TRUSTNEWS.ID,. - PT PLN Enjiniring (PLNE) terus berinovasi dalam upaya meneguhkan komitmen PLN, dalam mewujudkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 mendatang. Tercatat, sepanjang tahun 2023, PLN telah menyelesaikan 28 pembangkit EBT baru.
Selain itu, PLN juga telah menjalankan program dedieselisasi dengan pembangunan jaringan transmisi dan jaringan distribusi hingga pengembangan green hydrogen.
Chairani Rachmatullah, Direktur Utama PLNE, mengatakan PLNE berkomitmen penuh mendukung Pemerintah melakukan transisi energi sebagai langkah strategis mengurangi dampak perubahan iklim.
“Pergeseran dari energi fosil menjadi EBT tentu disikapi sebagai tantangan dan peluang bagi PLNE dalam mendukung sepenuhnya program pemerintah tentang bauran energi dengan 23% energi terbarukan pada tahun 2025,” ujar Chairani menjawab TrustNews.
Peluang yang dimaksud Chairani adalah pengembangan bisnis pada cluster industri yang green energy (energi hijau) dengan menggunakan EBT. Ayunan berikutnya, cluster perumahan yang ada di sekitar cluster industri dengan mengunakan EBT.
“Setelah itu kami mengelola konsumen non rumah tangga. Tujuannya untuk memberi edukasi tentang bagaimana menggunakan listrik secara hemat dan optimum. Karena kami menganggap hubungan konsumen dan produsen ini adalah dua belah pihak yang harus dipenuhi kepuasannya,” paparnya.
Adapun tantangan yang dihadapi, diakuinya, trend perubahan energi tersebut tidak diimbangi dengan naiknya permintaan dari pengguna listrik itu sendiri. Ini mengakibatkan, PLNE tidak bisa membangun Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) jika pengguna produk berbahan listrik tidak ada (sedikit).
“Dalam membangun SPKLU dan SPBKLU ada dua pertimbangan yang diambil, yakni jumlah kepemilikan kendaraan listrik dalam satu wilayah. Ini terkait dengan investasi yang dikeluarkan,” ujarnya. “PLN sampai saat ini tentu mendorong percepatan ekosistem kendaraan listrik dengan memberikan diskon pemasangan daya baru dan pemakaian charging station bagi pembeli mobil listrik,” tambahnya.
Bagi Chairani, PLNE akan terus berinovasi dalam upaya memberikan kemudahan bagi pengguna kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Dengan menyulap tiga tiang listrik milik PLN di Ibu Kota Jakarta menjadi SPKLU. Untuk sebarannya terdapat di dua titik di kantor PLN KS Tubun Jakarta Barat, dan satu titik di Sekolah Dasar (SD) Yasporbi Bidakara, Jakarta Selatan.
Saat ini, terdapat dua tipe kapasitas SPKLU PLN EYE, yakni 7 kilo Watt (kW) dan 22 kW yang didesain PLNE untuk Pole Mounted Charger, baik yang model menempel di luar (tiang listrik beton) maupun model masuk dalam tiang (tiang besi).
Menurutnya, salah satu keunggulan dari SPKLU PLN EYE adalah fleksibilitas dalam kapasitas pengisian. Dengan dua pilihan tiket kapasitas pengisian, yaitu 7 kW dan 22 kW, pengguna kendaraan listrik dapat memilih sesuai dengan kebutuhan.
“PLNE menunjukkan adaptabilitas SPKLU PLN EYE dalam menyediakan solusi pengisian daya yang efektif dan efisien,” ujarnya.
Dari informasi yang dikumpulkan TrustNews, pembuatan SPKLU dapat dimulai dengan melakukan kerja sama dengan PLN. Layanan ini berupa kerja sama bisnis penyediaan infrastruktur pengisian ulang kendaraan listrik melalui skema SPKLU, di mana PLN bertindak selaku pemilik bisnis SPKLU dan partner selaku mitra bisnis. Biaya pembuatan SPKLU PLN mulai dari Rp 342 juta per unit. Salah satu syarat pembuatan SPKLU adalah mitra harus menyediakan lahan minimal seluas 42 meter persegi. Melansir laman resmi PLN, layanan SPKLU PLN terbagi ke dalam tiga jenis paket.
Pertama, Paket Medium Charging. Paket ini digunakan untuk pengisian ulang kendaraan listrik yang terdiri atas fasilitas pengisian ulang arus searah dengan kapasitas sekitar 25 kilowatt (kW), shelter dengan pilihan luar ruang atau di dalam ruangan, instalasi pasokan tenaga listrik, dan pemeliharaan SPKLU.
Kedua, Paket Fast Charging. Paket ini berisi pengisian ulang kendaraan listrik yang terdiri atas fasilitas pengisian ulang arus searah dengan kapasitas sekitar 50 kW, shelter dengan pilihan luar ruang atau di dalam ruangan, instalasi pasokan tenaga listrik, dan pemeliharaan SPKLU.
Ketiga, Paket Ultrafast Charging. Paket ultrafast charging yang terdiri atas fasilitas pengisian ulang arus searah dengan kapasitas sekitar lebih dari 100 kW, shelter dengan pilihan luar ruang atau di dalam ruangan, instalasi pasokan tenaga listrik, dan pemeliharaan SPKLU. Adapun, upaya mempercepat penggunaan kendaraan listrik, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir (2021-2023) PLN memberikan diskon atau potongan harga untuk pengisian daya kendaraan listrik bagi konsumen hingga 30%.
Sementara data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), merilis peredaran jumlah kendaraan listrik hingga 23 Oktober 2023 adalah 74.988 unit motor listrik, 20.414 unit mobil listrik, 320 unit roda tiga listrik, bus listrik 80 unit, dan mobil barang 10 unit.
Dalam pandangan Chairani, pihaknya mendapat banyak masukan terkait keberadaan investor (swasta) yang berminat untuk ikut menanamkan investasi di SPKLU. Hanya saja masih bersikap menunggu akan adanya perubahan peraturan pemerintah terkait keberadaan tiga connector dalam satu unit SPKLU.
“Ini yang saya maksud antara permintaan (demand) dikaitkan dengan nilai investasi. Untuk tiga connector terbilang cukup mahal tanpa melihat dimana lokasi SPKLU berada apakah wilayah perkantoran, perumahan atau di rest area. Kemudian apakah perlu Ultrafast Charging atau cukup dua connector saja yang Medium dan Fast Charging. Ini yang sering kita dengar sehingga mereka menunggu adanya revisi aturan,” pungkasnya.