Semangat transformasi diwujudkan dengan keberadaan Bapera Fintech. Kinerja bank kebanggaan masyarakat Batang tumbuh positif di masa pandemi.
Kinerja BPR Bapera Batang menjaga trend pertumbuhan positif. Indikasinya bisa dilihat dengan peningkatan aset tiap tahunnya.
Tak cuma itu, bank kebanggaan masyarakat Batang ini, berada di urutan ke 58 sebagai bank terbaik di Indonesia versi majalah perbankan. Dengan kepemilikan aset Rp50 miliar sampai dengan Rp100 miliar.
Aji Setya Budi, Direktur Utama PT. BPR Bapera Kabupaten Batang, mengatakan, dalam kondisi pandemi Covd-19, BPR BAPERA tetap memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabah tabungan maupun nasabah kredit terlihat dengan tetap adanya pelayanan pencairan kredit.
"Di masa pandemi BPR BAPERA Batang tetap melayani pinjaman bagi UMKM dan masyarakat umum yang telah memenuhi syarat demi pemulihan ekonomi Kabupaten Batang," ujar Aji Setya Budi kepada TrustNews.
Dia pun menuturkan pengalamannya saat ditunjuk memimpin BPR milik Pemda Kabupaten Batang, ini memiliki kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) mencapai 19 persen atau diatas standar bank yaitu 5 persen. Pun dengan pendapatannya sangat sedikit karena ekspansi kreditnya tidak ada.
"Kita pelajari permasalahannya bersama jajaran komisaris. Alhamdulillah NPL saat ini bisa turun 4,7 persen," katanya.
Alhasil, dengan NPL 4,7 persen ada beberapa bank yang bersedia memberikan pembiayaan atau modal.
Dia pun bicara soal transformasi yang dilakukan dengan menunjuk keberadaan kantor yang terbilang mewah, sehingga layak sebagai lembaga keuangan dengan jumlah nasabah hampir 10 ribu.
"Masyarakat bisa melihat transformasi di kantor PT. BPR Bapera yang sekarang sudah dibilang layak sebagai lembaga keuangan dengan jumlah nasabah hampir 7.000 ribu," ujarnya.
"Dengan transformasi gedung secara tidak langsung memberi semangat para karyawan untuk memotivasi kinerjanya. Ini Tercermin dari Laporan Keuangan adanya kenaikan Aset sebesar 29% dari tahun 2020 serta kenaikan kredit sebesar 20,34% dari tahun 2020," paparnya.
"Kita juga tetap dapat mempertahankan NPL dibawah 5% di tahun 2021 meskipun di tengah tantangan Covid dan Penurunan Kondisi Ekonomi seperti saat ini," tambahnya.
Adapun hingga akhir tahun 2021, PT BPR Bapera Batang membukukan laba hingga mencapai Rp1,12 miliar.
"Tahun 2021 kami paling tidak bisa berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekitar Rp600 juta, dari target Rp 500 juta," ujarnya.
"Sepanjang 2021 terdapat tambahan 1.000 nasabah baru. Jadi, jumlah nasabahnya saat ini mencapai 7.000-an orang," jelasnya.
Pihaknya menargetkan bisa menembus angka 10 ribu nasabah pada 2022. Target laba pun meningkat menjadi minimal Rp 1,2 miliar.
"Untuk nilai aset juga bertambah, saat ini nilainya Rp 73 miliar. Semoga tahun depan bisa Rp80 miliar," jelasnya.
Aji mengatakan, transformasi tidak hanya sebatas gedung. Tapi juga sistem pelayanan kepada para nasabahnya. Untuk pelayanan, BPR Bapera Batang memperkenalkan layanan BPR Fintech.
“Ada yang baru namanya Bapera fintech. Masyarakat Batang yang membutuhkan kredit dan pinjaman cepat tidak harus datang ke bank. Cukup melalui aplikasi, bisa pinjam uang dari rumah saja,” ujarnya.
Pinjaman bisa cair dalam waktu singkat, sekitar satu jam. Pinjaman akan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang dalam keadaan darurat. Misalnya butuh biaya rumah sakit dalam waktu singkat.
“Bapera fintech ini baru kami launching, semoga di bulan-bulan depan sudah mulai bermanfaat. Pencairan melalui transfer ke rekening nasabah. Nasabah datang cuma untuk menandatangani aplikasinya,” ungkapnya.
Dalam aplikasi itu, para nasabah bisa melakukan pengajuan kredit, menabung hingga deposit. Aplikasi itu merupakan bentuk respon terhadap perkembangan teknologi.
"Hal yang kami terapkan untuk mengembangkan Bapera tidak hanya usaha, tetapi juga secara agama kami selalu meminta doa pada anak yatim dan ulama," tambahnya.
Meski begitu diakuinya bukan berarti BPR Bapera Batang tidak menghadapi tantangan. Disebutnya, tantangan yang dihadapi saat ini terkait dengan 'Kebijakan Bank Pesaing milik Pemerintah Provinsi'.
"Bank milik Pemprov berusaha menaikkan collection fee atau upah pungut berupa pemotongan angsuran ASN. Keberpihakan ini belum diberikan Pemda ke BPR Bapera Batang dalam pengelolaan Gaji Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja dan pengelolaan Tunjangan Kinerja ASN Kabupaten. Batang untuk ditempatkan di PT. BPR BAPERA. Namun PT. BPR BAPERA sedang berupaya agar hal tersebut bisa terealisasi," pungkasnya. (TN)