afghanistan-Pakistan, Lembah Panjshir telah menjadi tempat yang telah mengumpulkan status hampir mitos ketika orang lain telah mencoba untuk mengambilnya.

Lembah Panjshir, yang juga berarti 'lima singa', juga terbukti menjadi tempat yang tangguh untuk ditaklukkan Soviet selama pendudukan mereka di negara itu pada 1980-an.

"Singa Menjinakkan Beruang di Afghanistan" adalah bagaimana sebuah buku menggambarkan pembelaan Shah Massoud terhadap wilayah strategis ini. Bila di tahun 1980 hingga 1990 ada nama Ahmad Shah Massoud. komandan mujahidin Ahmad Shah Massoud yang berperang melawan rezim Taliban. Namun, tepat pada 9 September 2001.

Britannica melaporkan, Ahmad Shah Massoud adalah pemimpin komando kelompok militan paling gigih melawan Soviet dari benteng di lembah Sungai Panjashr (umumnya lembah Panjshr) timur laut Kabul.

Massoud termasuk di antara para komandan yang berafiliasi dengan Islamic Society (salah satu kelompok mujahidin paling berpengaruh), yang dipimpin oleh seorang seorang cendekiawan terlatih Burhanuddin Rabbani.

Kini nama Ahmad Massoud, anak dari Ahmad Shah Massoud, telah berikrar lawan kelompok Taliban yang kini menguasai negara Afghanistan.

Pemimpin Front Perlawanan Nasional Afghanistan itu juga mengatakan, mereka juga memiliki tentara yang sekarang berjalan ke perbukitan Panjshir dengan peralatan. Mantan anggota Pasukan Khusus Afghanistan juga telah bergabung dengan perjuangan mereka.

"Kami ingin membuat Taliban menyadari bahwa satu-satunya jalan ke depan adalah melalui negosiasi," katanya kepada kantor berita Reuters melalui telepon dari kubunya di Lembah Panjshir.

“Kami tidak ingin perang pecah." Massoud mengatakan, para pendukungnya siap berperang jika kelompok Taliban mencoba menyerang lembah Panjshir. “Mereka ingin membela, mereka ingin bertarung, mereka ingin melawan rezim totaliter mana pun."

Kendati demikian, ada beberapa ketidakpastian tentang apakah operasi pasukan Taliban telah dimulai atau belum. Seorang pejabat Taliban mengatakan kepada Reuters bahwa serangan telah diluncurkan di Panjshir.

Di sisi lain, seorang ajudan Massoud memastikan tidak ada tanda-tanda bahwa pasukan itu benar-benar memasuki lembah dan tidak ada laporan pertempuran.

Hanya saja, kemampuan pasukan Ahmad Massoud belum terbukti karena Taliban memang belum menyerang wilayahnya. Atau bisa jadi pernyataan ini adalah langah awal negoisasi dengan Taliban.

Ahmad Massoud 'muda' masih lagi membuktikan apakah bisa berdiri sejajar dengan sang ayah Ahmad Shah Massoud dengan julukan 'Singa dari Panjshir' yang dipuji sebagai "Pengatur strategi yang hebat" oleh mantan komandan Hezb-e-Islami, Islamuddin. (TN)