Galih Saksono: KIT BATANG TAWARKAN RAMAH INVESTASI
KIT Batang menjadi salah satu pusat manufaktur, dengan memiliki total luas 4.300 hektare yang mengusung konsep smart dan sustainable.
Gairah investasi itu menyala di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang atau dikenal juga dengan sebutan Grand Batang City. Setelah KCC Glass Corporation menjadi pabrik pertama yang melakukan groundbreaking di Mei lalu.
KCC Glass, perusahaan penghasil kaca terbesar se-Asia Tenggara, dibangun di lahan seluas 47 hektar dengan nilai investasi Rp5 triliun.
Selain itu masih ada Perusahaan Keramik (Rumah Keramik Indonesia) yang berafiliasi dengan India dengan nilai investasi Rp3,1 triliun.
Sebagaimana diketahui, pembangunan KIT Batang merupakan salah satu proyek strategis nasional yang digagas pemerintah. Proyek ini bertujuan mendorong penguatan sektor industri di Indonesia.
Memiliki total luas lahan untuk dikembangkan seluas 4.300 hektare, pembangunan KIT Batang dibagi menjadi tiga klaster, yaitu klaster I seluas 3.100 hektare, klaster II seluas 800 hektare, dan klaster III seluas 400 hektare. KIT Batang merupakan salah satu kawasan pilihan yang ditawarkan dapat menjadi sentra industri baru, sehingga diharapkan dapat mendatangkan para investor asing.
Hanya saja, kawasan-kawasan industri di Indonesia dan khususnya KIT Batang masih harus bersaing dengan kawasan industri sejenis di negara tetangga, yakni Thailand, Vietnam, Filipina, dan Kamboja. Dalam memperebutkan perusahaan dan investor asing (Penanaman Modal Asing) yang akan merelokasi industrinya dari China.
Keempat negara ini memiliki paket investasi di sektor industri yang dianggap tak kalah menarik.
Galih Saksono, Direktur Utama PT Kawasan Industri Terpadu Batang (KIT Batang), mengatakan, tak memungkiri adanya persaingan dari setiap negara dalam menarik sebanyak-banyaknya investor asing.
Untuk itu, KIT Batang menawarkan 'keramahan investasi' dengan menawarkan beragam fasilitas dan pelayanan internasional bagi perusahaan dan investor asing yang berinvestasi di KIT Batang.
"Sejak awal KIT Batang hadir menjadi kawasan industri yang ramah investasi. Ini kita artikan kita harus memberikan perhatian kepada para investor, melayani apa yang menjadi kebutuhan investor dan dari sisi harga pun, kita harus menggunakan harga yang sama yakni satu harga," ujar Galih kepada TrustNews.
"Begitu juga dalam memberikan penawar kepada para investor. Kita dari KIT Batang mengutamakan para investor yang berkontribusi besar bagi negara. Bagaimana orientasi ekspornya dan bagaimana orientasi tenaga kerjanya," lanjunya.
"Pertanyaan soal orientasi ini menjadi pertimbangan skoring kita dalam memilih atau mengundang investor yang masuk. Jadi karena fasilitas internasional dan harga yang sangat baik investasi banyak yang hadir. Tapi sekali lagi dengan skoring ini, kita berusaha untuk memilih para investor yang berkontribusi besar buat negara," paparnya.
Di lain sisi, lanjut Galih, KIT Batang juga memiliki tantangan tersendiri, selain karena luasnya. pembangunannya juga harus berjalan bersamaan. Sebagaimana diketahui, KIT Batang dengan luasan 4.300 hektare terbagi dalam tiga klaster.
Adapun pembagian tiga klaster tersebut, yaitu klaster 1 seluas 3.100 hektar akan dilakukan pengembangan Industrial Estate & Industrial Township (Distrik Kreasi).
Klaster 2 seluas 800 hektar akan digunakan untuk pengembangan Pusat Inovasi & Township (Distrik Inovasi).
Kemudian klaster 3 seluas 400 hektar akan digunakan untuk pengembangan Pusat Rekreasi & Township (Distrik Rekreasi).
"Ini memiliki tantangan tersendiri bagaimana mensinkronkan kepentingan dan kemampuan dari berbagai pihak agar semua bisa berjalan paralel dan terjadi percepatan pembangunan di KIT Batang Namun tidak menyalahi aturan dan Good Corporate Governance (GCG) terjaga," pungkasnya. (TN)