Mendorong Sinergi Apik Perbankan dan Fintech
KEUANGAN Kamis, 28 Februari 2019 - 00:12 WIB Yoyok Gomes
Setelah krisis keuangan global pada tahun 2018 fintech berbagai jenis dan varisai mulai berkembang di sejumlah negara emerging market termasuk Indonesia. Perkembangan tersebut perlu adanya pendampingan serta sinergi antar institusi atau lembaga terkait.
Hal itu diungkapkan Deputi Direktur Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan Finansial Teknologi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Munawar Khasan dalam sambutan diskusi Mikro Forum “Mendorong Sinergi Lembaga Keuangan – Fintech” di Jakarta, Rabu (27/2).
Munawar mengatakan fintech lending ini tidak akan menganggu perbankan konvensionl karena masing-masing memiliki segmentasi pasar sendiri. Fintech justru memberikan kemudahan kepada masyarakat tidak bankable dengan membutuhkan layanan cepat yang belum disediakan oleh institusi bank.
"Kami tidak memandang fintech landing sebagai kopetitor perbankan, karena segmentasinya relatif berbeda. Fintech landing justru hadir bagi entitas masyarakat yang membutuhkan layanan cepat, sementara bank belum mampu memenuhinya," tuturnya.
Munawar menyebut, hal itu justru menjadi moment untuk membangun kerjasama atau menyinergikan antar industri fintech landing dengan perbankan. "Kedua institusi ini bisa disinergikan," ungkapnya.
Faisal Jazuli Senior Vice Presiden IT PT BNI Persero (bank BNI) mengatakan dalam realitanya perkembangan fintech sangat pesat. Jika perusahaan tidak bisa mengimbangi perkembangan teknologi, sebesar apapun skalanya pasti akan runtuh.
"Sebuah realita bahwa fintech perkebangannya sangat pesat. Untuk bisa bertahan, caranya kita harus beradaptasi dengan realita yang ada di lapangan. Bila tidak, sebesar apapun perusahaan maka lambat laun akan tumbang," kata Faisal.
Dia menjelaskan fintech sendiri masih lebih longgar karena masih baru. Begitu juga dengan perbankan saat baru lahir tidak langsung teregulasi. "Regulasi itu muncul untuk melindungi pelaku perbankkan atau kegiatan ekonomi. Fintech mempunyai mekanisme penyaluran kredit dengan resiko yang bisa terukur, sehingga tidak menuai berbagai masalah di kemudian hari," tambahnya.
Alhasil, kegiatan fintech lending akan sehat dan terjauhkan dari kredit macet. Faisal mengakui bahwa sebenernya cara menganalisa di fintech lebih akurat dibanding perbankan. Karena, bank tidak pernah bisa menjangkau layanan bersifat unik seperti yang terjadi pada kredit kecil.
Untuk diketahui jumlah fintech yang sudah terdaftar di OJK sebanyak 99 lembaga. Hingga Januari 2019 jumlah akumulasi penyaluran pinjaman melalui fintech landing sebanyak Rp25,59 triliun, sementara dari sisi borrower dan lender hingga Januari 2019 menunjukan sebanyak 5.160 entitas dan jumlah lender sebanyak 264.496 etitas dan untuk jumlah transaksi borrower sebanyak 17 juta.
Perkuat Posisi
Sementara itu, CEO Triplogic Oki Earlivan Sampurna menegaskan, Triplogic sebagai sebuah startup end to end logistic memperkuat layanan fintech untuk menghadirkan solusi pendanaan bagi para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) guna meningkatkan kapasitas usahanya.
Upaya ini dilakukan dengan bekerjasama dengan perbankan melalui berbagai layanannya, salah satunya sebagai penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR). “Kerjasama ini diharapkan dapat mengoptimalisasi bisnis logistic dan inklusi keuangan sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” katanya.
Oki menjelaskan Triplogic sebagai aplikasi pengiriman barang dalam dan luar kota secara online telah merambah di 62 kota dan menggandeng lebih dari 10.000 UKM. Pengiriman barang dengan sistem jemput atau door to door service ini juga menawarkan pengiriman melalui truk, van, pick up dan dapat dilengkapi dengan frozen box. Berbagai variasi layanan, Triplogic menjadikan semua lebih praktis dalam satu platform aplikasi.
Saat ini, dengan berkembang pesatnya UKM online dan offline, permintaan terhadap pendanaan atau kredit semakin meningkat. Triplogic memandang bahwa sinergi antara logistik dan perbankan harus dibangun untuk memperkuat ekosistem fintech logistik.
Triplogic akan memberikan dana pinjaman atau kredit kepada para UKM atau calon UKM binaan dalam rangka meningkatkan kapasitas usaha mereka. “Ke depan tidak hanya para UKM, namun kami juga akan memberikan layanan fintech untuk korporasi. Sehingga layanan kami dari hulu ke hilir menjadi satu proses kesatuan,” pungkas Oki. (*)