trustnews.id

KUD Mino Saroyo Berawal Keinginan Keluar dari Kemiskinan, Kini Jadi Role Model Koperasi
Dok, Istimewa

TRUSTNEWS.ID - Perjalanan teramat panjang Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo Cilacap, Jawa Tengah, sudah selayaknya diabadikan dalam sebuah catatan tertulis. Tidak saja cerita sukses bagaimana sebuah koperasi mengelola Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Atau, menjadi lokasi percontohan (role model) program korporasi petani nelayan pada tahun 2022.

Lebih dari itu, catatan tertulis akan kisah perjuangan panjang dan melelahkan masyarakat pesisir yang identik dengan kemiskinan dalam meraih mimpi sederhana, hidup sejahtera.

Upaya meraih mimpi sederhana itu berawal dari komunitas nelayan yang terbentuk menjadi Koperasi Perikanan dan menjadi koperasi yang termasuk paling tua karena telah terbentuk sejak zaman penjajahan di wilayah pesisir Indonesia.

Tercatat pada 1942 Koperasi Perikanan didirikan dengan nama Gyo-Gyo Kumiai (bahasa Jepang). Selanjutnya menyesuaikan Undang-undang Koperasi Tahun 1958 menjadi Primer Koperasi Perikanan Laut (KPL). Namun dengan keluarnya Inpres Nomor 2 Tahun 1978, maka KPL dan BUUD diamalgamasikan atau dileburkan menjadi KUD (Koperasi Unit Desa ) yang kemudian bernama KUD Mino Saroyo.

Menilik dari namanya Mino Saroyo memiliki arti Mino (ikan) dan Saroyo (bersama-sama). Sehingga Mino Saroyo artinya koperasi yang bergerak disektor perikanan secara bersama-sama mengelola perikanan untuk menyejahterakan nelayan.

Dan ini sekaligus menjadi visi misi koperasi. Yogi Nofyan, Sekretaris Koperasi Unit Desa (KUD) Mino Saroyo Cilacap, mengatakan saat ini tercatat ada 8.441 nelayan yang terdaftar sebagai anggota KUD Mino Saroyo. Mereka terbagi dalam 8 kelompok.

KUD Mino Saroyo juga mengelola 8 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di wilayah Cilacap. Salah satunya TPI Higienis PPS. Komoditas utamanya, ikan tuna, cakalang, udang, dan layur. Selain itu, KUD ini juga sudah memiliki kapal sendiri untuk mencari ikan, memiliki 5unit SPBU Nelayan dan 1unit Fixed Bunker Agent (FBA) yang baru dibangun untuk memenuhi kebutuhan BBM industri bagi kapal-kapal berukuran di atas 30 gross tonage (GT).

"Terkait masalah pemerataan ekonomi di masyarakat, ada tiga unsur dalam koperasi kami di bidang perikanan yakni nelayan pemilik kapal, nelayan anak buah kapal dan bakul. Nah di tempat kami yang sejahteranya adalah bakul, padahal nelayan yang lebih berat pekerjaannya," ujar Yogi Nofyan menjawab Trustnews.

Begitu juga dengan digitalisasi, Menurutnya, KUD Mino Saroyo tidak bisa menolak perkembangan zaman. Ini dibuktikan dengan pengadopsian Aplikasi CUSO Minos memonitor penggunaan solar subsidi bagi nelayan koperasi Mino Saroyo dan mencatat produktivitas tangkapan ikan.

Aplikasi digital CUSO Minos juga akan memonitor penggunaan BBM oleh nelayan untuk melaut dan mencatat produktivitas tangkapan nelayan yang dijual di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) secara digital.

"Terkait masalah kemajuan teknologi, saya yakin semua orang tidak bisa membendungnya. Dan ini harus kita ikuti dari masa manual ke digital, ada masa transisi yang kita harus sesuaikan sesuai dengan perkembangan zaman. Kita selalu ikuti khususnya di bidang perikanan. Masa transisi sekarang Sudha mulai otomatis yang dulunya manual," ujarnya.

KUD Mino Saroyo menjadi bukti percontohan betapa efektifnya ketika TPI dikelola oleh para nelayan anggotanya. Terlebih TPI memang memiliki banyak fungsi, bukan semata berfungsi menarik retribusi lelang untuk pendapatan asli daerah, tetapi mempunyai kekuatan untuk menghadirkan harga ikan yang wajar bagi nelayan.

(tn/san)