Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendukung PT Perikanan Indonesia (Perindo) menjadi perusahaan BUMN perikanan yang besar dengan memperkuat lini bisnis dalam pengolahan dan perdagangan ikan.
Hal ini pernah ditegaskan oleh Wakil Menteri BUMN Pahala N Mansury beberapa waktu silam. Indonesia merupakan negara kepulauan dan PT Perikanan Indonesia harus di besarkan, kuncinya harus dikuatkan oleh sektor pengolahan dan perdagangan ikan ujarnya. Untuk mewujudkan harapan itu, PT Perindo sendiri telah mengokohkan lini bisnisnya yang berpijak pada pengolahan dan perdagangan ikan (fish processing) sebagai tumpuhan bisnis utama ke depan. Strategi yang ditempuh di tahun 2022 adalah membangun eksosistem per-ikanan yang berkelanjutan.
“Kami akan genjot sentra produksi di 15 cabang dan 23 unit di seluruh Indonesia. Pasalnya, kantor cabang kami adalah lumbung ikan, tempat asal bahan baku kami, yakni ikan. Kami menjadikan kantor cabang sebagai mesin produksi kami, lengkap dengan infrastruktur penunjangnya. Adapun Cabang terbesar kami antara lain di Bali, Sorong, Bitung, Ambon, Makasar dan Bacan – Maluku Utara,” tegas Dirut PT Perindo Sigit Muhartono kepada Trustnews.
Upaya lain yang akan ditempuh di tahun 2022 adalah menciptakan bisnis model untuk ekosistem pangan yang lebih baik. Fokusnya pada 3 lini bisnis yakni Fish Processing dan Trading, Jasa Kepelabuhanan dan Pakan Ikan serta Pakan Udang. Selain itu, strategi yang tidak kalah penting dilakukan yakni berkolaborasi dengan anggota ID Food yang lain guna menunjang rantai pasokan, supply chain dan logistik.
Langkah-langkah strategi ini penting dilakukan mengingat kunci keberhasilan industri perikanan adalah harus mengusai bahan baku atau raw material yaitu, ikan. Penangkapan Ikan-Pengolahan Ikan-Perdagangan ikan harus menjadi prioritas perusahaan.
Dari strategi ini, lanjutnya, PT Perindo menargetkan pendapatan di tahun 2022 sebesar Rp979 miliar, yang komposisinya bersumber dari lini pengolahan dan perdagangan ikan sebesar Rp542,3 miliar. Dari sektor kepelabuhanan menyumbang Rp240,5 miliar dan dari lini pakan ikan menyumbang Rp196,4 miliar.
Strategi ini diharapkan bisa berjalan dengan baik karena PT Perindo menaungi sekitar 1.400 nelayan di seluruh Indonesia. Bahkan target mitra nelayannya 10 kali lebih banyak pada lima tahun ke depan.
Selain itu, PT Perindo juga bermitra dengan koperasi nelayan selaku badan usaha para nelayan. Perindo menjadikan nelayan sebagai prioritas karena fungsinya sebagai off taker hasil tangkapan nelayan. Hasil tangkapan nelayan yang diserap PT Perindo juga dapat mempermudah nelayan untuk akses ke bank Himbara. Ini tentu dapat membantu nelayan dari sisi finansial. “Kami juga mendukung nelayan dengan menyukupi kebutuhan nelayan seperti es untuk kapal nelayan dan persiapan logistik untuk anak buah kapal (ABK),” tandasnya.
Langkah yang tidak kalah penting, PT Perindo juga menjaga inklusivitas dan tidak bersaing dengan nelayan. Berapapun besarnya volume, PT Perindo dan nelayan tidak akan bersaing untuk mencukupi demand yang besar.
PT Perindo melakukan penangkapan ikan menggunakan kapal sendiri, kerja sama dengan pemilik kapal dan menyerap tangkapan nelayan (off take). Selanjutnya ikan diolah atau diproses untuk menghasilkan nilai tambah (value added). Ikan yang sudah diproses atau hilirisasi ini dapat berupa loin, steak ataupun steam. Produk hilirisasi ini merupakan komoditas ekspor utamanya, seperti tuna loin yang sudah dieskpor ke Jepang dan gurita steam yang sudah diekspor hingga ke Amerika Serikat.
PT Perindo juga mengembangkan produk ready to cook dan ready to eat seperti ikan kaleng (canned fish) dan olahan ikan lainnya. Produk ini dikembangkan di cabang Pekalongan antara lain, filet kakap merah asam manis, tetelan kakap merah gulai, gurita saos padang, ekor tengiri bumbu kuning, kepiting soka saos padang dan masih banyak lagi.
Dalam hal peningkatan produksi PT Perindo tetap menjaga keles-tarian sumber daya alam. Upaya yang dilakukan antara lain, berpartisipasi dalam program pe-nangkapan ikan terukur. Program ini ramah terhadap ekosistem perikanan berkelanjutan karena memitigasi resiko over fishing. Pasalnya, kapal berkapasitas besar hanya bisa menangkap ikan di tengah laut, 200 miles from the shore.
“Program ini juga menjadi kunci sukses PT Perindo di industri perikanan karena dapat mengontrol tangkapan ikan atau suplai ikan. The one who can control the supply is the winner,” tandas Sigit Muhartono. (TN)