trustnews.id

Peran Vital PT Proteksi Jaya Mandiri Di Ekosistem Asuransi
Dok, Istimewa

TRUSTNEWS.ID,. - Layaknya pasukan khusus yang bergerak senyap namun pasti menembus garis pertahanan lawan, broker asuransi adalah pemain kunci yang kerap luput dari sorotan. Mereka bukan sekadar agen penjual polis, melainkan sosok di balik layar yang memahami lika liku risiko dan perlindungan finansial. 

Berbekal keahlian dan pengalaman, broker ini memetakan kebutuhan klien, meramu solusi, dan memastikan bahwa perlindungan yang diberikan benar-benar sesuai dan kompetitif.  Seperti komando yang melindungi dari ancaman tak kasatmata, broker asuransi berdiri di garis depan, siap menghadapi ketidakpastian demi memberikan rasa aman bagi klien. 

Broker Asuransi bukan sekadar penghubung, tetapi penasehat strategis— independen dan tak terikat oleh satu perusahaan. Bagi klien, mereka adalah jaminan bahwa di tengah ketidakpastian, ada perlindungan yang tak hanya menyelamatkan, tapi juga mengedepankan kepentingan terbaik.

Di tengah dunia yang penuh ketidakpastian, nama PT Proteksi Jaya Mandiri (PJM) mungkin tidak menjadi sorotan utama, tetapi perusahaan ini memiliki peran penting dalam lanskap asuransi di Indonesia. 

Ahmad Priyadhi, President Director PT Proteksi Jaya Mandiri (PJM), mengatakan sebagai broker, PJM berada di pusat proses asuransi, menjadi penghubung antara risiko nyata yang dihadapi bisnis dan mekanisme asuransi serta reasuransi yang mengelolanya.

"PJM berbeda dengan perusahaan asuransi yang merancang dan menawarkan polis. Bedanya PJM tidak “menjual” produk asuransi dalam arti tradisional. PJM menghubungkan berbagai pihak di jaringan yang kompleks, menawarkan bisnis jalan menuju perlindungan," ujar Ahmad Priyadhi kepada TrustNews.

Dalam rantai asuransi, lanjutnya, broker seperti PJM berperan sebagai pemecah masalah bagi klien yang menghadapi berbagai risiko operasional hingga tanggung jawab hukum.

Untuk portofolio dengan risiko tinggi, menurutnya, solusinya seringkali melibatkan lapisan perlindungan tambahan yang melibatkan lebih dari satu penyedia asuransi. Di sinilah reasuransi— sistem di mana perusahaan asuransi menyalurkan sebagian risikonya kepada pihak lain—masuk. 

"Tim PJM mengatur lapisan tambahan ini, berperan sebagai fasilitator antara perusahaan asuransi utama dan perusahaan reasuransi. Pada beberapa kasus, risiko ini bahkan dapat diteruskan ke broker lain sebelum akhirnya mencapai penyelesaian terakhir dengan perusahaan reasuransi, menciptakan jaringan perlindungan yang dirancang untuk melindungi klien dari kerugian besar," paparnya.

Hal unik diungkap Priyadhi, sejak berdiri tahun 2010 lalu, PJM telah menjadi broker asuransi yang memanfaatkan teknologi untuk memberikan layanan terbaik bagi kliennya. Di era digital yang semakin canggih, PJM sejak dini telah mengambil langkah besar dengan mengadopsi digitalisasi. 

"Sejak 14 tahun lalu, perusahaan ini telah mulai menggunakan teknologi digital dalam operasional broker bahkan menciptakan aplikasi khusus bagi para klien. Namun, dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan meningkatnya risiko, PJM terus beradaptasi dan memperkuat pertahanan digitalnya," ungkapnya.

Perkembangan terbaru menunjukkan bahwa ancaman siber semakin nyata. Priyadhi mengungkap, PJM, yang memiliki klien dari berbagai sektor, termasuk bank syariah terbesar di Indonesia.

"Sistem klien tersebut terkena serangan siber, yang turut mengancam keamanan data PJM. Dampaknya, PJM terpaksa beralih kembali ke pengelolaan data manual sementara sistem digital diperbaiki" ungkapnya.

Sebagai langkah preventif, PJM kini memperkuat sistem IT-nya dengan mengganti bahasa pemrograman men-jadi lebih aman serta berinvestasi dalam infrastruktur teknologi. Tak hanya mem-perkuat pertahanan internal, PJM juga membantu klien mereka dalam menilai dan meningkatkan keamanan sistem IT perusahaan.