trustnews.id

Koperasi KARAVAN: Garda Terdepan Keberlanjutan Petani Vanili
Doc, istimewa

TRUSTNEWS.ID - Kehadiran Koperasi Produsen Rempah Vanili (KARAVAN) punya
peran luar biasa bagi petani vanili di Jawa Tengah. Koperasi ini layaknya super hero yang hadir membawa solusi bagi petani vanili di Jawa Tengah yang selama ini menghadapi tantangan besar dalam menjaga harga dan kualitas hasil panen mereka.

Komitmen ini sangat beralasan, mengingat, Koperasi yang berdiri sejak Desember 2020 di tengah pandemi itu, terlahir dari situasi keprihatinan terhadap ketimpangan harga vanili di tingkat petani dan pasar global.

Vanili, yang dikenal sebagai emas hijau, memiliki nilai jual tinggi di pasar internasional. Namun, para petani di Jawa Tengah sering kali menerima harga jauh di bawah standar. 

Berangkat dari keinginan untuk mengubah kondisi ini, para petani dari 28 kabupaten/kota berkumpul dan membentuk Koperasi KARAVAN dengan tujuan menjadikan petani sebagai subjek, bukan hanya objek dalam perdagangan vanili.

Dengan dukungan Kementerian Koperasi, Dinas Koperasi UKM Jawa Tengah serta Dinas instansi lain ditingkat Propinsi dan Kabupaten dan pendampingan dari Free Trade Agreement (FTA) Center Semarang, koperasi ini berkembang hingga dikenal di tingkat nasional.

Salah satu langkah utama yang diterapkan oleh Koperasi KARAVAN untuk menjaga harga dan daya jual vanili adalah penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ketat. Setiap anggota koperasi diwajibkan mengikuti pedoman dalam budidaya dan pengolahan vanili agar kualitas tetap terjaga sesuai standar pasar global.

"Kami memastikan bahwa petani memahami bagaimana cara menanam, memanen, dan mengolah vanili dengan benar. Vanili itu seperti emas, tidak bisa diperlakukan sembarangan. Karena itu, kami membuat SOP ketat agar kualitas tetap tinggi dan harga tetap kompetitif dipasar internasional," ungkap Lilik Ketua Koperasi KARAVAN.

Selain SOP, koperasi ini juga membatasi jumlah pengolah vanili untuk menjaga kualitas. Di Jawa Tengah, hanya lima daerah yang ditetapkan sebagai pusat pengolahan, yaitu Magelang, Kudus, Semarang, Wonogiri, dan pusat koperasi.

"Sering kali vanili Indonesia dijatuhkan di pasar global karena pengolahannya tidak memenuhi standar. Misalnya, dijemur di atas seng berkarat atau lantai kotor. Kami
ingin mengubah itu dengan memastikan pengolahan dilakukan secara higienis dan profesional," tambahnya.

Keberhasilan Koperasi KARAVAN juga tidak lepas dari kerja sama erat dengan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Koperasi ini menerima berbagai bentuk bantuan, seperti laboratorium mini untuk penelitian, kebun percontohan, serta pendampingan dari mahasiswa magang dan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Tahun ini, koperasi juga mendapatkan alat pengering baru untuk meningkatkan efisiensi produksi. (TN)