trustnews.id

Disperindag Provinsi Jawa Tengah INDUSTRI DAN PERDAGANGAN JATENG TERUS MENGGELIAT
Muhammad Arif Sambodo Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah

Ekonomi Jawa Tengah sudah tumbuh positif di triwulan III/2021. industri dan perdagangan jadi penopang.

Pada triwulan III 2021, pemulihan ekonomi Jawa Tengah terus berlanjut. Tercatat, Ekonomi Jawa Tengah Kumulatif sampai dengan Triwulan III-2021 tumbuh 2,66 persen (C-to-C). Pertumbuhan ini ditopang tiga sektor, yakni pertanian, industri dan perdagangan.

Muhammad Arif Sambodo, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, mengatakan, struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masih didominasi oleh kinerja sektor industri sebesar 31,61 persen. Disusul sektor usaha pertanian 14,62 persen dan perdagangan 13,69 persen.

"Alhamdulillah di triwulan III/2021 ekonomi Jawa Tengah sudah tumbuh positif," ujar Muhammad Arif Sambodo menjawab TrustNews.

"Ini memberikan gambaran bahwa kegiatan ekonomi masyarakat di lapangan sudah bergerak. Industri sudah bergerak. Kalau di perdagangan seperti sektor pertokoan dan pasar sudah mulai menggeliat. Jadi ada peningkatan permintaan dari masyarakat. Itu kalau di perdagangan.

"Kalau di industri ada peningkatan permintaan dari masyarakat juga atau dari industri lainnya atau dari negara lainnya. Karena apa, ini bisa saya tunjukan bahwa ekspor kita non migas pada bulan Oktober itu sudah ada pertumbuhan dari Januari sampai Oktober 2021 itu meningkat kurang lebih 26,9 persen," paparnya.

Momentum pertumbuhan ini dikatakan Arif perlu untuk terus dijaga, ia pun juga terus mendorong ekspor baik kepada industri besar, sedang dan kecil. Adapun guna mendorong aktivitas ekspor di Jawa Tengah, Disperindag turut melaku- kan beberapa upaya, diantaranya seperti menghadirkan layanan Free Trade Agreement Center (FTA Center), melakukan pelatihan untuk memunculkan para eksportir baru melalui Export Coaching Program (ECP).

“Tak hanya itu saja kami juga melakukan business matching dengan negara lainnya dan mengoptimalisasikan Surat Keterangan Asal (SKA) bagi para eksportir yang dapat diberikan secara online dan tanpa dipungut biaya,” imbuhnya.

Selain itu, pihaknya juga mendorong para eksportir untuk memaksimalkan perjanjian kerjasama internasional yang ada.

"Ekspor barang dari Jateng ada banyaknamun ada tiga barang yang menyumbang kenaikan ekspor. Di antaranya kayu dan barang dari kayu, alas kaki dan tekstil. Peningkatan ekspor terbesar produk Jateng ke negara Tiongkok sebesar USD 22,47 juta, Jepang USD 22,29 juta, Amerika Serikat USD 20,99 juta, India USD 6,75 juta, dan Taiwan USD 5,07 juta," ungkapnya.

"Kemudian dari industri sendiri sebenarnya industri unggulan kita adalah makanan minuman. Itu adalah sektor di sub sektor industri yang paling tinggi. Itu hampir mengkontribusikan antara sektor industri itu kurang lebih 30 persen baru kemudian tembakau dan sebagainya," paparnya.

Arif juga memaparkan, sekarang persoalan perizinan tidak serumit dulu. Apalagi seiring dengan diluncurkannya Online Single Submission (OSS) Risk Based Approach (RBA) atau OSS Berbasis Risiko untuk mempermudah perizinan investasi.

"Pemerintah sudah memberikan sistem berbasis teknologi informasi yang mempermudah segala perizinan. Tinggal bagaimana daerah bersedia atau tidak mengimplementasikan di lapangan," ujarnya.

"Secara provinsi, Jateng sudah mempermudah soal perizinan. Karena kita sadar pertumbuhan ekonomi itu ada dua sektor yang mendukung, yakni investasi dan ekspor," ujarnya.

Terkait investasi, Bank Indonesia mengungkap data. Sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang terbesar pada triwulan III 2021 adalah investasi. Kinerja investasi tersebut didorong oleh percepatan pembangunan proyek strategis nasional diantaranya, pembangunan KRL Solo-Jogja, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB) di Kabupaten Tegal, tol Semarang-Demak, tol Jogja-Bawen dan mulainya pembangunan beberapa pabrik di kawasan industri Batang.

Terkait dengan membangun Industri di Jateng, dijelaskannya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah mengarahkan Industri Kecil, Menengah dan Aneka dengan pola kemitraan.

"Tegal dan Klaten bisa menjadi contoh. Bagaimana IKM logam di kedua daerah tersebut bermitra dengan perusahaan otomotif dalam membuat komponen dan aksesoris. Ini kita lakukan dengan mengajak Kementerian Perindustrian bersama beberapa perusahaan otomotif. Termasuk oengembangan link and match," pungkasnya. (TN)