TRUSTNEWS.ID,. - Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) sudah menjejakkan eksistensinya di negeri ini sejak tahun 2006. Tapi sayangnya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui eksistensi APROBI di sektor bioenergi yang telah menginjak usia dua dekade tersebut.
Padahal, sektor bioenergi khususnya biodiesel, Indonesia terbilang paling maju di dunia. “Dari sebelumnya yang tidak ada mandatori sama sekali hingga ada mandatori pencampuran biodiesel untuk sektor PSO kemudian Non PSOB35 hingga saat ini implementasi mandatori B35 untuk seluruh sektor yang merupakan pencampuran biodiesel paling maju di dunia,” ujar Wakil Ketua Umum APROBI Catra de Thouars kepada Trustnews belum lama ini.
APROBI sendiri hadir untuk industri bio energi dari program B5 sampai B35 dan selalu mendukung pemerintah. Ke depan dukungan kita akan diperluas melalui berbagai aspek. kedepannya dari berbagai aspek. “Bioenergi punya manfaat positif yang dapat digunakan masyarakat dari pengembangan industry bioenergi seperti biodiesel, bioethanol, bioavtur dan masih banyak yang siap dikembangkan di Indonesia,” tandas Catra.
Maka dari itu, lanjutnya, APROBI terus berkomitmen untuk mendukung pemerintah, termasuk memberikan pasokan informasi kepada masyarakat, tentang program bioenergi di Indonesia yang dinilai banyak pihak merupakan program yang terbaik di dunia. Dan yang tak kalah menarik untuk disampaikan ke publik, menyangkut sinergi dalam pengembangan program biodiesel antara pemerintah dan sejulam stakeholder lainnnya.
Di tahun 2023 saja telah disalurkan biodiesel untuk domestic sebesar 12,23 juta kilo liter, yang benefitnya mampu menghemat devisa negara sekitar lebih dari Rp11622 triliun. Selain itu ada juga penurunan gas rumah kaca sebesar 32,6132 juta ton CO2. Dari pengembangan program biodiesel saja, di tahun 2023 devisa negara bisa dihemat hingga di angka sebesar Rp 122 triliun lebih.
“Bahkan dari sisi penyerapan tenaga kerja, mampu terserap sekitar 1,5 juta di area kebun sawit. Berdasarkan catatan Menko Perekonomian dan EBTKE tenaga kerja yang terserap di luar sektor kebun sait bisa mencapai 10 juta orang,” tambah Catra. (TN)