TRUSTNEWS.ID,. - Kementerian Pertanian tidak henti-hentinya berupaya membangun sumber daya manusia (SDM) pertanian yang unggul dan berdaya saing. Kementan menyadari kualitas SDM pertanian menjadi salah satu tolok ukur pembangunan nasional, terutama sektor pertanian.
Sebagai UPT Pelatihan lingkup BPPSDMP, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang menjadi eksekutor upaya peningkatan kualitas SDM. Melalui enam standar pelayanan publik, salah satunya kerjasama Praktek Kerja Lapang (PKL), mahasiswa dan pelajar jurusan pertanian menjadi bagian dari program BBPP Lembang dalam meningkatkan kualitas SDM pertanian.
Ajat Jatnika, Kepala BBPP Lembang mengatakan, salah satu upaya regenerasi SDM pertanian dilakukan dengan mempersiapkan generasi yang akan datang.Dan, hingga Oktober 2023, BBPP Lembang telah menghasilkan output pelatihan terdiri dari aparatur 304 orang dan Non aparatur 460 orang dan 120 orang tersertifikasi kompetensinya di bidang pertanian.
Selain itu, BBPP Lembang telah menyelenggarakan BIMTEK kepada peserta kunjungan dari berbagai provinsi sebanyak 4589 peserta sampai dengan 26 Oktober 2023 dan menerima siswa prakerin 170 orang yang terdiri dari siswa SMK dan mahasiswa. Melaksanakan PSPP dan TOT dengan peserta 2527 orang dan menerima klinik konsultasi agribisnis
“BBPP Lembang menerima peserta 298 orang dan mengirimkan 46 widyaiswara dalam berbagai event untuk menjadi narasumber di berbagai daerah,” ujar Ajat Jatnika kepada TrustNews.
Pada saat yang bersamaan, menurutnya, BBPP Lembang turut aktif mencetak petani milenial dengan menerapkan beberapa strategi. Pertama, Calon Peserta Calon Lokasi (CPCL), tujuannya untuk menjaring peserta pelatihan baik untuk aparatur maupun non aparatur lebih diutamakan untuk calon peserta yang usianya di bawah 35 tahun.
Kedua, BBPP Lembang berperan aktif melaksanakan pertemuan dalam rangka pembinaan P4S, petani milenial, penyuluh dengan mendatangkan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian baik di lokasi P4S/ Petani Milenial/BPP di masing-masing Kabupaten/Kota.
Ketiga, melaksanakan Pelatihan Agribisnis berbasis korporasi sebanyak 6 angkatan (200 orang).
“Korporasi Petani merupakan salah satu Program Kementan yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan petani. Melalui konsep ini petani dituntut menjadi lebih modern yang juga membekali kelompok petani dengan manajemen aplikasi, cara produksi dan pengolahan yang modern, dan penguatan dari hulu ke hilir,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, corporate farming (korporasi petani) termuat dalam Permentan No 18 tahun 2018 yakni Kelembagaan Ekonomi Petani berbadan hukum berbentuk koperasi atau badan hukum lain dengan sebagian besar kepemilikan modal dimiliki oleh petani.
Tujuan corporate farming adalah mewujudkan suatu usaha pertanian yang mandiri, berdaya saing dan berkesinambungan melalui pengelolaan lahan secara korporasi dengan memanfaatkan peluang sumberdaya dan kelembagaan masyarakat yang ada secara optimal.
Adapun pihak yang dilibatkan dalam Corporate Farming adalah petani, swasta, pemerintah dan mahasiswa. Petani akan bertindak sebagai anggota sekaligus pengelola yang harus aktif dalam mengelola perencanaan on-farm dan off-farm.
Dalam pandangan Jatnika, pertanian dimulai dengan mencetak SDM yang profesional mandiri, berdaya saing, dan berjiwa wirausaha. Hilir dari semua upaya itu adalah peningkatan kesejahteraan petani.
“Petani harus mampu menentukan komoditas unggulan dan menerapkan teknologi informasi termasuk smart farming. Untuk memperkuat hal tersebut diperlukan adanya korporasi petani agar peran petani semakin optimal,” tuturnya.
Jatnika juga menyoroti soal urban farming di tengah masyarakat urban perkotaan yang dinilainya banyak memberikan manfaat mulai dari segi sosial, ekonomi dan ekologi.
Dia menjelaskan, urban farming atau disebut pertanian perkotaan merupakan cara bertani dengan mengoptimalkan lahan yang dimiliki atau intensifikasi pertanian. Urban farming cocok untuk masyarakat perkotaan yang mayoritas memiliki lahan terbatas.
“Peranan urban farming tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan saja. Lebih dari itu, urban farming dapat juga dimanfaatkan untuk mengisi waktu luang bersama keluarga,” jelasnya.
“Dari sisi ekonomi di negara-negara berkembang partisipasi tingkat partisipasi rumah tangga dalam urban farming mencapai 30 persen. Ini berpengaruh besar pada sisi pengeluaran belanja dan meningkatkan pendapatan pada kelompok masyarakat. Peningkatan pendapatan ini akan menjadi stimulus penguatan ekonomi lokal,” paparnya.
Upaya BBPP Lembang dalam mendorong lahirnya SDM pertanian di tengah masyarakat urban, menurutnya, dengan menyiapkan percontohan Rumah Pangan Lestari (RPL), hidroponik dan aeroponik.
Kemudian menyelenggarakan BIMTEK dan teknik konsultasi bagi peserta kunjungan dan menyelenggarakan Inkubator Usaha Tani.